24
C. Kerangka Berfikir
Seiring perkembangan teknolgi dan internet, remaja saat ini dapat bergaul dan berkomunikasi tanpa mengenal batas, ruang dan waktu. Ditunjang perangkat
komunikasi yang semakin moderen dan user friendly menambah kemudahan dalam bergaul dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Pengawasan pola
penggunaan internet pada anak yang kurang oleh orang tua dan sekolah, mengakibatkan rentannya anak terlibat dalam aksi cyberbullying.
Menurut Bhat 2008 “cyberbullying is the use of technology to intimidate, victimize, or bully anindividual or group”, yaitu penggunaan teknologi untuk
mengintimidasi, menjadikan korban, atau mengganggu individu atau sekelompok orang.
Cyberbullying adalah, tidakan secara sengaja mengintimidasi,
mengancam, dan mempermalukan sesorang atau sekelompok orang lain, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok remaja, melalui teknologi informasi,
seperti media sosial atau mobile device. Kecenderungan terjadinya cyberbullying dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kualitas interaksi antar teman
sebaya dan konsep diri. Demaray Brown dalam Maulida, 2011; 5-6 mengatakan, kecenderungan orang menjadi pelaku atau korban cyberbullying
berpengaruh pada karakter kepribadian yang dimiliki. Konsep diri, interaski teman sebaya dan orang tua sangat berpengaruh terhadap baik buruknya
karakteristik kepribadian seseorang.
Kerangka pikir kualitas interaksi antar teman sebaya dan konsep diri terhadap kecenderungan terjadinya cyberbullying
secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
25
Gambar 1. Kerangka pikir
Menurut Brewer dan Gadiner dalam Sarwono, 2009: 53, tiga bentuk skema diri yang menjadi dasar konsep diri seseorang yaitu individual self,
relation self dan collective self. Konsep diri adalah keyakinan seseorang tentang ide, pemikiran, kepercayaan, dan dasar perilaku yang terbentuk dari
pengalaman, interaksi sosial , dan ilmu yang diperoleh selama hidupnya. Orang tua, teman sebaya, masyarakat, dan cara belajar merupaka sumber terbentuknya
konsep diri seseorang. Konsep diri setiap individu berbeda-beda, konsep diri bisa positif maupun negatif. Kualitas interaksi individu mencerminkan konsep diri yang
dimilikinya. Kecenderungan remaja menjadi pelaku atau korban cyberbullying berpengaruh pada karakter kepribadian dan konsep diri yang dimiliki.
Lingkungan sosial dalam masyarakat, lingkungan sekolah, lingkungan belajar, dan lingkungan teman sebaya memiliki pengaruh pada kehidupan
manusia. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Lingkungan teman sebaya merupakan lingkungan sosial
pertama dimana remaja belajar untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Lingkungan teman sebaya adalah sekumpulan orang yang memiliki
kesamaan umur, pemahaman, dan tujuan, yang berinteraksi secara intensif dan teratur, yang berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang.
Salah satu fungsi lingkungan teman sebaya menurut Wayan dalam Umar, 2005: 181 adalah anak belajar berhubungan dan menyesuaikan diri
CYBERBULLYING INTERAKSI TEMAN SEBAYA
KONSEP DIRI
26 dengan orang lain. Fungsi lingkungan teman sebaya berkaitan dengan
bagaimana anak belajar meningkatkan kualitas interaksinya dalam lingkungan sosial sekitar. Cyberbullying terjadi karena perbedaan persepsi dan pandangan
serta kualitas interaksi yang buruk antar individu. Kualitas interaksi antar teman sebaya yang buruk dapat memicu terjadinya aksi cyberbullying pada remaja. Hal
ini sangat berkaitan dengan perilaku cyberbullying pada remaja, sehingga kualitas interaksi antar teman sebaya diduga memiliki pengaruh terhadap
perilaku cyberbullying. Menurut Maulida 2011; 4 teradpat lima faktor yang mempengaruhi
terjadinya cyberbullying
yaitu; 1 bullying
tradisional; 2 Karakteristirk kepribadian; 3 persepsi terhadap korban; 4 strain; 5 peran interaksi orang
tua dan anak. Kualitas interaksi antar teman sebaya dan konsep diri sebagai satu kesatuan yang memiliki perngaruh terhadap kecenderungan terjadinya
cyberbullying. Teman sebaya adalah salah satu sumber terbentuknya konsep diri seorang remaja. Konsep diri seorang remaja dapat kita lihat dari bagaiman dia
berinteraksi dengan teman sebayanya. Perilaku cyberbullying dipicu akibat terdapat konsep diri negatif dalam diri seorang remaja. Konsep diri negatif
terbentuk akibat kualitas interaksi yang dimilki seorang remaja itu buruk. Remaja yang memiliki konsep diri negatif dan kualitas interaksi yang buruk memilki
kecenderungan untuk mem-bully atau mem-cyberbully orang lain. Konsep diri dan interaksi antar teman sebaya berkaitan dengan kecenderungan terjadinya
cyberbullying pada remaja, sehingga konsep diri dan interaksi teman sebaya diduga memiliki pengaruh terhadap perilaku cyberbullying.
27
D. Hipotesis Penelitian