Penulisan gradasi hasil bacaan penting, untuk menunjuk keparahan penyakit dan tingkat penularan penderita Depkes, 2001 dalam Supriyadi, 2003.
2.1.11. Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2
dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang. Jika
hasil rontgen mendukung TB paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita TB paru BTA positif. Dan jika hasil rontgen tidak mendukung TB paru, maka
pemeriksaan dahak SPS di ulang Depkes, 2005. Pemeriksaan lain seperti foto toraks dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB paru hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit TB paru Chin, 2000.
2.1.12. Pengendalian, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru
Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah
penularan bakteri dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan Crofton, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama adalah memberikan obat anti tuberculosis yang benar dan cukup, serta
dipakai dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah
mengupayakan kesehatan lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga,
mengatur kepadatan penduduk, menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang. Dengan
demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan Jusuf, 2010. Menurut Depkes 2003,
selain penyuluhan, pengobatan juga merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB paru. Tujuan
pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen
dalam DOTS adalah panduan pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan
seorang Pengawas Menelan Obat PMO dan pemberian panduan OAT didasarkan klasifikasi TBC.
Menurut Hudoyo 2008, mengobati penderita dengan TB paru cukup mudah, karena penyebab TB paru sudah jelas yaitu, bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat di matikan dengan kombinasi beberapa obat yang sudah jelas manfaatnya. Sesuai dengan sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis, untuk
memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Obat harus di berikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua bakteri termasuk bakteri persisten dapat di bunuh. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
2. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung DOT= Directly Observed Treatment oleh seorang
Pengawas Menelan Obat PMO.
2.2. Perempuan dan TB Paru