4. Pada masa peningkatan usaha, maka yang dihadapi terutama bermula dengan pengenalan barang.
5. Penurunan usaha terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.
6. Pengusaha kecil mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa permodalan, pemasaran dan pengadaan.
7. Hampir 70 dari usaha kecil melakukan pemasaran langsung ke konsumen. 8. Sebahagian besar pengusaha kecil.
Jika dilihat dari segi permasalahan umum UMKM, BPS dapat mengklasifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM 2003.
Masalah-masalah tersebut adalah: 1. Kurang Permodalan
2. Kesulitan Pemasaran 3. Persaingan Usaha
4. Kesulitan Bahan Baku 5. Kurangnya kemampuan teknis produksi dan keahlian
6. Kurangnya ketrampilan manajerial 7. Kurangnya pengetahuan manajemen keuangan
8. Iklim usaha yang kurang kondusif perizinan, aturanperundangan
2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK
Peran koperasi simpan pinjam dalam pengembangan UMK di Indonesia sudah lama menjadi perhatian pemerintah, bukan saja agar para pengusaha UMK
Universitas Sumatera Utara
dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi dalam mengembangkan usahanya tetapi juga untuk membantu dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku.
Pemerintah banyak membuat program atau skim kredit untuk mengembangkan sektor UMK, dimana para pengusaha mikro dan kecil dapat
memperoleh pinjaman dari koperasi dengan bunga yang relatif ringan. Bahkan memasuki tahun 2011 berdasarkan data BPS, koperasi Indonesia sudah
didominasi oleh koperasi kredit yang mana jumlahnya berkisar antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi, dan pada akhir tahun 2011 posisi koperasi
dalam pasar perkreditan mikro menempati urutan kedua setelah Bank Rakyat Indonesia BRI unit desa sebesar 46 persen Koperasi Simpan Pinjam KSP
dengan pangsa sekitar 31 persen. Pada koperasi simpan pinjam ada satu faktor yang sangat dikhawatirkan
oleh koperasi yaitu dimana para pengusaha hanya memanfaatkan koperasi sebagai tempat peminjaman saja, tanpa mau terjun langsung mengikuti aktivitas yang ada
di koperasi sehingga tujuan dari koperasi tidak tercapai dengan baik. Keadaan koperasi yang seperti ini akan vakum dan tidak berkembang baik, karena
kurangnya partisipasi dari para anggota untuk menjalankan koperasi sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan koperasi yang ingin dicapai.
Adapun peran usaha mikro dan kecil dapat dilihat dari kontribusinya pada produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga
kerja. Akan tetapi Usaha Mikro, Kecil ini juga mempunyai tantangan dalam mengembangkan usahanya, khususnya pada modal awal dan akses ke modal kerja
Universitas Sumatera Utara
serta financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan outuput jangka panjang.
Pada saat itu kendala utama yang dihadapi para pengusaha mikro dan kecil adalah dalam mendapatkan dana dari luar khususnya kredit. Hal ini disebabkan
karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi persyaratan teknis perbankan. Seperti yang diketahui bahwa pengusaha mikro dan kecil tidak
memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan agunan apabila meminjam kredit dari bank, sehingga dalam hal ini koperasi simpan pinjam memiliki peranan
penting dalam memberikan pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil.
2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK