Kinerja Perawat Ruangan Inap Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Ruangan Inap di RSUD Kota Langsa

bersahabat, mengadakan komunikasi terbuka, mengembangkan kerja sama tim, dan berorientasi pada kesejahteraan bawahan mereka.

5.3.2 Kinerja Perawat Ruangan Inap

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa 86,8 kinerja perawat ruangan inap tinggi tabel 5.4, dimana kinerja perawat tinggi menunjukkan proporsi yang tinggi pada masing-masing indikator seperti 63,2 perawat selalu melakukan anamnasa pada pasien yang baru masuk, 56,6 perawat selalu melaksanakan implemintasi sesuai dengan anjuran dokter, 50,0 perawat selalu melakukan setiap kebutuhan pasien sesuai dengan anjuran dokter dan perawat selalu melakukan evaluasi ulang terhadap perkembangan pasien 40,8 perawat selalu melakukan pengkajian pemerikasaan fisik pada pasien dan melakukan pengkajian ulang pada pasien baru pindah lampiran 5.

5.3.3 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Ruangan Inap di RSUD Kota Langsa

Pembahasan hasil penelitian ini mengenai pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat pengaruh antara perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat peneliti menggunakan uji Chi Square. Dari hasil analisa statistik diperoleh terdapat pengaruh perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat hasil uji statistik yakni terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap dengan nilai signifikansi p = 0,009 α 0,05. Hal ini menegaskan bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh Universitas Sumatera Utara perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti 2008, dimana pengaruh perilaku kepemimpinan pada kinerja pegawai diperoleh hasil penelitian bahwa kinerja pegawai lebih tinggi dan cenderung dipegaruhi oleh perilaku kepemimpinan yang terpusat pada pegawai 41 dibandingkan dengan perilaku kepemimpinan yang terpusat pada tugas hanya 26. Begitu juga kinerja pegawai pada kategori sedang lebih besar pada perilaku kepemimpinan berorentasi pada tugas 69,2 dibandingkan perilaku kepemimpinan terpusat pada pegawai 14,29. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fleishman dan Harris 1962 dalam Yukl, 2005, yang mengidentifikasi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan sebagai intiating structure dan consideration terhadap kinerja perawat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Bahagia 2004, yang mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan sebagai intiating structure dan consideration terhadap kinerja perawat, dimana perilaku kepala yang mengalami kepuasan kerja positif. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Gibson, et al 1997 dalam Syafaruddin dan Asrul 2007, mangatakan bahwa perilaku pemimpin memiliki pengaruh atas kinerja dan kepuasan kerja anggota. Hal yang mendasar ditekankan bahwa kinerja dan kepuasan anggota adalah hasil dari ragam gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Sikap positif orang terbangun terhadap objek yang merupakan alat dalam kepuasan kebutuhan. Hal ini juga menjadi alasan perlunya Universitas Sumatera Utara pengembangan hubungan pimimpin dengan bawahan. Ada hubungan timbal balik perilaku pimpinan dengan perilaku bawahan. Perilaku bawahan berpengaruh terhadap perilaku pimpinan dan perilaku pimpinan mempengaruhi perilaku bawahan. Perilaku ini dipengaruhi oleh situasi yang terjadi dari: kebutuhan pengikut, struktur tugas, kekuatan kedudukan, kepercayaan bawahan pada pemimpin, dan kesediaan kelompok. Dengan pengaruh tersabut akan melahirkan hasil atau yang efektif meliputi produtivitas, kualitas, efisiensi, keputusan, pengembangan dan kelangsungan hidup. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat hasil uji statistik yakni terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan initiating structure kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap dengan nilai signifikansi p = 0,007 α 0,05. Hal ini menegaskan bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Hasil penelitian ini sejalan dengan Studi Ohio dan Michigan Yukl, 2005 yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang tinggi perilaku pemimpin dengan intiating structure dan consideration cenderung lebih sering mencapai kinerja karyawan yang tinggi, demikian juga sebaliknya jika perilaku pemimpin dengan intiating structure dan consideration rendah kinerja karyawan yang rendah. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat hasil uji statistik yakni terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan consideration kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap dengan nilai signifikansi p = 0,014 α 0,05. Hal ini menegaskan bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat pengaruh perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Hasil penelitian ini sesuai yang dikemukakan oleh Daft 2006, dimana perilaku consideration juga merupakan perilaku yang memiliki perhatian besar terhadap karyawan atau kesejahteraan bawahan. Perilaku pemimpin yang bersahabat, mangadakan komunikasi terbuka, mengembangkan kerja sama tim, dan berorientasi pada kesejahteraan bawahaannya. Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya pengaruh perilaku kepemimpinan initiating structure dan consenderasi terhadap kinerja berarti perilaku kepemimpinan yang semakin baik akan memberikan tingkat kinerja yang paling baik pula bagi bawahan. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa kepemimpinan consenderasi rata-rata menurut responden menganggap masih tergolong tinggi atau dengan kata lain belum terlalu buruk. Kepemimpinan initiating structure memperlihatkan rata-rata responden mengungkapkan bahwa berorentasi pimpinan terhadap tugas tergolong baik, atau dengan kata lain pimpinan memiliki kebijakanaan yang baik dalam memberikan tugas kepada karyawan, dengan tetap mengkoordinasikan kepentingan karyawan sebagai manusia yang harus diperhatikan. Untuk kinerja, mayoritas responden rata-rata menyatakan memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai pengaruh perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

6.1 Kesimpulan

Untuk mengidentifikasi pengaruh perilaku kepemimpinan kepala ruangan terhadap kinerja perawat ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. 6.1.1 Hasil penelitian terhadap 76 perawat ruangan inap dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yakni sebanyak 86,8 perawat ruangan inap mempersepsikan kepala ruangan memiliki perilaku kepemimpinan initiating structure yang baik, perilaku kepemimpinan consideration yang baik mayoritas responden sebanyak 85,5, sedangkan perilaku kepemimpinan yang baik mayoritas responden sebanyak 89,5. 6.1.2 Hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas perawat ruangan inap yakni sebesar 82,9 perawat ruangan inap yang memiliki kinerja tinggi. 6.1.3 Hasil analisa memperlihatkan bahwa mayoritas perilaku kepemimpinan kepala ruangan yang baik yakni sebesar 89,5 perawat rungan inap. Kepala ruangan yang memiliki perilaku kepemimpinan yang baik juga memiliki nilai paling besar yakni 91,2 perawat ruangan inap menjadi tinggi kinerjanya. Nilai signifikasi p = 0,009. Oleh karena nilai p 0,05 Universitas Sumatera Utara