Tujuan Belajar Pendekatan Keterampilan Proses

commit to user 16 akan dapat belajar sungguh-sungguh, dan dampaknya hasil belajar tidak akan sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan adanya minat belajar yang kuat, subyek belajar akan memperhatikan dan mengenang bahan belajar yang disajikan guru. Ini berarti bahwa minat merupakan suatu kekuatan yang mendororng seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau suatu kegiatan. Minat belajar adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran. Dengan minat pembelajaran yang tinggi hasil prestasi yang dicapai dimungkinkan akan lebih baik. Minat belajar fisika merupakan dorongan yang terdapat dalam diri siswa itu dimana siswa merasa tertarik terhadap fisika yang dibuktikan bahwa siswa itu selalu bersikap aktif dan positif dalam belajar fisika baik di sekolah maupun di rumah. Siswa yang mepunyai minat belajar fisika biasanya memiliki ciri-ciri sebagi berikut: a. Selalu bersikap ingin tahu tentang fisika b. Jika ada kegiatan tentang fisika, ia selalu ingin mengikuti. Misalnya lomba fisika, atau olimpiade fisika c. Jika guru memberikan pelajaran fisika, anak tersebut aktif. Sehingga rasa keingintahuannya itu akan terus mendorong minat belajar fisikanya tetap eksis. Dengan melihat pernyataan di atas, siswa yang memiliki sebagian dari ciri-ciri di atas dimungkinkan dia memiliki minat belajar fisika yang tinggi. Jadi minat belajar fisika adalah faktor intern yang terdapat dalam diri siswa yang berupa dorongan rasa ketertarikan terhadap fisika, dalam hal ini pada pokok bahasan Kalor.

e. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah segala hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar berperan penting bagi guru dan siswa. Bagi guru, tujuan belajar merupakan pedoman tindak mengajar. Dari segi siswa, tujuan belajar menjadi panduan belajar yang mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. commit to user 17 Proses belajar memiliki hubungan dengan tujuan belajar. Rumusan tujuan belajar hendaknya disesuaikan dengan perilaku yang diharapkan dapat dilakukan siswa. Sardiman A.M 2001: 28-29 merangkum tujuan belajar secara umum sebagai berikut : 1 Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. 2 Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dapat dipelajari dengan banyak melatih kemampuan. 3 Pembentukan sikap.Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai. Karena itu, guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik yang memberikan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah hasil belajar yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuan belajar di atas, yakni mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep keterampilan, dan pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi hal ihwal keilmuan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan sikap afektif.

f. Kemampuan Kognitif

Adanya suatu penilaian merupakan salah satu bagian dari kegiatan atau usaha. Melalui kegiatan ini, kita dapat mengetahui sejauh mana hasil dari suatu kegiatan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, hasil yang didapat biasanya disebut dengan prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan masukan bagi guru untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi yang diterima selam proses pembelajaran tersebut berlangsung. Adapun pengertian prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegooro 1994 : 43 adalah “Penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam per iode tertentu”. Dari pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat ditunjukkan dengan huruf atau angka. commit to user 18 Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang yang telah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar fisika merupakan hasil yang telah dicapai seorang siswa setelah mengikuti proses belajar fisika. Prestasi yang diperoleh siswa biasanya berupa nilai mata pelajaran fisika. Dari berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam pengertian ini adalah prestasi belajar kemampuan kognitif fisika siswa pokok bahasan Kalor yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Prestasi belajar mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Berikut akan dijelaskan aspek kognitif sebagai prestasi belajar siswa. Kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil perolehan pengetahuan. Cara penalaran atau kognitif seseorang terhadap suatu objek selalu berbeda-beda dengan orang lain. Artinya objek penalaran yang sama mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi, karena berbeda dalam penalaran, berbeda pula dalam kepribadian, maka terjadilah perbedaan individu. Aspek kognitif ini, secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang dikembangkan oleh Bloom, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan knowledge , yaitu mengenali kembali hal-hal yang bersifat umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur dan perangkat. b. Pemahaman comprehension , mencakup kemampuan untuk memahami, menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. c. Penerapan application , merupakan kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit. commit to user 19 d. Analisis analysis , adalah menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa sehingga tampak jelas susunan dan hirarkis gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam suatu komunikasi. e. Sintesis syntesis , memerlukan kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh. f. Evaluasi evaluation , merupakan kemampuan untuk menetapkan sesuatu tertentu. Kategori-kategori ini disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin menjadi bersifat kompleks, mulai dari yang pertama sampai dengan yang terakhir.

2. Hakikat Fisika

Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Oleh karena itu, ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA yang di dalamnya mencakup gejala-gejala alam. Pendapat Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes et al 1986 : 3 menyatakan “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan persyaratan utama untuk pemecahan masalah dengan mengamati gejala- gejala tersebut”. Selanjutnya, Brockhaus yang dikutip oleh Herbert Druxes et al 1986 : 3 berpendapat “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian di alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkan peraturan- peraturan umum”. Hal ini berarti bahwa Fisika merupakan teori yang mempelajari gejala-gejala alam, hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematis berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam dengan penyajian yang sesederhana mungkin yang diperoleh dari penelitian, percobaan, dan pengukuran untuk menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan yang terjadi berdasarkan peraturan-peraturan umum. Berdasarkan pengertian ini, untuk commit to user 20 memperoleh pengetahuan atau produk Fisika yang berupa fakta, konsep, hukum, dan teori adalah tidak terlepas dari proses yang berkaitan keterampilan- keterampilan tertentu seperti mengamati, menafsirkan, menerapkan, merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan. Sikap yang melandasi proses tersebut adalah sikap ilmiah, antara lain rasa ingin tahu dan mau menghargai pendapat orang lain

