Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih perlu mendapat perhatian yang serius untuk menghadapi tantangan globalisasi, di mana batas-batas negara tidak menjadi penting lagi bagi sistem jaringan informasi. Global Competitiveness Report 20092010, Menilai tingkat persaingan global suatu negara dari kualitas pendidikan tingginya, hanya menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 133 negara, yaitu di bawah Singapura 3, Malaysia 24, Cina 29,Thailand 36, serta India 49. Kualitas Sumber Daya Manusia SDM Indonesia sebagai hasil outcomes dari proses pendidikan nasional juga merupakan masalah serius yang harus dihadapi. Badan Dunia untuk Program Pembangunan UNDP menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia HDI. Peringkat tersebut lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Hal demikian terungkap dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009 yang dipublikasikan di Jakarta, ”Dari laporan terbaru data 2007, Indonesia menempati posisi 111 dari 182 negara. Indeks pembangunan manusia RI memiliki nilai 0,734, berada pada range pengembangan medium,” kata Kepala Tim Unit Pemerintahan Demokrasi UNDP Rizal Malik dalam jumpa pers di Jakarta, Kompas, ed Senin, 5 Oktober 2009. Tantangan yang akan dihadapi di era global ialah kesadaran penuh bangsa Indonesia untuk melakukan investasi dalam sektor pendidikan. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial serta kemampuan individu yang optimal. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang commit to user 2 termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lingkungan pendidikan ialah komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan situasi interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan terdidik yang berlangsung beserta unsur-unsur penunjangnya. Lingkungan pendidikan terdiri atas lingkungan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat. Berdasarkan analisis terhadap ketiga lingkungan pendidikan tersebut, Soedijarto, dkk 1991 : 144 menyimpulkan “ ... betapa potensial dan strategisnya lembaga pendidikan sekolah bagi proses pengembangan sumber daya manusia Indonesia ...” . Hal ini menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah dengan mengoptimalkan peran lembaga pendidikan sekolah. Perencanaan kurikulum pendidikan merupakan faktor yang juga menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat pada masa sekarang menyebabkan kebutuhan dan perkembangan masyarakat tidak sama seperti pada masa lampau. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan sesuai dengan fungsinya yakni “... menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan pengalaman pembelajaran yang harus dikuasai, serta bagaimana pengalaman pembelajaran tersebut disampaikan kepada peserta didik. ” Zamroni dalam Ella Yullaelawati, 2004 : v. Saat ini, kurikulum yang berlaku adalah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh Badan Standar Pendidikan Nasional hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan pengembangan KTSP dan silabusnya harus dilakukan oleh sekolah. Peran guru adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih operasional. Kepala sekolah dan commit to user 3 para guru mungkin akan menghadapi berbagai permasalahan jika mereka belum siap dan memahami KTSP dengan baik. Padahal kesiapan dan pemahaman yang baik terhadap kurikulum pendidikan tersebut akan mempengaruhi kualitas proses belajar-mengajar di sekolah. Sebagai upaya untuk memajukan pendidikan nasional, kualitas proses belajar-mengajar di sekolah perlu ditingkatkan mengingat pernyataan bahwa “Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan ... “ Moh. Uzer Usman, 2005 : 4. Senada dengan pernyataan tersebut, Sudijarto 1991 :164 menekankan pula bahwa kualitas proses belajar- mengajar dan sistem evaluasi merupakan faktor yang tinggi pengaruhnya terhadap mutu pendidikan. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses belajar-mengajar tersebut meliputi setiap mata pelajaran salah satunya ialah pelajaran Fisika, yang termasuk dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Oleh karena itu, proses belajar- mengajar Fisika di sekolah juga menyesuaikan dengan karakteristik tersebut. Fisika meliputi tiga karakteristik, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk hasil merupakan kumpulan pengetahuan seperti fakta, konsep, prinsip atau hukum, dan teori. Proses dalam Fisika berkaitan dengan keterampilan untuk mendapat pengetahuan tersebut. Sikap ilmiah merupakan sikap yang melandasi seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sebagai konsekuensi diterapkannya suatu kurikulum mata pelajaran Fisika di sekolah menjadi tugas para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut didasarkan pada sebuah pendekatan melalui metode pembelajaran. Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni Teacher Centered Learning TCL dan Student Centered Learning SCL. Sekarang ini, pemilihan pendekatan pembelajaran lebih mengarah berpusat pada commit to user 4 siswa SCL dan tidak lagi berpusat pada guru seperti yang terjadi di masa lampau. Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan Keterampilan proses, Konsep, Konstruktivisme, Deduktif, Induktif, Ekspositori dan Heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan ini dapat dikembangkan dalam proses belajar- mengajar Fisika di sekolah. Hal penting dalam pendekatan ini ialah bahwa guru memberikan kesempatan kepada para siswa agar terlibat aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran Fisika. Mereka dapat mengembangkan potensinya atau melatih kemampuannya dalam menemukan pengetahuan dengan memperhatikan prosesnya. Di samping pendekatan pembelajaran, metode mengajar juga perlu dipertimbangkan keefektifannya sehingga dapat memberikan proses dan hasil yang baik dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Ada beberapa macam metode dalam pembelajaran, antara lain metode demonstrasi, diskusi, eksperimen, ceramah, inquiry , discovery , simulasi atau bermain peran, tanya jawab, dan metode pemberian tugas atau resitasi. Namun, metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi dan metode diskusi. Kedua metode tersebut juga dapat diterapkan dalam proses belajar-mengajar Fisika. Metode demonstrasi memungkinkan siswa dapat mengamati suatu proses atau gejala Fisika sehingga ia menemukan pengetahuan yang dapat menjelaskan proses tersebut. Sedangkan metode diskusi melibatkan siswa secara aktif untuk mencari penyelesaian masalah dalam rangka menemukan pengetahuan melalui penyampaian pendapat atau informasi. Kegiatan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Dari kegiatan evaluasi, dapat diketahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar Fisika siswa menunjukkan hasil belajar Fisika yang dicapai oleh siswa. Salah satu indikator prestasi belajar adalah kemampuan kognitif pada siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa baik faktor dari dalam maupun luar diri siswa, salah satu di antaranya ialah minat belajar siswa. Minat belajar merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh commit to user 5 terhadap keberhasilan individu. Tanpa adanya minat belajar, siswa tidak akan dapat belajar sungguh-sungguh, sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti memilih judul penelitian : ”PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA ”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS

0 12 171

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006 2007

0 3 44

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA DI SMA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

0 4 96

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP KELAS VIII TAHUN AJARAN 2008 2009

0 3 99

PENGGUNAAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA

1 6 107

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 2 101

PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA.

0 1 18

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 10

1 PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN FISIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP FISIKA DI SMA

0 0 69