Pengertian Koperasi BMT Sisa Hasil Usaha SHU

anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama, dan hanya memberikan pelayanan kredit kepada anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, memobilisasi dana dari masyarakat luas untuk menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada warga masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank. Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dimiliki dan dijalankan oleh Koperasi Simpan Pinjam dengan memperhatikan semangat dari prinsip dasar Koperasi Simpan Pinjam rumusan Friedrich William Raiffeisen, selaku pendiri pertama Credit Union pada pertengahan abad ke-19, yaitu: a. Dana koperasi hanya diperoleh dari anggota-anggotanya saja. b. Pinjaman juga hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja. c. Jaminan yang terbaik bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri. Prinsip Koperasi Simpan Pinjam ala Friedrich William Raiffeisen tersebut mencerminkan bahwa KSP haruslah dibangun atas usaha dan semangat swadaya dari anggotanya melalui usaha simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya. Sumber: http:kennysiikebby.wordpress.com20101101peranan-koperasi- simpan-pinjam .

2.4.4 Pengertian Koperasi BMT

Baitul Mal Wat Tamwil BMT adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas Universitas Sumatera Utara ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. Koperasi BMT juga lebih menekankan pada konsep syariah islam dengan sistem bagi hasil, dan keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan baik bagi BMT maupun nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil dengan akad. Adapun jenis-jenis pinjaman atau pembiayaan produk BMT adalah sebagai berikut: 1. Murobahah, yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh tempo. 2. Bai’u Bitsaman Ajil, yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin. 3. Ijaroh, yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran angsuran atau tangguh. Misalnya pembiayaan untuk sewa ruko tempat usaha. 4. Musyarokah, yaitu tambahan modal untuk usaha anggotanasabah dengan pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama. 5. Mudharobah, yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada anggotanasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 6. Ar-rahn gadai, yaitu pembiayaan dengan jaminan barang bergerak ataupun surat berharga yang dititipkan di BMT, BMT menerapkan sistem Universitas Sumatera Utara keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama. 7. Qordhul Hassan, yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan. BMT berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Akan tetapi dalam kenyataannya keadaan BMT dilapangan tidak terlalu bagus, bahkan BMT yang ada sering mengalami kegagalan bahkan rugi dan BMT tersebut tidak dapat beroperasi lagi. Adapun faktor penyebab kegagalan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya persiapan sumber daya manusia SDM pengelola, baik dari sisi pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola BMT terutama masalah pengguliran pembiayaan, dengan kata lain banyaknya pembiayaan yang tidak tertagih pembiayaan macet. 2. Lemahnya pengawasan pada pengelolaan, terutama manajemen dana dan kurangnya rasa memiliki pengelola BMT. Faktor penyebab kegagalan pengelolaan BMT yang tidak kalah pentingnya adalah adanya ambivalensi antara konsep syari’ah pengelolaan BMT dengan operasionalisasi dilapangan. Terdapat ketidakcocokan dari garis syariah yang telah disepakati, dan hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dari para nasabah. Universitas Sumatera Utara

2.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil UMK