Pengertian Belajar Teori-Teori Belajar

commit to user 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aspek yang sangat penting untuk mencapai prestasi. Proses belajar dapat dilakukan oleh setiap orang baik di lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendapat Witheringthon yang dikutip oleh M. Ngalim Pu rwanto 1985 : 81 mengemukakan ”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau sesuatu pengertian.” Pengertian ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang akan berubah melalui belajar. Menurut A. Suhaenah Suparno 2001:2, “Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan relatif permanen sebagai akibat dari upaya- upaya yang dilakukannya”. Hal ini berarti bahwa belajar ditandai dengan adanya perubahan yang relatif permanen dalam diri individu. Sejalan dengan pendapat tersebut, W.S. Winkel 1996 : 53 juga menyatakan “Belajar adalah suatu aktivitas mental psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”. Menurut pendapat ini bahwa aktivitas belajar tergolong aktivitas mental dan perubahan terjadi tersebut merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktivitas mental yang dialami seseorang dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan relatif permanen di dalam kepribadian yang berupa kecakapan atau keterampilan, nilai sikap, kebiasaan, kepandaian, dan pengetahuan-pemahaman atau suatu pengertian. Dengan demikian, seseorang yang senantiasa melakukan perubahan menuju perbaikan dalam dirinya maka orang tersebut telah melakukan proses belajar. commit to user 9

