Latar Belakang Palangehon Boru

1 PALANGEHON BORU Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa Pargarutan, Tapanuli Tengah

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing pendukungnya. Ritual tersebut mempunyai bentuk dan cara melestarikan kebudayaan mereka. Adakalanya berbeda kelompok masyarakat dan berbeda pula maksud dan tujuannya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal, adat serta tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Setiap tindakan manusia secara keseluruhan disebutkan sebagai kebudayaan yang didalamnya terdapat unsur-unsur secara keseluruhan bisa didapatkan dalam semua kebudayaan dari berbagai etnis di dunia. Unsur-unsur ini disebut dengan unsur kebudayaaan universal yang terdiri dari 7 tujuh unsur kebudayaan. Salah satu unsur kebudayaan universal adalah sistem religi sistem kepercayaan yang didalamnya termuat sistem upacara, baik berupa upacara tradisional maupun yang merupakan suatu pranata yang diperlukan. Masyarakat sebagai usaha untuk memenuhi hasratnya untuk melakukan komunikasi dengan kekuatan-kekuatan gaib karena didalamnya terdapat simbol yang Universitas Sumatera Utara 2 berfungsi sebagai alat komunikasi dengan mahluk lain Koentjaraningrat 1981:203-204. Pada masyarakat Batak Toba di desa Pargarutan terdapat berbagai jenis upacara yang berhubungan dengan kepercayaan tradisional mereka. Masyarakat hingga pada saat ini masih mempercayai adanya suatu yang memiliki kuasa yang besar dan percaya akan menyelamatkan keberlansungan hidup kelompoknya dari segala hal yang dianggap sebagai marabahaya. Manusia dari banyak kebudayaan percaya sekali bahwa ada suasana berbahaya yang akan ditemui apabila tiba pada saat meninggalkan satu tingkat memasuki tingkat yang lain, untuk menolak bahaya itu manusia menciptakan usaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut. Usaha penyelamatan diri itu berbentuk upacara-upacara yang dilakukan bersama atau sendiri untuk berkomunikasi dan mengembangkan hubungan baik dengan para kekuatan gaib,roh dan sebagainya. Upacara-upacara demikian yang dinamakan crisis rites atau rites de passage 1 atau upacara peralihan yan berfungsi sebagai sarana pengumuman kepada khalayak ramai tentang tingkatan kehidupan yang telah dicapai oleh seseorang Koentjaraningrat 1977: hlm89-90 Tulisan ini mengkaji tentang upacara adat palangehon boru 2 memandikan anak perempuan yang masih dilakukan oleh etnik Batak Toba hingga saat ini. Dilatarbelakangi karena upacara ini merupakan 1 Crisis rites upacara-upacara yang bersifat krisis atau Rites of passageRitus Peralihan merupakan acara ritual yang menandai seseorang transisi dari status sama lain 2 Palangehon boru merupakan adat memandikan anak perempuan Universitas Sumatera Utara 3 salah satu warisan budaya yang diturunkan oleh nenek moyang ke generasinya atau masyarakat Batak Toba di desa Pargarutan dan masih menghargai budaya tesebut, meminta bantuan kepada roh leluhur untuk menjauhkan diri dari marabahaya dan ketidakwajaran. Dengan hal tersebut maka di lakukanlah upacara adat palangehon boru. Istilah palangehon boru berasal dari istilah palangehon yang berarti memandikan atau membasuh dan istilah boru yang berarti anak perempuan. Pada saat proses kehamilan dan persalinan si bayi perempuan ini yang mengindikasikan bahwa si anak akan mendapatkan marabahaya maka dilakukanlah upacara tersebut supaya sianak memperoleh hagabeon 3 ,hamoraon 4 ,dohot hasangapon 5 dalam kehidupannya kelak. Proses ritus dan upacara ini sangat unik, dimana letak keunikan nya ini adalah seorang bayi perempuan dimandikan dengan darah Pinahan 6 Babi yang disembelih hidup-hidup. Keunikan lainnya adat ini hanya dilakukan jika posisi kelahiran si balita tidak wajar dan tidak seperti kelahiran bayi normal lainnya, yang dimaksudkan dengan ketidakwajaran diatas adalah dimana bayi tersebut saat keluar dari peranakan ibunya, mengenai kotoran sang ibu yang keluar sebelum si bayi tersebut keluar hal ini lah yang disebutkan sebagai ritus yang terjadi sehinga dilaksanakan lah upacara tersebut karena ritual yang terjadi sebelum di laksanakannya upacara ini merupakan suatu aspek dari apa yang sedang diungkapkan. Keunikan 3 Hagabeon adalah kebahagiaan 4 Hamoraon adalah kekayaan,berkat yang melimpah 5 Hasangapon adalah keberhasilan dalam kehidupan seseorang 