14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori tentang Empati
1. Pengertian Empati
Empati merupakan arti dari sebuah kata yang digunakan oleh para psikolog Jerman yaitu einfühlung,
yang secara harfiah berarti “merasakan ke dalam”. Empati berasal dari kata Yunani pathos, yang artinya ialah
perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in” May, 2003: 71. E.B. Titchener seorang ahli
psikologi Amerika, pada tahun 1920-an untuk pertama kalinya menggunakan istilah mimikri motor yang merupakan asli kata empati.
Makna ini sedikit berbeda dengan pengenalan awalnya kedalam Bahasa Inggris dari kata Yunani empatheia
, “ikut merasakan”, istilah yang awalnya digunakan oleh para teoritikus estetika untuk kemampuan
memahami pengalaman subyektif orang lain. Titchener dalam teorinya menjelaskan bahwa empati ialah berasal dari semacam peniruan fisik atas
beban orang lain yang kemudian menimbulkan perasaan yang serupa dalam diri seseorang Goleman, 2004: 138-139.
Menurut Indra Soefandi dan S. Ahmad Pramudya 2009: 97 empati adalah kemampuan menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan
menghayati pengalaman orang tersebut. Kohut Taufik, 2012: 40 memandang empati sebagai sebuah proses dimana seseorang berpikir
mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dirinya berada pada posisi
15 orang lain tersebut. Empati adalah kemampuan berpikir objektif tentang
kehidupan terdalam dari orang lain. Empati membuat seseorang menjadi tahu bagaimana kondisi psiokologis orang lain, sehingga seseorang dapat
memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya. Goleman 2004: 135 menyatakan bahwa empati dibangun
berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka seseorang terhadap emosi diri sendiri, semakin terampil pula dalam membaca perasaan. Pendapat
tersebut didukung oleh Tichener Taufik, 2012: 11 yang menjelaskan bahwa seseorang tidak dapat memahami orang lain selama ia tidak
menyadari adanya proses mental dalam dirinya yang ditujukan kepada orang lain. Akan tetapi pemahaman terhadap kondisi orang lain tersebut
tidak akan tercapai apabila hal itu hanya dilakukan oleh pikiran saja, melainkan juga harus membayangkan apabila itu terjadi didalam dirinya.
Elias, Steven, dan Brian 2002: 44 mengemukakan bahwa empati adalah kemampuan ikut merasakan perasaan dan memahami pandangan orang
lain tentang suatu persitiwa. Empati ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengetahui cara pandang orang lain, yang juga dapat
diartikan bahwa empati berarti melihat sesuatu melalui mata orang lain. Davis Taufik, 2012: 175 mengemukakan bahwa empati adalah
reaksi-reaksi individu terhadap situasi yang terlihat pada orang lain. Empati ini terdiri atas beberapa dimensi yang berbeda yaitu ada
kemampuan kognitif untuk mengambil perspektif orang lain dan kecenderungan untuk memperhatikan orang lain yang dapat menimbulkan
16 empati emosional. Pendapat tersebut senada dengan Baron Byrne 2003:
111 yang menyatakan empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, serta mengambil perspektif orang lain. Seseorang yang empatik atau memiliki kemampuan empati tinggi dapat digambarkan
sebagai seseorang yang toleran, mampu mengendalikan diri, ramah, mempunyai pengaruh, serta bersifat humanistik Ari Tris Ochtia Sari,
dkk., 2003: 83. Farid Mashudi 2013: 98 menjelaskan bahwa empati berbeda
dengan simpati. Simpati bisa dikatakan sebagai perasaan peduli terhadap perasaan orang lain, tetapi simpati tidak sedalam empati. Seseorang belum
dikatakan bisa merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang lain apabila hanya bersimpati. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Chismer
Taufik, 2012: 66 yang menjelaskan bahwa simpati adalah bagian dari proses berempati, sedangkan empati tidak selalu menjadi bagian dari
proses simpati. Ketika seseorang berempati barangkali akan diakhiri dengan simpati, namun ketika orang bersimpati tidak selalu diawali
dengan empati. Berdasarkan berbagai uraian pendapat di atas, maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain, memahami pikiran dan
perasaan orang lain, serta mampu melihat situasi atau peristiwa dari sudut pandang orang lain.
17
2. Tahap-tahap Perkembangan Empati