b. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku adalah perhatian utama dalam mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini muncul setelah pendekatan
berdasarkan ciri ini menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian, motivasi nilai, dan keterampilan mengalami kegagalan. Pendekatan perilaku
pemimpin menggunakan waktunya dan pola aktivitas, tanggung jawab dan fungsi spesifik dari pekerjaan manajerial dan bagaimana para manajer
menanggulangi permintaan, keterbatasan dan konflik peran dalam pekerjaan mereka yang berkombinasi menjadi konsep perilaku pemimpin yang merupakan
deskripsi dari perilaku pemimpin Yukl, 2005. Teori Perilaku Kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan
pemimpin dari bukan pemimpin. Adapun teori-teori yang termasuk ke dalam teori perilaku kepemimpinan adalah:
1 Studi dari Ohio State University
Menurut Yukl
2005 kuesioner
penelitian tentang
perilaku kepemimpinan yang efektif telah didominasi oleh pengaruh dari kepemimpinan
dari Ohio State University. Sebuah sasaran utama untuk mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Analisis faktor dari jawaban kuesioner
memberi indikasi bahwa para bawahan memandang perilaku atasannya pertama- tama dalam kaitannya dengan dua dimensi atau kategori arti dari perilaku, yang
kemudian disebut sebagai “initiating structure” dan “consideration”. Kedua-duanya adalah kategori yang didefinisikan secara luas yang terdiri
atas sejumlah varietas yang luas mengenai jenis-jenis perilaku yang spesifik. Consideration adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan
Universitas Sumatera Utara
cara ramah dan mendukung, memperlihatkan perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya termasuk melakukan kebaikan
kepada bawahan, mempunyai waktu untuk mendengarkan masalah para bawahan, mendukung atau berjuang untuk seorang bawahan, berkonsultasi
dengan bawahan mengenai hal yang penting sebelum dilaksanakan, bersedia untuk menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai
sesamanya. Initiating structure adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin
menentukan dan menstruktur perannya sendiri dan peran dari para bawahan kearah pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok. Contohnya termasuk
memberi kritik kepada pekerjaan yang jelek, menekankan pentingnya memenuhi batas waktu, menugaskan bawahan, mempertahankan standar-standar
kinerja tertentu, meminta bawahan untuk mengikuti prosedur-prosedur standar, menawarkan pendekatan baru terhadap masalah, mengkoordinasi kegiatan-
kegiatan bawahan, dan memastikan bahwa bawahan bekerja sesuai dengan batas kemampuannya.
Ivancevich, Konopaske, dan Matteson 2006 juga menjelaskan bahwa pendekatan perilaku behavior terfokus pada perilaku pemimpin. Dimana teori
perilaku yang dikembangkan di Ohio State University dengan dua dimensi perilaku kepemimpinan
disebut sebagai “initiating structure” dan “consideration Initiating structure adalah perilaku di mana pemimpin mengatur dan
mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membuat pola yang baku dan menyalurkan komunikasi, serta mengatur bagaimana sebuah tugas
dilakukan. Pemimpin dengan kecenderungan initiating structure yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
berfokus pada target dan hasil. Consideration adalah perilaku yang menujukkan persahabatan, saling percaya, rasa hormat, hangat, dan penjalinan rapport antara
pemimpin dan pengikut. Pemimpin dengan tingkat consideration yang tinggi mendukung komunikasi terbuka dan partisipasi.
Menurut Robbins 2010, menjelaskan bahwa Ohio State University juga memiliki dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu dimensi pertama initiating
structure adalah mengacu pada sejauh mana pemimpin menentukan peranya dan peran anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Initiating structure mencakup
perilaku yang berusaha mengorganisasi pekerjaan, hubungan kerja, dan tujuan. Sedangkan dimensi kedua consideration adalah sejauh mana pemimpin memiliki
hubungan kerja dengan karakteristik saling percaya dan rasa hormat terhadap gagasan dan perasaan anggota kelompok. Pemimpin yang memiliki perhatian
tinggi bersedia membantu anggota kelompok dengan masalah pribadinya, bersahabat dan mudah didekati, dan memperlakukan seluruh anggota kelompok
dengan setara. Pemimpin memperhatikan kenyamanan, kesejahteraan, status dan kepuasan anggotanya.