6 Pinahan merupakan bahasa batak dari hewan babi Universitas Sumatera Utara 4 lainnya dimana sebelum kelahiran keluarga merasa bahwa sejak si ibu mengandung, tingkat perekonomian di keluarga tersebut, berkurang drastis dari yang biasanya. Misalnya saja yang paling real dalam keluarga yang saya teliti ini, adalah hasil sawah keluarga ini yang biasanya menghasilkan lebih dari 30 karung beras setiap panennya, tetapi setelah mengandung anak ini maka hasil pertanian di keluarga ini berkurang menjadi 15 hingga 9 karung saja. 7 Upacara ini hanya dilaksanakan untuk anak bayi yang berjenis kelamin perempuan saja. Upacara ini sangat jarang dilakukan oleh etnis Batak, bisa saja dalam 1 tahun belum tentu ada yang melakukan kegiatan upacara ini, karena peristiwa semacam ini terhitung sangat langka. Hal itu dilakukan karena dianggap akan ada marabahaya yang berkepanjangan bagi si anak perempuan tadi jika tidak dilakukan proses upacara tersebut Upacara adat memandikan anak perempuan Palangehon boru ini sendiri bertujuan untuk membuang ketidakwajaran pada anak balita tersebut, menghindari malapetaka atau bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada si anak perempuan, mendapatkan rejeki, mengubah nasib, diberi jodoh, cita-cita tercapai, membersihkan diri, yang pada dasarnya adalah untuk doa menghindari hal-hal buruk pada si anak perempuan tersebut 8 . Dalam masyarakat Batak Toba meskipun upacara memandikan anak perempuan ini sangat jarang dilakukan, tetapi dalam setiap 7 Hasil wawancara sementara dengan informan 8 Hasil wawancara sementara dengan informan Universitas Sumatera Utara 5 pelaksanaan upacara adat harus selalu diperlukan elemen pelaksana sebagai penyelenggara kegiatan adat tersebut, sama halnya dengan upacara Palangehon boru ini yang didalamnya terdapat prinsip dasar dalam pelaksanaan adat- istiadat batak seperti “Dalihan natolu” tungku yang tiga 9 , yang berisikan: somba marhula-hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri elek marboru yang berarti sikap membujuk dan mengayomi wanita manat mardonan tubu bersikap hati-hati dan sopan kepada teman semarga Dalihan natolu ini merupakan salah satu struktur social dalam masyarakat Batak Toba dimana terkandung pandangan dan sikap antara satu unsur terhadap unsur yang lain. Kedudukan hula-hula dipandang amat tinggi, terutama bila di kaitkan dengan komponen emosi keagamaan dari religi tradisional orang batak kerabat ini dipandang oleh orang Batak sebagai sumber anugerah pasu-pasu yang tak akan kering,karena mereka di percayai memiliki kekuatan rohaniah dalam yang dinamakan sahula. Jadi sikap orang harus somba menyembah atau dengan kata lain menghormati. Dalam setiap upacara Batak Toba ini selalu digunakan terlebih lagi dalam upacara palangehon boru ini karena pada proses upacara,ada saat hula-hula berperan untuk membasuh si anak perempuan dengan air bersih setelah kedua orang tua si anak memandikannya dengan darah pinahan. 9 Dalihan natolu merupakan struktur kekerabatan yang harus selalu diperhatikan kelengkapannya dalam sebuah upacara Universitas Sumatera Utara 6 Kemudian hal yang terpenting berikutnya adalah parjambaran 10 ,biasanya memberikan beberapa benda dalam bentuk makanan atau pun barang dalam proses berlangsungnya upacara tersebut kemudian tata letak tempat duduk bagi para undangan yang hadir dalam upacara yang sedang dilaksanakan, raja parhata 11 , tampilan dan pemberian nama acara adat istiadat serta marria rajamartonggoraja 12 . Setiap elemen yang disediakan pada upacara ini merupakan symbol yang di anggap harus ada untuk menyempurnakan proses upacara tersebut, dan pada prinsipnya dalam upacara ini, anak yang akan dibasuhkan dalam proses upacara harus melaksanakan upacara adat ini di kampung halaman dimana ia dilahirkan. Masyarakat di desa Pargarutan menjadi fokus lokasi penelitian dikarenakan, lokasi ini merupakan kampung halaman nenek dari penulis, yang pada saat berlakunya upacara baru menyadari bahwa masih ada tersimpan kebudayaan bangsa Batak seperti upacara palangehon boru tersebut. Dalam hal ini di lokasi tempat Etnis Batak lainnya bermukim mungkin juga melakukan upacara ini, apabila persyaratan di penuhi. Dikatakan oleh salah seorang informan peneliti yang merupakan parhata adat pembicara dalam adat yang turut serta dalam pelaksanaan upacara ini