35 diterima sosial, memiliki kebebasan untuk dapat berbaur, dan memiliki
peluang yang besar untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok sebaya. Hal yang sebaliknya, penolakan sosial yang diterima atau diperoleh
individu dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan diri. Penolakan sosial menyebabkan frustasi dan rasa kecewa dalam diri,
sehingga seseorang atau remaja yang ditolak senantiasa menunjukkan dua kemungkinan yaitu menunjukkan perilaku pengunduran diri withdrawal
menyendiri, menarik diri, melamun, atau menunjukkan perilaku yang agresif.
C. Kajian Teori tentang Sekolah Inklusif
1. Pengertian Sekolah Inklusif
Istilah inklusif berasal dari bahasa inggris inclusive yang artinya adalah “termasuk” atau “memasukan”. Pendidikan inklusif diartikan
dengan memasukkan anak berkebutuhan khusus di kelas reguler bersama- sama dengan anak yang lainnya, yang secara lebih luas pendidikan inklusif
berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali dalam pendidikan regular Echols dalam Lay Kekeh Marthan, 2007: 138. Berdasarkan
Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 1 dapat diketahui bahwa: Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umumnya.
36 Tarmansyah 2007: 82-83 berpendapat bahwa inti dari pendidikan
inklusif adalah hak azazi manusia atas pendidikan. Semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan tanpa adanya diskriminasi
baik berdasar pada kecacatan yang dimiliki, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan, dan lain sebagainya. Hal ini berarti seluruh siswa
dalam pendidikan inklusif mempunyai posisi yang setara tanpa ada pembeda.
Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan dimana semua murid dengan kebutuhan khusus diterima di kelas regular di sekolah yang
berlokasi di daerah mereka dan mendapatkan berbagai pelayanan pendukung dan pendidikan berdasarkan pada kebutuhan mereka masing-
masing Lay Kekeh Marthan, 2007: 141. Pendidikan inklusif ini berarti didasarkan pada prinsip bahwa semua anak usia sekolah harus belajar
bersama, tanpa memikirkan keterbatasan maupun perbedaan yang ada. Stainback Tarmansyah, 2007: 82 menyatakan bahwa sekolah
inklusif adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak dan menantang,
akan tetapi tetap disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan seluruh siswa tidak terkecuali untuk siswa dengan kebutuhan khusus.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusif adalah sekolah regular yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif dan menampung seluruh siswa tanpa terkecuali mereka yang berkebutuhan khusus. Siswa regular dan
37 siswa ABK dengan segala kebutuhan khususnya digabungkan dalam satu
kelas yang sama di sekolah inklusif ini.
2. Tujuan Sekolah Inklusif