Schriesheim dan Bird 1979, dalam Daft, 2006 juga mengatakan dalam penelitian-penelitian di Ohio State University mereka melakukan survey
terhadap pemimpin-pemimpin untuk mempelajari beratus-ratus dimensi perilaku pemimpin, para peneliti akhirnya mempersempitnya menjadi dua dimensi
perilaku pemimpin. Mereka mengidentifikasikan dua perilaku pemimpin, yang disebut dengan consideration dan initiating structure. Dimana perilaku
pemimpin consideration adalah tingkat dimana pemimpin sadar akan para bawahan, menghormati ide-ide dan perasaan mereka, dan membangun
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan mutual. Pemimpin-pemimpin yang penuh perhatian merupakan pemimpin-pemimpin yang bersahabat, mengadakan komunikasi terbuka,
mengembangkan kerja sama tim, dan berorientasi pada kesejahteraan bawahan mereka. Sedangkan perilaku pemimpin initiating structure adalah tingkat
dimana pemimpin berorientasi pada tugas dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja bawahan untuk mencapai tujuan. Pemimpin-pemimpin yang menggunakan
gaya ini biasanya memberi instruksi-instruksi, menghabiskan waktu untuk membuat perencanaan, menekankan batas waktu, dan memberi jadwal aktivitas
kerja yang eksplisit. Consideration dan initiating structure berdiri sendiri, yang berarti bahwa seorang pemimpin yang memiliki tingkat consideration yang
tinggi bisa jadi memiliki tingkat initiating structure yang tinggi atau rendah. Seorang pemimpin mungkin memiliki satu atau beberapa dari empat gaya
kepemimpinan yaitu: initiating structure tinggi consideration rendah, initiating structure tinggi consideration tinggi, initiating structure rendah consideration
rendah, atau initiating structure rendah consideration tinggi. Dimana penelitian Ohio State University menemukan bahwa gaya kepemimpinan consideration
tinggi initiating structure tinggi mencapai kinerja yang lebih baik dan kepuas dan yang lebih besar daripada gaya pemimpin yang lain. Tetapi, penelitian baru
telah menemukan bahwa pemimpin-pemimpin yang efektif mungkin memiliki tingkat consideration yang tinggi dan tingkat initiating structure yang rendah
atau consideration yang rendah dan tingkat initiating structure tinggi, tergantung pada situasi.
Menurut Rivai dan Mulyadi 2011, Studi dari Ohio State University, mengatakan bahwa pengembangan teori dua faktor dari kepemimpinan,
Universitas Sumatera Utara
memiliki dua dimensi yaitu: initiating structure adalah melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di
dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang
memiliki kecenderungan initiating structure yang tinggi, akan berorentasi pada
tujuan dan hasil. Sedangkan consideration, yaitu melibatkan perilaku yang
menunjukan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki
consideration tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi. Bila dihubungkan initiating structuredan consideration dalam satu
hubungan yang horizontal dan vertical maka terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan dengan initiating structure tinggi consideration
rendah, initiating structure tinggi consideration tinggi, initiating structure rendah consideration rendah, dan initiating structure rendah consideration
tinggi. Secara jelas dapat dijabarkan sebagi berikut:
Gambar 2.1 Gaya Kepemimpinan yang Dipelajari di Ohio State Tinggi
Rendah Rendah Tinggi
Sumber: Rivai dan Mulyadi 2011
Initiating structure tinggi dan
Consideration rendah Initiating structure rendah
dan Consideration tinggi
Initiating structure tinggi dan
Consideration tinggi Initiating structure rendah
dan Consideration rendah
C onsi
de rat
ion
Initiating Structure
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wiludjeng 2007, juga mengatakan Studi dari Ohio State University ini memiliki dua perilaku pemimpin, yaitu Consideration, yang
diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli dan mendukung bawahannya. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung memiliki hubungan dengan bawahan
