57 Gambar 8. Ringkasan Hasil Penelitian
Keterangan : X
1
: Interaksi Teman Sebaya X
2
: Konsep Diri Y
: Perilaku Cyberbullying : Nilai Korelasi r
: Nilai Kontribusi r
2
1. Pengaruh Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perilaku Cyberbullying
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara kualitas interaksi antar teman sebaya terhadap kecenderungan
terjadinya cyberbullying siswa Program Keahlian Elektronika Industri SMK N 3 Wonosari. Hal ini ditunjukkan dari regresi sederhana Y = 75,272 – 0,0,543X
1
dengan korelasi r sebesar -0,391 dan koefisien determinasi r
2
sebesar 0,153. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
kualitas interaksi siswa antar teman sebaya, maka akan semakin rendah kecenderungan terjadinya cyberbullying, setiap kenaikan satu point nilai variabel
interaksi teman sebaya maka nilai perilaku cyberbullying akan mengalami penurunan sebesar 0,543. Dalam penelitian ini diperoleh t
hitung
sebesar -7,336 dan harga t
tabel
sebesar -1,968 dengan responden sebanyak 301 pada taraf signifikansi 5. Harga t
hitung
lebih besar dari harga t
tabel
-7,336-1,968 atau sig 0,000,05. Dengan demikian hipotesis pertama Ho ditolak maka Ha diterima
X
1
X
2
Y 0,391
0,321
0,471 0,153
0,103
0,222
58 jika t
hitung
-1,968 atau +1,968, maka dapat dikatakan interaksi teman sebaya mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku cyberbullying
siswa Program Keahlian Elektronika Industri SMK N 3 Wonosari. Perubahan perilaku cyberbullying yang dipengaruhi kualitas interaksi antar teman sebaya
pada penelitan ini sebesar 15,3 sedangkan 84,7 dipengaruhi oleh faktor lain. Vembriarto 1993:56-58 memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan
makin pentingnya peranan kelompok sebaya salah satunya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi internet. Penggunaan internet
khususnya media sosial dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi penggunanya, salah satunya adalah cybebullying. Bully dan cyberbullying terjadi
karena adanya suatu konflik, kesalah pahaman dan sebab lain dalam berinteraksi. Perbedaan presepsi dan sudut pandang serta kualitas interaksi
yang buruk dapat memicu terjadinya perilaku cyberbullying pada remaja. Cyberbullying adalah suatu tindakan mengintimidasi, melecehkan, dan kejahatan
lain yang dilakukan secara sengaja oleh sekolompok remaja, melalui media internet cyber dan perangakat telekomunikasi bergerak mobile divice.
Karena perilaku cyberbullying berbentuk verbal, kualitas Interaksi menjadi penting dalam mempengaruhi kecenderungan terjadinya cyberbullying pada
remaja. Salah satu fungsi lingkungan teman sebaya menurut Wayan dalam Umar, 2005: 181 adalah anak belajar berhubungan dan menyesuaikan diri
dengan orang lain. Fungsi lingkungan teman sebaya berkaitan dengan bagaimana anak belajar meningkatkan kualitas interaksinya dalam lingkungan
sosial sekitar. Dalam kelompok sebaya anak dapat belajar bergaul dengan sesamanya. Anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya dengan
sesama temannya. Partisipasi dalam kelompok sebaya memberikan kesempatan
59 yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial. Mobilitas sosial juga
dipelajari dalam kelompok sosial. Kualitas interaksi yang baik dapat
menghindarkan remaja menjadi pelaku atau korban cyberbullying. Menurut Maulida 2011; 4 teradpat lima faktor yang mempengaruhi terjadinya
cyberbullying yaitu; 1 bullying tradisional; 2 Karakteristirk kepribadian; 3 persepsi terhadap korban; 4 strain; 5 peran interaksi orang tua dan anak.
Kecenderungan remaja menjadi pelaku atau korban cyberbullying berpengaruh pada karakter kepribadian dan konsep diri yang dimiliki.
2. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Cyberbullying