23 kognitif dan afektif. Komponen kognitif yaitu mengacu pada kemampuan
intelektual individu untuk dapat memahami perspektif orang lain secara tepat, sedangkan komponen afektif yaitu kecenderungan seseorang untuk
ikut serta mengalami perasaan-perasaan emosional yang sedang dialami orang lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Perkembangan empati dalam diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Usia Kemampuan berempati seseorang akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang, maka kemampuan dalam memahami
perasaan dan perspektif orang lain juga semakin meningkat Denham dalam Borba, 2008: 32. Wawasan dan keterampilan kognitif yang
semakin matang seiring bertambahnya usia anak, membuat mereka secara bertahap belajar mengenali tanda-tanda kesedihan orang lain
dan mampu menyesuaikan kepeduliannya dengan perilaku yang tepat Shapiro, 2001: 52.
b. Lingkungan Keluarga Perkembangan empati lebih besar terjadi pada lingkungan
keluarga yang memberikan kepuasan emosional anak dan tidak terlalu
mementingkan kepentingan
pribadi masing-masing,
mendorong anak untuk mengalami emosi dan mengekspresikan
24 emosinya, memberikan kesempatan untuk mengobservasi dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat mengasah kepekaan dan kemampuan emosi anak Bernett, dkk. dalam Ratna Herlinda
Sekarfitri, 2013: 42. Rigby Faturochman, dkk., 2012: 69 menjelaskan bahwa lingkungan keluarga dengan keadaan yang tidak
harmonis dan terjadi disfungsi dalam keluarga, maka akan berakibat pada sulitnya individu untuk mengembangkan nilai empati. Hal
tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan keluarga tidak ditranmisikan dengan baik oleh orang tua.
c. Pola Asuh Orang tua Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mariana Radke-Yarrow
dan arrolyn Zahn-Waxler pada National Institute of Mental Health diketahui bahwa kepekaan empati seorang anak dapat dipengaruhi
oleh pola asuh orang tua dalam menerapkan kedisiplinan pada anaknya. Anak-anak menjadi lebih empatik apabila kedisplinan yang
diterapkan disertai dengan pemberian perhatian dengan sungguh- sungguh atas kemalangan yang disebabkan oleh kenakalan mereka.
Kata-kata verbal yang diucapkan oleh orang tua dalam mendisiplinkan anak yang nakal akan berpengaruh terhadap
perkembangan tingkat kepekaan empati anak. Sebagai contoh penggunaan kata-
kata verbal “lihat, kamu membuatnya amat sedih” akan lebih memupuk kepekaan empati anak, daripada penggunaan
kata verbal “nakalnya kamu” Goleman, 2004: 139.
25 d. Jenis Kelamin
Trobst, dkk. menjelaskan bahwa perempuan mengekspresikan tingkat empati yang lebih tinggi daripada pria, hal ini disebabkan
baik oleh perbedaan genetis maupun perbedaan pengalaman sosialisasi Baron Berne, 2003: 114. Secara umum anak laki-laki
dan perempuan memiliki kesamaan dalam hal bersosial, akan tetapi mereka para anak laki-laki cenderung lebih suka memberikan
bantuan fisik sebagai bentuk perhatian dan kepeduliannya, sedangkan untuk anak perempuan mereka lebih suka memberikan
bantuan dalam bentuk dukungan secara psikologis, misalnya menghibur temannya yang sedang sedih Shapiro, 2001: 53.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan empati
dalam diri seseorang antara lain yaitu faktor usia, lingkungan keluarga, pola asuh orang tua, dan jenis kelamin.
B. Kajian Teori tentang Penerimaan Sosial