yang mencerminkan perasaan saling percaya, dan mereka menghormati ide dan perasaan bawahannya. Initiating Structure, yang diartikan sebagai tingkat dimana
pemimpin membuat struktur pekerjaannya sendiri dan pekerjaan bawahannya. Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan kelompok melalui
kegiatan perencanaan, tugas-tugas, penjadwalan, dan penetapan deadline. Menurut Luthans 1995 dan Daft 1999 dalam Safaria, 2004, memiliki
dua katagori yang luas dari dimensi perilaku pemimpin, yaitu dimensi perilaku pemimpin consideration yang mengambarkan bahwa perilaku pemimpin yang
empati dan sensitif terhadap bawahan, menghormati ide dan perasaan mereka, dan berusaha menciptakan kepercayaan timbal-balik dengan bawahan. Pemimpin
ini menunjukkan apresiasi, mendengar permasalahan secara hati-hati, dan mencari masukan dari bawahan berkaitan dengan keputusan penting. Dan
dimensi perilaku pemimpin initiating structure yang menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada penyelesaian tugas, mengarahkan aktivitas
organisasi secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi. Perilaku pemimpin mencakup membuat perencanaan, menetapkan dan menjelaskan tujuan
organisasi, memberikan instruksi spesifik tentang bagaimana cara menyelesaikan tugas dan membuat peraturan.
Monica 1998 dalam Ali 2010, perilaku kepemimpinan dalam model Ohio State University juga memiliki dua dimensi perilaku kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
perilaku pemimpin yaitu initiating structure dan consideration. Initiating structure adalah upaya untuk mengorganisir dan mendefinisikan peran serta
kegiatan para anggota kelompok meliputi tujuan, apa yang harus dilakukan, dimana akan dilakukan dan siapa penanggungjawabnya. Dalam struktur ini
digunakan komunikasi satu arah yakni pengarahan dari pimpinan dengan apa yang harus dilakukan oleh staf. Perilaku kepemimpinan initiating structure,
memiliki ciri-ciri yaitu: Lebih mengutamakan tercapainya tujuan, memperhatikan produktifitas, banyak memberikan pengarahan atau petunjuk, menjaga prosedur
dan memperhatikan jadwal kerja, melakukan pengawasan ketat, dan menilai seseorang
lebih benyak
berdasar hasil
kerja “consideration”
pertimbangantimbang rasaperhatian. Consideration adalah menggambarkan hubungan yang hangat antara
atasan atau bawahan, saling percaya, kekeluargaan, ada penghargaan kepada gagasan bawahan, melalui komunikasi dua arah diharapkan ada hubungan
interpersonal yang efektif antara anggota kelompok saling percaya, saling hormat-menghormati dan lain-lain. Perilaku kepemimpinan consideration,
memiliki ciri-ciri yaitu: Lebih menjaga perasan bawahan, memelihara persahabatan dengan bawahan, menciptakan suasana saling percaya dan saling
menghargai, memperhatikan kebutuhan bawahan, mengajak bawahan dalam pengambilan keputusan, dan lebih mengendalikan dan mendisiplinkan diri.
Menurut Ohio State University dan University of Michigan dalam Astuti, 2008, juga mengatakan ada dua macam yang membedakan perilaku
kepemimpinan yaitu: Initiating Structur struktur tugas atau The Job Centered terpusat pada pekerjaan dan Consideration tenggang rasa atau The Employee
Universitas Sumatera Utara
Centered terpusat pada pegawai. Secara rinci dijelaskan bahwa perilaku kepemimpinan terpusat pada perkerjaan mengandung ciri-ciri atau indikator,
yaitu: mengutamakan tercapainya tujuan, mementingkan produksi yang tinggi, mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan, lebih
banyak melakukan pengarahan, melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja yang ketat, melakukan pengawasan secara ketat, dan penilaian terhadap
pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja. Sedangakan perilaku kepemimpinan terpusat pada pegawai mengandung
ciri-ciri atau indikator, yaitu: memperhatikan kebutuhan bawahan, berusaha menciptakan suasana saling percaya, berusaha menciptakan suasana saling harga
menghargai, simpati terhadap perasaan bawahan, memiliki sikap bersahabat, menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
lain, dan lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplikan diri, mengontrol diri.
