Sejarah Pelabuhan Ajibata GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

32

BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

3.1 Sejarah Pelabuhan Ajibata

Awal Pelabuhan Ajibata dilayani oleh Kapal Ferry Tao Toba I dan II dimulai dari usaha keras dan proses yang cukup panjang yang dirintis oleh OTB Sitanggang, pemilik Pelabuhan beserta Kapal Tao Toba I dan Tao Toba II. Diawali dari rasa keprihatinan OTB Tahun 1970 yang melihat keterisolasian sekelompok ibu dari Pulau Samosir yang berjualan di Pasar Tigaraja namun mengalami kesulitan untuk kembali ke Pulau Samosir. Ibu-ibu ini tidak dapat kembali ke Pulau Samosir karena kapal yang tersedia di Pelabuhan Tigaraja sangat terbatas, baik jumlah maupun jadwal tetap. Hal ini sering mengakibatkan ibu-ibu tersebut harus menginap di Tigaraja sehingga memerlukan tambahan biaya yang tentu tidak seimbang dengan penghasilan berjualan di Pasar Tigaraja. Situasi dan kondisi ini melahirkan ide bagi pembangunan dermaga pelabuhan yang dapat melayani secara reguler berjadwal antara Ajibata dan Tomok. Gambar 3.1 Skema Jalur Transportasi Penyeberangan Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2014 Tahun 1976, OTB berusaha untuk mendapatkan izin dari Jenderal LB. Moerdani selaku Pemimpin Operasi Pengambilalihan Timor Timur untuk diperbolehkan mengangkut sebuah ferry penyeberangan yang sudah lama Universaitas Sumatera Utara menganggur di Dili karena kondisi perang. Namun usaha itu tidak mendapat dukungan untuk mewujudkan ide ferry tersebut. Walau demikian, OTB tetap terobsesi untuk dapat mewujudkan ferry penyeberangan di Samosir. Pada Tahun 1982, OTB terlibat dalam suatu proyek dengan Departemen Perhubungan, dalam kesempatan ini digunakannya untuk melobi para pejabat baik di Provinsi Sumatera Utara maupun Jakarta agar mendukungnya dalam pembangunan ferry penyeberangan Samosir. Dirjen Perhubungan pada awalnya menolak karena proyek pembangunan ferry tersebut dianggap tidak prospektif dan tidak membawa keuntungan. Dengan upaya gigih akhirnya Dirjen memberi izin syarat, izin akan diberikan apabila telah menunjukkan design ferry yang dibuat perusahaan yang berkompeten dan memiliki dana untuk pembangunan ferry. Setelah itu, apabila dalam dua tahun tidak ada tanda- tanda pembangunan, maka tahun ketiga izin ferry tersebut akan dicabut. Dengan jaminan izin dari Departemen Perhubungan, OTB memperoleh izin Pelabuhan dari Bupati Tapanuli Utara serta diberikan sebidang tanah oleh pemerintah kabupaten untuk lokasi bertambatnya ferry yakni Ajibata yang bertetangga dengan Tigaraja, atau hanya berjarak lima kilometer dari kota wisata Parapat. Ajibata merupakan wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir, sedangkan Parapat masuk wilayah Kabupaten Simalungun. Karena samosir juga termasuk wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, OTB menciptakan strategi agar jalur pelayanan ferry hanya berurusan pada satu wilayah saja, yakni Ajibata – Tomok Samosir. Proyek pembuatan kapal ferry penyeberangan beserta Pelabuhan Ajibata – Tomok diwujudkan secara swadaya menggunakan berbagai rujukan tentang pembuatan ferry. Proyek ini dibangun oleh PT. Kartapura, sebuah perusahaan yang khusus menangani pembuatan kapal ferry penyeberangan. Perusahaan ini cukup berkompeten dalam pembuatan ferry dan bermarkas di Tanjung Priok. Pada pertengahan Tahun 1986, pembuatan kapal ferry pun telah selesai dan OTB memberi namanya “Tao Toba” Artinya Danau Toba. Universaitas Sumatera Utara

3.2 Deskripsi Kawasan Pelabuhan Ajibata