Tahap-tahap Perkembangan Empati Kajian Teori tentang Empati

17

2. Tahap-tahap Perkembangan Empati

Empati bukan hanya sekedar bersifat alami yang keberadaannya secara otomatis dimiliki oleh individu. Potensi-potensi empatik yang bersifat bawaan atau diturukan oleh orangtua, selanjutnya perlu juga untuk diasah dan dikembangkan melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang ditempuh dalam kehidupan serta interaksi dengan orang tua maupun lingkungan sekitar Taufik, 2012: 91-92. Tahap-tahap perkembangan empati menurut Hoffman Borba, 2008: 25 adalah sebagai berikut: a. Empati Umum bulan-bulan pada awal kelahiran Pada tahap ini, seorang anak belum mampu membedakan antara diri sendiri dan peristiwa yang terjadi di lingkungannya sehingga anak tidak dapat memahami penderitaan orang lain karena menggangap penderitaan orang lain sebagai bagian dalam dirinya. Anak selalu mengartikan bahwa setiap penderitaan yang dialami oleh anak lain adalah juga penderitaannnya. Misalnya, bayi usia enam bulan akan ikut menangis ketika mendengar bayi lain menangis. b. Empati Egosentris mulai usia 1 tahun Pada tahap ini, anak sudah mulai dapat memahami bahwa ketidaknyamanan atau penderitaan anak lain tidak otomatis menjadi penderitaannya. Anak balita sebagian besar secara naluri berusaha meringankan penderitaan anak lain. Akan tetapi, karena belum matangnya perkembangan kognitif, membuat anak tidak begitu yakin 18 dengan apa yang harus mereka perbuat sehingga menyebabkan kebingungan empatik. Anak-anak seusia ini belum dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan. c. Empati Emosional usia 2-6 tahun Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan dalam memerankan orang lain dengan mulai memahami apabila perasaan seseorang mungkin berbeda dengan perasaannya. Pada tahap ini pula anak dapat mengetahui sumber-sumber penderitaan orang lain dengan baik. Anak mulai dapat memberikan bantuan dan menunjukkan dukungannya kepada orang lain dengan cara-cara yang sederhana. d. Empati Kognitif usia 6-10 tahun Seorang anak mulai dapat memahami suatu persoalan dari sudut pandang orang lain dan berbuat sesuai dengan hal tersebut. Sehingga dalam diri anak muncul peningkatan usaha dalam mendukung dan membantu orang lain. Contohnya, seorang anak melihat seorang nenek yang membutuhkan bantuan untuk menaiki lift. Anak tersebut menahan pintu lift sehingga sang nenek bisa masuk dengan aman. e. Empati Abstrak usia 10-12 tahun Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, seorang anak mulai memperluas empatinya melampaui hal-hal yang diketahui secara pribadi. Anak mengembangkan empati tidak hanya kepada orang 19 yang mereka kenal, tetapi meluas termasuk masyarakat atau kelompok yang belum pernah dijumpainya. Contohnya, ketika melihat masyarakat di suatu daerah mengalami kelaparan, kemudian seseorang tergerak untuk menyumbangkan sebagian uangnya untuk meringankan penderitaan masyarakat tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa tahap perkembangan empati dalam diri seseorang yaitu meliputi tahap empati umum bulan-bulan pada awal kelahiran, empati egosentris mulai usia 1 tahun, empati emosional usia 2-6 tahun, empati kognitif usia 6-10 tahun, dan empati abstrak usia 10-12 tahun.

3. Komponen Empati