Cara Pemberian Imunisasi Efek Samping Imunisasi Kerangka Konsep Jenis Penelitian

34

c. Cara Pemberian Imunisasi

Suntikan secara intra muscular didaerah paha. Penyuntikan daerah bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

d. Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi, jikapun terjadi sangat jarang yaitu berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

e. Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat di jadikan patokan, tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan memeriksa kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas 1000 IU1, berarti daya tahannya 8 tahun, diatas 500 IU1 tahan 5 tahun, diatas 200 IU1 tahan 3 tahun tetapi bila angkanya diatas 100 IU1, maka dalam setahun akan hilang sementara bila angka nol berarti bayi harus disuntik ulang tiga kali lagi Maryunani, 2010. 2.3.5. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Dasar Lengkap Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi secara lengkap adalah tuberculosis, difteri, pertusis tetanus, polio, campak dan hepatitis B.

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis yang disingkat TBC atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada anak penyakit ini sukar dikenal, biasanya keluhan yang sering didapat hanya nafsu makan yang menurun sehingga berat badan sukar naik menurun. Pada umumnya organ yang diserang adalah paru – paru, akan tetapi dapat juga menyerang hampir semua organ tubuh. Penularan melalui Universitas Sumatera Utara 35 pernapasan, percikan ludah waktu batuk, bersin, melalui udara yang mengandung kuman TBC dan pada anak – anak sumber infeksi pada umumnya berasal dari penderita TBC dewasa Marimbi, 2010.

2. Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran pernafasan bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel tonsil dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama membesar dan dapat menutup jalan nafas, penularan umumnya melalui udara.

3. Pertusis

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Gejalanya khas menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang – kadang bercampur darah batuk diakhiri dengan tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking. Penularan umumnya terjadi melalui udara batukbersin Marimbi, 2010.

4. Tetanus

Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang trismus atau kejang mulut bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung, kejang – kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha Marimbi, 2010. Universitas Sumatera Utara 36

5. Hepatitis B

Penyakit hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena agen penyebab infeksi, yaitu virus hepatitis B infeksi virus pada hati yang terletak dibagian perut kanan mempunyai gejala tidak spesifik karena tidak selalu terdapat kuning, kadang – kadang hanya terasa mual, lesu atau demam seperti penyakit flu biasa. Hepatitis B pada anak yang biasanya tanpa gejala atau ringan saja seperti cepat lelah, kurang nafsu makan dan perasaan tidak enak di perut kemudian baru timbul kuning, walaupun demikian, infeksi pada anak mempunyai resiko menjadi kronis, terutama bila infeksi terjadi pada saat didalam kandungan. Penyakit ini menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi bisa juga di tularkan dari ibu ke bayi Maryunani, 2010.

6. Polio

Penyakit polio adalah penyakit menular yang sangat berbahaya yang menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam. Gejala awal penyakit polio adalah demam, rasa lelah, pusing, muntah, kekakuan di leher dan rasa ngilu di bagian tungkai. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio menyebar melalui tinja orang yang terinfeksi, penyakit ini belum ada obatnya Maryunani, 2010.

7. Campak

Penyakit campak dikenal juga sebagai penyakit rubella, campak sembilan hari, measles adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis peradangan selaput ikat mata konjungtiva dan ruam kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam, bercak mula – mula timbul di pipi Universitas Sumatera Utara 37 bawah telinga kemudian menjalar kemuka dan anggota tubuh lainnya. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita Maryunani, 2010.

2.3.6. Penyimpanan dan Prosedur yang Harus Diperhatikan sewaktu

Menggunakan Vaksin Chold chain adalah cara penyimpanan agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuanefek kekebalan pada penerima vaksin. Vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Vaksin akan rusak apabila temperatur terlalu tinggi atau terkena sinar matahari langsung, seperti vaksin polio oral OPV, BCG dan campak. Apabila disimpan dalam suhu yang terlalu dingin atau beku, seperti toksoid tetanus, vaksin pertusis DPT,DT, hepatitis B dan vaksin influensa. Vaksin polio boleh membeku dan mencair tanpa membahayakan potensinya. Beberapa vaksin yang rusak akan mengalami perubahan fisik. Vaksin DPT apabila pernah membeku akan terlihat gumpalan antigen yang tidak larut lagi walaupun sudah dikocok sekuat-kuatnya. Vaksin lain meskipun potensinya sudah hilang atau berkurang, penampilan fisiknya tidak berubah. Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Sekali potensi vaksin hilang akibat panas atau beku, maka potensinya tidak dapat dikembalikan, walaupun temperatur sudah disesuaikan kembali, sehingga cara penyimpanan vaksin harus bisa menjamin potensi vaksin tidak akan berubah. Potensi vaksin hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Universitas Sumatera Utara 38 Vaksin yang sudah kadaluarsa harus segera dikeluarkan dari lemari pendingin untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Dalam lemari pendingin, vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai diletakkan dalam satu wadah khusus tray, sehingga segera dapat dikenali. Vaksin BCG yang sudah keluar masuk lemari pendingin selama pelayanan imunisasi, harus dibuang pada akhir pelayanan imunisasi 3 jam. Vaksin polio oral dapat cepat dicairkan dan cepat pula dibekukan sampai 10 kali tanpa kehilangan potensi vaksin. Vaksin polio dapat dipakai pada beberapa pelayanan imunisasi asal memenuhi syarat beku kadaluarsa dan disimpan dalam lemari pendingin yang memadai. Vial vaksin multidosis yang mengandung bakteriostatik seperti DPT, yang telah dipakai dibuang apabila sudah kadaluarsa atau terkontaminasi. Vaksin yang tidak mengandung bakteriostatik, segera dibuang dalam waktu 24 jam setelah pemakaian. Vaksin campak yang sudah dilarutkan agar dibuang setelah 8 jam. Vaksin hepatitis B harus dibuang setelah 24 jam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah vaksin yang sangat tidak stabil pada temperatur ruangan yakni vaksin oral polio dan pelarut vaksin campak. Vaksin yang harus dilindungi dari sinar matahari adalah vaksin oral polio, pelarut vaksin BCG. Vaksin yang tidak boleh beku: DPT, DT, pertusis, toksoid tetanus, hepatitis A dan hepatitis B. Universitas Sumatera Utara 39

2.4. Kerangka Konsep

Bedasarkan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konsepsional dapat digambarkan sebagai berikut: Keterangan : Untuk mengungkap gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita, maka kerangka konsep yang digunakan adalah menurut teori Lawrence Green 1980, akan dilihat bagaimana gambaran dari faktor predisposing yang termasuk kedalam faktor Predisposing factors:  Faktor Demografi : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap Reinforcing factors:  Dukungan petugas kesehatan  Dukungan Keluarga Enabling factors:  Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan  Jarak ke sarana pelayanan kesehatan Tindakan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Universitas Sumatera Utara 40 demografi yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap, akan dilihat juga gambaran dari faktor enabling meliputi ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan dan faktor reinforcing meliputi dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Serta dari faktor-faktor tersebut akan dilihat bagaimana gambaran tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita. Universitas Sumatera Utara 41 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei yang bersifat deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat Notoatmodjo, 2005.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Pemudah, Pemungkin dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi oleh Ibu di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 56 91

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wiliayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 19

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 2

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 1 12

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 31

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 3

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 50

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL PADA IBU DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA DI DESA PLUMBUNGAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Dan Tidak Lengkap Pada Balita (12 Bulan) Di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat Tahun 2013

0 0 9