Menurut Depkes 2008, strategi penemuan penderita TB paru biasanya dilakukan sebagai berikut:
1. Penemuan penderita TB paru harus dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka penderita dilakukan di unit pelayanan kesehatan, didukung
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB paru. Cara ini
bisa di kenal dengan istilah passive promotive case finding penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif.
2. Pemeriksaan terhadap kontak penderita TB paru, terutama mereka yang BTA positif, yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
3. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.
2.1.10. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Menurut Aditama 2006, pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan Dahak
Spesimen dahak dikumpulkan atau ditampung dalam pot dahak bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan
tidak bocor yang telah diberi label atau nomor urut sediaan dahak. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi- Sewaktu SPS, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. S sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB paru datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. b. P Pagi: dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. c. S sewaktu: dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
2. Pemberian Nomor Identitas Sediaan
a. Kaca sediaan dipengang pada kedua sisinya untuk menghindari sidik jari pada badan sediaan.
b. Setiap kaca sediaan diberi nomor identitas sesuai dengan identitas pada pot dahak dengan menggunakan spidol permanen atau pensil kaca.
c. Pemberian nomor identitas sediaan bertujuan untuk mencegah kemungkinan tertukarnya sediaan.
3. Pembuatan Preparat
Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus, darah atau ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang
sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan diatas kaca obyek dengan ukuran ±2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu
tebal atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol berisi campuran alkohol 70 dan pasir dengan perbandingan
2 : 1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat pada ose untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang dapat menularkan bakteri tuberculosis. Rekatkan fiksasi dengan cara melakukan
melewatkan preparat diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen.
4. Pembuatan Ziehl Neelsen