2 Studi dari Universitas of Michigan
Menurut Rivai dan Mulyadi 2011, Studi dari Universitas of Michigan, mengatakan
perilaku kepemimpinan
dengan keefektifan
kinerja mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu: Pemimpin
job-centered, yaitu pemimpin yang berorentasi pada pekerjaantugas menerapkan pengawasan sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan
menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin employee-centered yang berorentasi pada karyawan, yaitu mendelegasikan pengambilan keputusan
pada bawahan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang seportif. Sedangkan menurut
Universitas Sumatera Utara
Robbins 2010, Universitas Michigan memiliki dua dimensi perilaku yaitu orientasi pada karyawan, menekankan pada hubungan interpersonal dan
memenuhi kebutuhan karyawan. Orientasi pada produksi, menekankan pada aspek tugas dan teknis kerja.
3 Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt
Kedua orang akademisi tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat
dijelaskan melalui dua titik ekstrem yaitu fokus pada atasan pemimpin dan fokus pada bawahan. Menurut keduanya gaya kepemimpinan akan ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi Wiludjeng, 2007. Menurut Robbins 2010, Universitas Lowa memiliki tiga
dimensi perilaku yaitu gaya demokratis melibatkan karyawan, mendelegasikan kewenangan, dan mendorong partisipasi. Gaya autokrasi mendikte metode kerja,
membuat keputusan sepihak, dan membatasi partisipasi. Gaya laissez-faire memberikan kebebasan kepada kelompok untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan tugas.
4 Grid Manajerial
Menurut Robbins 2010, Grid Manajerial memiliki dua dimensi perilaku yaitu perhatian terhadap orang, mengukur perhatian pemimpin pada
bawahannya dengan skala 1 sampai 9 rendah ke tinggi. Perhatian terhadap produksi, mengukur perhatian pemimpin terhadap penyelesaian pekerjaan
rendah ke tinggi. Sedangkan Wiludjeng 2007, Managerial Grid atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane S. Mouton
Universitas Sumatera Utara
mendorong manajer untuk memiliki dua kualitas kepemimpinan sekaligus yaitu orientasi pada tugas produksi dan orientasi pada hubungan orang.
Gambar 2.1 Managerial Grid
High
Concern for People
Low Concern for production
Sumber: Wiludjeng 2007
c. Pendekatan Situasional
Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson 2006, pendekatan kepemimpinan yang mendorong pemimpin memahami perilakunya sendiri.
Pendekatan situasional mengenai kepemimpinan setiap modelnya memiliki pendukung dan mengidentifikasi pola atau interaksi pemimpin-situasi untuk
mencapai kepemimpinan yang efektif, memiliki beberapa model kepemimpinan,
yaitu:
1 Model kontingensi kepemimpinan dari Fiedler, yaitu model kepemimpinan
yang mengembangkan dan memberikan postulat bahwa kinerja kelompok bergantung pada interaksi antar gaya kepemimpinan dan keutungan
situasional yang terdiri dari tiga faktor yang menentukan tingkat keuntungan situasional seorang pemimpin yaitu: hubungan pemimpin dan pengikut,
struktur tugas, dan kekuatan posisi position power.
1.9 Country club
management
1.1 Impoverish
management 9.1
Authority compliance
1.1 Impoverish
management 5.5
Middle of the road management
Universitas Sumatera Utara
2 Model kepemimpinan Vroom-Jago, yaitu model kepemimpinan yang
menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang efektif dalam situasi tertentu yang terdiri dari tigagaya kepemimpinan yang tersarankan yaitu:
dua gaya autokratis AI dan AII, dua gaya konsultatif CI dan CII, dan satu gaya berorentasi keputusan bersama oleh pemimpin dan kelompok, GII.
3 Model kepemimpinan jalur-tujuan Path-Goal Leadership Model, yaitu
model kepemimpinan yang menyatakan teori motivasi ekspektansi. Pengembangan teori ini memiliki empat gaya perilaku dan tiga sikap yaitu
diantaranya: empat gaya perilaku yang terdiri dari: direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian. Sedangkan tiga sikap bawahan
yang terdiri dari: kepuasan kerja, penerimaan terhadap pemimpin, dan harapan mengenai hubungan antara usah, kinerja, dan imbalan.
