Model Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

41

4. Model Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Setiap peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan keterbatasan atau kelainannya masing-masing, sehingga dalam pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut mereka tidak bisa disama-ratakan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam sistem penyelenggaraan pendidikan inklusif sudah tersedia beberapa model layanan pendidikan inklusif. Gallagher Asep Supena, 2009: 11 mengemukakan beberapa model penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus antara lain: a. Pure Inclusion inklusif penuh Pada model ini siswa berkebutuhan khusus memperoleh layanan pendidikan dan pembelajaran di kelas-kelas reguler secara bersama-sama dengan siswa-siswa yang lainnya. Siswa-siswa berkebutuhan khusus mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Kurikulum, materi, proses serta evaluasi pembelajaran dirancang dan dijalankan sesuai dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. b. Consultant Teacher guru konsultan Pada model ini siswa berkebutuhan khusus belajar di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggal mereka. Lebih dari 50 waktu belajar diberikan dilakukan oleh guru biasa pada sekolah tersebut. Guru konsultan adalah guru khusus guru SLB yang 42 berfungsi sebagai konsultan bagi guru-guru, kepala sekolah atau petugas lainnya yang ada di sekolah reguler. Pada program ini, guru konsultan hanya menggunakan sebagaian kecil waktunya untuk melakukan proses belajar mengajar secara langsung dengan siswa berkebutuhan khusus. c. Itinerant Teacher guru keliling Program ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan program guru konsultan, dimana siswa berkebutuhan khusus menempuh pendidikan di sekolah reguler terdekat. Perbedaanya terletak pada guru khusus guru SLB menggunakan sebagaian besar waktunya untuk melakukan pengajaran langsung kepada siswa berkebutuhan dalam program guru keliling ini. d. Resource Room Program program ruang sumber Siswa berkebutuhan khusus belajar di sekolah reguler yang di dalam sekolah tersebut terdapat suatu ruang khusus yang digunakan untuk melaksanakan pengajaran khusus bagi mereka para siswa berkebutuhan khusus. Pengajaran di ruang sumber kurang lebih menggunakan 50 dari seluruh waktu belajar siswa berkebutuhan khusus di sekolah. Ruang sumber menjadi faktor pendukung yang penting dan strategis bagi pelaksanaan pengajaran yang diadakan di kelas regular, khususnya untuk mengatasi kondisi dan keterbatasan yang dialami siswa berkebutuhan khusus. Pengajaran di ruang sumber ini dilakukan oleh guru pembimbing khusus. 43 e. Special Class kelas khusus Siswa terdaftar dalam sebuah kelas khusus yang ada di sekolah reguler. Pengajaran pada kelas ini biasanya relatif padat atau penuh dan berlangsung sepanjang jam sekolah. Program yang disajikan biasanya berkenaan dengan pengembanan materi atau keterampilan- keterampilan khusus yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus. Program ini memungkinkan siswa berkebutuhan khusus sewaktu- waktu dapat ikut serta dalam kelas reguler pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan dan minat. Alternatif model-model penyelenggaran layanan pendidikan inklusif juga dikemukakan oleh Deno Sunardi, 2003: 4 meliputi: a. Kelas reguler inklusif penuh, dimana anak berkebutuhan khusus sepanjang hari belajar bersama dengan anak yang lain normal di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama. b. Kelas reguler dengan cluster, anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak lain normal di kelas reguler dalam sebuah kelompok khusus. c. Kelas reguler dengan pull out, anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak lain normal di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu mereka ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. d. Kelas reguler dengan cluster dan pull out. Anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak lain normal di kelas reguler 44 dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. e. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, yaitu anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain normal di kelas reguler. f. Kelas khusus penuh, yaitu apabila anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler. Penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah reguler harus memperhatikan setiap kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa terutama siswa yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, dalam proses pemilihan dan pengembangan model penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut, sekolah reguler sebagai lembaga yang dipercaya untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif hendaknya dapat benar-benar matang dalam merencanakan dan memilih model yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan masing-masing siswa dengan memperhatikan pula keadaan, kemampuan, dan fasilitas yang ada di sekolah reguler tersebut. Pemilihan model penyelenggaraan pendidikan inklusif yang tepat diharapkan dapat memberikan layanan optimal bagi para siswa berkebutuhan khusus sehingga dapat mendukung perkembangannya. 45

5. Siswa Reguler dan Siswa ABK di Sekolah Inklusif