b. Teori-Teori Belajar

Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain Bruner, Ausubel, Gagne, dan Piaget. Keempat teori tersebut dibahas oleh Ratna Wilis Dahar dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Belajar 1989 : 97- 167. Berikut ini diuraikan beberapa hal penting yang menjadi inti dari masing-masing teori tersebut. 1 Teori Belajar Menurut Bruner Teori belajar menurut Bruner dikenal dengan model belajar penemuan discovery learning . Menurutnya, belajar penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik. Dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, seseorang akan memperoleh pengetahuan yang bermakna. Oleh karena itu, Bruner berpendapat bahwa siswa hendaknya dilibatkan secara aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pengalaman pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Belajar penemuan dapat membangkitkan keingintahuan siswa dan memberi motivasi untuk berusaha terus sampai dapat memecahkan permasalahannya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi juga sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner di atas. Melalui metode demonstrasi, guru memberikan permasalahan di awal pembelajaran kemudian mengajak siswa untuk dapat berpartisipasi aktif untuk membantunya melakukan demonstrasi atau mengamatinya dalam rangka menemukan konsep atau prinsip yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Melalui metode diskusi, guru juga memberikan permasalahan kepada para siswa. Siswa secara berkelompok memiliki kesempatan berpartisipasi aktif dalam diskusi bersama dengan rekannya untuk menemukan pemecahan masalah tersebut secara bersama-sama. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses siswa dapat menemukan pengetahuan yang bermakna bagi dirinya sehingga mampu untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pengetahuan tersebut. commit to user 10 2 Teori Belajar Menurut Ausubel Ausubel tidak setuju dengan ahli pendidikan lain yang menyatakan bahwa belajar bermakna hanya diperoleh melalui proses penemuan saja karena mereka menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan. Padahal menurutnya, belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dan mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel, belajar terdiri atas dua tingkatan. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat disampaikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga terjadi belajar bermakna. Namun, jika siswa hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya maka cara ini dinamakan dengan belajar hafalan. Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran juga sesuai dengan teori belajar menurut Ausubel. Siswa akan mengalami belajar bermakna dengan pendekatan keterampilan proses baik melalui metode demonstrasi maupun diskusi. Melalui metode demonstrasi, siswa mendapatkan pengetahuan dalam bentuk belajar penemuan konsep atau prinsip melalui pengamatan sedangkan melalui metode diskusi, siswa belajar penemuan pemecahan masalah dengan tukar menukar pendapat. 3 Teori Belajar Menurut Gagne Berdasarkan teorinya tentang model belajar pemrosesan informasi, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase juga mengisyaratkan adanya suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa proses internal. Kejadian-kejadian belajar tersebut meliputi : commit to user 11 a Fase Motivasi Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan adanya harapan. Misalnya, siswa dapat mengharapkan bahwa dengan belajar sungguh-sungguh mereka akan mendapatkan nilai yang baik. b Fase Pengenalan Siswa memperhatikan aspek-aspek yang penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru dapat pula membantu memusatkan perhatian siswa tersebut terhadap informasi yang relevan. c Fase Perolehan Informasi relevan yang telah diperhatikan siswa tidak langsung disimpan dalam memori melainkan dikaitkan dengan informasi yang telah ada dalam memorinya agar menjadi bermakna bagi dirinya. Dengan demikian, siswa dapat membentuk gambaran-gambaran tentang informasi tersebut. d Fase Retensi Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali reherseal atau praktek practice . e Fase Pemanggilan Fase ini menunjukkan bagian penting dalam belajar yakni upaya memperoleh hubungan dengan informasi yang telah dipelajari dengan memanggil informasi tersebut dari memori jangka panjang. Materi yang terstruktur dengan baik akan lebih mudah dipanggil dari pada materi yang disajikan tidak teratur. f Fase Generalisasi Generalisasi atau transfer informasi merupakan upaya menerapkan suatu informasi ke dalam situasi-situasi baru. Hal ini merupakan fase kritis dalam belajar. g Fase Penampilan Para siswa harus menunjukkan kemampuan yang mereka peroleh setelah belajar melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah belajar tentang alat termometer siswa mampu menunjukkan cara pengukuran suhu suatu benda dengan benar. commit to user 12 h Fase Umpan Balik Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilannya sehingga mereka mengetahui sudah benar atau belumkah pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement penguatan kepada mereka untuk penampilan yang berhasil. Teori belajar menurut Gagne yang telah dikemukakan di atas juga relevan sebagai dasar penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi dalam proses pembelajaran Fisika. Dalam pendekatan ini, guru terlebih dahulu memberikan motivasi di awal pembelajaran. Selanjutnya guru mengarahkan perhatian siswa pada pembahasan materi tertentu dalam Fisika dan merumuskan masalah yang akan dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk memberikan opininya atas masalah tersebut. Hal ini dapat merangsang siswa untuk mengkaitkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Baik melalui metode demonstrasi dan diskusi, guru membimbing siswa jika mengalami kesulitan sehingga siswa segera dapat memahami pelajaran. Siswa diminta menyimpulkan hasil pembelajarannya kemudian guru memberikan soal penguatan dan pemantapan. Siswa akan menerapkan informasi yang telah diperoleh untuk menyelesaikan soal tersebut. Guru juga memberikan umpan balik dengan memberikan tanggapannya atas jawaban siswa tersebut. Jika jawaban siswa belum benar maka guru akan meluruskannya. 4 Teori Belajar Menurut Piaget Piaget melalui teorinya tentang belajar mengemukakan bahwa setiap individu akan mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yang meliputi : a Tingkat Sensori-motor pada usia 0-2 tahun Pada tahap ini anak mengenal lingkungannya dengan menggunakan kemampuan panca inderanya sensori dan tindakan-tindakannya motor. b Tingkat Pra-operasional pada usia 2-7 tahun Pada tahap ini disebut pra-operasional karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti menambah atau mengurangi. Pada usia 2-4 tahun, anak mengalami sub-tingkat pra-logis. Anak commit to user 13 pada tingkat ini memiliki penalaran transduktif, di mana anak melihat hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada.. Pada usia 4 -7 tahun anak mengalami tingkat berpikir intuitif. Ciri yang lain pada anak pada tingkat pra-operasional adalah tidak dapat berpikir reversibel dan bersifat egosentris. c Tingkat Operasional Konkret pada usia 7-11 tahun Pada tingkat ini anak mulai berpikir rasional. Dalam memecahkan masalah yang konkret anak dapat mengambil keputusan secara logis. Namun demikian anak pada tahap ini belum mampu untuk berpikir dengan materi yang abstrak. d Tingkat Operasi Formal pada usia 11 tahun ke atas Pada tahap ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Anak juga sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak. Menurut Piaget, seseorang yang semakin dewasa akan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan struktur kognitifnya. Apabila seseorang menggunakan struktur kognitif kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi suatu masalah dari lingkungan tersebut maka terjadilah proses asimilasi. Jika seseorang memerlukan modifikasi dari struktur mental yang sudah ada untuk menghadapi masalah tersebut maka terjadilah proses akomodasi. Akibatnya, terjadilah proses equilibrasi keseimbangan diantara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, siswa harus diberikan area yang belum ia ketahui agar belajar sebab ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya. Siswa akan beradaptasi terhadap area baru itu sehingga terjadi keseimbangan dalam struktur kognitifnya. Pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi juga dapat diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan teori belajar menurut Piaget. Melalui pendekatan ini, siswa diberi permasalahan sebagai area baru bagi siswa agar belajar. Selanjutnya, siswa berupaya beradaptasi dalam pembelajaran baik melalui metode demonstrasi maupun diskusi untuk mencari jawaban dari permasalahan yang telah diberikan tersebut. Pemilihan permasalahan dalam pembelajaran ini juga telah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa SMP yakni pada tingkat Operasi Formal. commit to user 14

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS

0 12 171

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006 2007

0 3 44

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA DI SMA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

0 4 96

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP KELAS VIII TAHUN AJARAN 2008 2009

0 3 99

PENGGUNAAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA

1 6 107

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 2 101

PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA.

0 1 18

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 10

1 PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN FISIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP FISIKA DI SMA

0 0 69