Gambar 2.2 Model Jalur-Tujuan Path-Goal Leadership Model
Sumber: Ivancevich, Konopaske, dan Matteson 2006.
Kategori perilaku pemimpin
Menjelaskan jalur path Organisasi pencapaian
Memfasilitasi tugas Suportif
Memfasilitasi interaksi produktif
Pengambilan keputusan kelompok
Networking Memproyeksikan nilai
Karakteristik Pegawai
Kemampuan Locus of control
Kebutuhan akan kejelasan Kebutuhan akan pencapaian
Pengalaman
Dimensi Lingkungan
Struktur tugas Dinamika kelompok kerja
Keefektifan pemimpin
Hasil
Peningkatan kepercayaan pegawai untuk berprestasi
Kasifikasi jalur untuk mencapai imbalan yang tidak diinginkan
Penetapan target yang menantang
Penggunaan seluruh bakat yang ada di kelompok
Meningkatkan kebutuhan akan kepuasan
Meningkatkan kinerja kerja Berkurangnya ketidakpastian
Universitas Sumatera Utara
4 Model kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard, yaitu pendekatan
kepemimpinan yang menganjurakan memahami perilaku sendiri. Teori ini mengunakan penelitian Ohio State University untuk mengembangkan empat
gaya kepemimpinan yang biasanya dipakai oleh para manajer yang terdiri dari: mengarahkan telling, menjual selling, menggalang partisipasi
participating, dan mendelegasikan delegating.
Gambar 2.3 Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard Perilaku Pemimpin
rendah Perilaku Suportif
Perilaku Relasi
tinggi
rendah Perilaku Tugas tinggi Panduan
Kesiapan Para Pengikut Tinggi Sedang Rendah
R4 R3 R2 R1 Mampu dan rela atau Mampu tetapi tidak Tidak mampu Tidak mampu
Percaya diri rela atau merasa tetapi rela atau dan tidak rela
Tidak aman percaya diri atau cemas Follower-Directed
Leader-Directed diarahkan oleh pengikut
diarahkan oleh pemimpin
Sumber: Ivancevich, Konopaske, dan Matteson 2006 Teori kepemimpinan situasional Hersey Blanchard tingkat kematangan
yang dapat dibedakan dalam empat katagori kematangan yang masing-masing mempunyai perbedaan tingkat kematangan yang terdiri dari: tingkat kematangan
anggota rendah M1, tingkat kematangan anggota rendah ke sedang atau moderat rendah M2, tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau moderat tinggi
Partisipatif S3
Sharing ide-ide difasilitasi dalam pengambilan keputusan
Selling Menjual S2
Menjelaskan keputusan dan menyediakan kesempatan untuk
klasifikasi Delegatif
S4 Menyerahkan tanggung jawab
untuk keputusan dan implementasi
Telling Menyuruh S1
Menyediakan instruksi spesifik dan mengawasi pelaksanaannya
secara ketat
Universitas Sumatera Utara
M3, dan tingkat kematangan anggota tinggi M4. Kombinasi perilaku kepemimpinan yang merujuk pada tingkat kematangan, terdapat pada tabel
dibawah ini, yaitu:
Tabel 2.1 Tingkat Kematangan Tingkat Kematangan
Perilaku Kepemimpinan
Rendah M-1 Tidak mau dan tidak mampu
Instruksi S-1 Tinggi tugas dan rendah hubungan
Rendah ke sedang atau moderat rendah M-2
Tiada mampu tetapi mau Konsultasi S-2
Tinggi tugas dan tinggi hubungan
Sedang ke tinggi atau moderat tinggi M-3
Mampu tetapi tidak mau Partisipasi S-3
Rendah tugas dan tinggi hubungan
Tinggi M-4 Mau dan mampu
Delegasi S-4 Rendah tugas dan rendah hubungan
Sumber: Rivai dan Mulyadi 2011
d. Pendekatan Kontenporer