3. Hakikat Mengajar a. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Bagi seorang guru, mengajar mengandung arti membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses belajar. Oemar Hamalik 1992 : 58 berpendapat ”Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak- anak untuk melakukan proses belajar mengajar secara efektif”. Sejalan dengan pendapat ini, S. Nasution 2000 :4 menyatakan “Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Kedua pendapat tersebut sama-sama menekankan akan pentingnya mengatur lingkungan dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah 1995: 183, “Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.” Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam mengajar, guru dan siswa perlu saling berinteraksi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang sebaik-baiknya di mana guru dan siswa sama-sama aktif dan saling mengadakan interaksi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara efektif. Dalam upaya menciptakan kondisi belajar yang baik, terdapat faktor yang mempengaruhi, yaitu lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan harus dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya proses belajar mengajar. commit to user 21

b. Kegiatan Mengajar

Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, seorang guru harus berinteraksi dengan siswanya. Agar terjadi interaksi yang saling mendukung diperlukan adanya komunikasi yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemilihan desain instruksional atau program pengajaran yang tepat. Selain itu, seorang guru perlu mempertimbangkan beberapa hal supaya kegiatan mengajarnya dapat berlangsung secara efektif. Pendapat Henich et al yang dikutip oleh Soekartawi 1995: 49 memberikan hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan pemilihan desain instruksional yang disingkat dengan ASSURE, yaitu : 1. Analyze analisis karakteristik siswa; 2. State objectives tentukan tujuan dan alasan mengapa memilih model instruksi tersebut; 3. Select pilih dan modifikasi bahan yang digunakan dalam model instruksi; 4. Utilize gunakan bahan yang digunakan dalam media atau model instruksi tersebut; 5. Require minta siswa untuk merespons apakah model instruksi tersebut sudah cocok untuk digunakan; 6. Evaluate evaluasi apakah model instruksi tersebut cukup efektif Kegiatan mengajar yang efektif akan memungkinkan tercapainya pembelajaran yang efektif pula. Berkaitan dengan pembelajaran yang efektif, Pendapat Richard Dunne dan Ted Wragg 1996:12 bahwa pembelajaran efektif memiliki karakteristik antara lain : “Pembelajaran tersebut memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama manusia, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan ”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengajar yang baik membutuhkan komunikasi yang baik terutama di antara guru dan siswa. Hal ini dapat diwujudkan dengan desain instruksional yang efektif. Pemilihan desain intruksional tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti yang telah disebutkan di atas sehingga terjadi pembelajaran efektif yang memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat. commit to user 22

4. Pendekatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu, guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Berkenaan dengan pengertian pendekatan, Zuhdan K. Prasetyo 2000 : 3.3 menyatakan ”Pendekatan adalah teori atau asumsi yang dikemukakan dan dipercaya sangat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif”. Sementara itu, W. Gulo 2002 :4 mengemukakan bahwa ”Pendekatan merupakan sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar ”. Berdasarkan kedua pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan teori atau asumsi yang melandasi sudut pandang guru dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. Dalam kesimpulan ini, guru dinyatakan secara eksplisit karena para gurulah yang berperan dalam menentukan pendekatan pembelajaran tersebut. Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni Teacher Centered Learning TCL dan Student Centered Learning SCL. Sekarang ini, pemilihan pendekatan pembelajaran lebih mengarah berpusat pada siswa SCL. Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan keterampilan proses, pendekatan konsep, pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif, pendekatan induktif, pendekatan ekspositori dan pendekatan heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan keterampilan proses.

a. Pendekatan Keterampilan Proses

Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Tujuan pokok kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa. Proses pengajaran merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Suatu pengajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses berarti pengajaran itu berusaha menempatkan keterampilan peserta didik pada posisi yang amat penting. Oleh karena itu, commit to user 23 pendekatan keterampilan proses tergolong pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Centered Learning SCL. Pengertian pendekatan keterampilan proses menurut Depdikbud seperti dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono 1999 : 138 adalah ”... wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa”. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses berupaya untuk mengembangkan potensi yang telah ada pada diri siswa. Sementara itu, Conny R. Semiawan, dkk 1991: 169 menyatakan ”Pengembangan dan penguasaan konsep melalui belajar bagaimana mempelajari konsep itulah yang disebut pengembangan keterampilan proses”. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa belajar melalui pendekatan keterampilan proses lebih bergantung pada bagaimana konsep dari suatu pelajaran diajarkan bukan pada apa yang diajarkan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan mentalnya sehingga memiliki kemampuan belajar bagaimana mempelajari sesuatu to learn how to learn . Selanjutnya, pendapat Funk yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, 1999: 138-139 memberikan penjelasan tentang pendekatan tersebut sebagai berikut : 1 Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan 2 Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pebelajar yang pasif 3 Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya untuk mengembangkan potensi berupa keterampilan yang telah ada pada diri siswa melalui belajar yang lebih menekankan proses bagaimana mempelajari commit to user 24 suatu pengetahuan fakta, konsep, prinsip, dan teori. Di samping itu, siswa diberi kesempatan yang lebih untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS

0 12 171

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006 2007

0 3 44

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA DI SMA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

0 4 96

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP KELAS VIII TAHUN AJARAN 2008 2009

0 3 99

PENGGUNAAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA

1 6 107

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 2 101

PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA.

0 1 18

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 10

1 PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN FISIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP FISIKA DI SMA

0 0 69