sebagai orang yang di anggap lebih paham dan mengatur berjalannya proses upacara ini, apabila seorang 10 Parjambaran pada batak toba ialah salah suatu manifestasi penghargaan kepada seseorangkelompok tertentu dan dibagi dalam 3 bagian parjambaran 11 Raja parhata merupakan seseorang yang di pilih dengan kesepakatan untuk mengendalikan jalannya upacara adat tersebut 12 Marria rajamartonggoraja hakekatnya sama saja yaitu melakukan rapatpertemuan untuk mempersiapkan penyelenggaraan acara adat istiadat Universitas Sumatera Utara 7 anak perempuan yang mengalami kelahiran tidak wajar seperti apa yang telah dijelaskan. Alasan lainnya, mengapa desa ini yang saya pilih sebagai tempat penelitian saya, dikarenakan masyarakat yang bermukim di daerah ini memiliki mata pencaharian yang hampir sama seluruhnya, yaitu sebagai petani. Hubungan mata pencaharian ini dengan upacara tersebut dianggap saling berhubungan, dimana seperti yang telah dijelaskan bahwa tingkat perekonomian yang berkurang didalam keluarga, karena menurut kepercayaan masyarakat, si bayi lahir dengan tidak wajar tersebut. Palangehon boru ini merupakan salah satu kegiatan upacara yang dilakukan dengan proses membelah bagian perut babi hidup-hidup setelah membacakan doa-doa kepada sang pencipta untuk mengucap syukur dan supaya setiap pelaksanaan upacara adat ini dapat berjalan dengan lancar, setelah babi tersebut dibelah dan diambil bagian dalam tubuh babi tersebut seperti usus, jantung, lambung, dan organ-organ dalam tubuh babi tersebut dengan hanya menyisakan darah didalam tubuh babi tersebut. Kemudian memasukkan si anak balita perempuan kedalamnya dan membasuhnya dengan darah, kemudian dilanjutkan dengan dibasuh dengan air bersih oleh Tulang sebutan untuk saudara laki-laki ibu. Hal ini dilakukan untuk membuang ketidakwajaran dan hal-hal yang dianggap marabahaya bagi si anak tersebut yang terjadi pada ritus kelahiran bayi tersebut, mendapat kesehatan, menghindari malapetaka atau bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada si anak perempuan, mendapat kan rejeki, mengubah nasib, diberi jodoh, cita- Universitas Sumatera Utara 8 cita tercapai, membersihkan diri, yang pada dasarnya adalah untuk doa menghindari hal-hal buruk pada si anak perempuan tersebut 13 . Proses berlangsungnya upacara ini dimaksudkan untuk setiap manusia yang dalam tahap-tahap pertumbuhannya sebagai individu, yaitu sejak ia lahir, kemudian masa kanak-kanaknya, melalui proses menjadi dewasa dan menikah, menjadi orang tua, hingga saatnya ia meninggal, manusia mengalami perubahan-perubahan dalam linkungan sosial budayanya yang dapat mempengaruhi jiwanya dan menimbulkan krisis mental. Untuk menghadapi tahap pertumbuhannya yang baru maka lingkaran hidupnya itu manusia juga memerlukan ”regenerasi 14 ” semangat kehidupan sosial tadi. Rangkaian ritus dan upacara yang paling penting dan mungkin paling tua dalam masyarakat dan kebudayaan manusia. Van Gennep 1837-1957 15 . Palangehon boru ini juga dilakukan karena memiliki arti atau makna simbolis yang penting bagi masyarakat etnis Batak dalam tradisinya. Palangehon boru yang dilaksanakan oleh masyarakat dikhususkan hanya pada anak balita yang berjenis kelamin perempuan, hal-hal tersebut memiliki makna-makna yang penting bagi etnis Batak. Setiap langkah dalam pelaksanaan upacara ini memiliki kearifan- kearifan lokal tersendiri. Dalam hal ini aktifitas upacara adat yang berkaitan erat dengan sistem religi yang merupakan salah satu wujud 13 Interview atau wawancara sementara dengan informan pangkal 14 Regenerasi merupakan penggantian generasi tua kepada generasi muda 15 Studi Religi da Ritual-A tro y:Suwardi E draswara http:teguhimanprasetya.wordpress.com20080925budaya-religi-dan-ritual-antro diakses 3 mei 2013 Universitas Sumatera Utara 9 kebudayaan yang paling sulit dirubah dan bila dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang lainnya. Bahkan sejarah menunjukan bahwa aktifitas upacara adat dan lembaga-lembaga kepercayaan adalah untuk perkumpulan manusia yang paling memungkinkan untuk tetap dipertahankan. 16 Upacara adat palangehon boru ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan, dan kebudayaan ini adalah adat istiadat sedangkan ritual merupakan wujud nyata dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya. Wujud dari kebudayaan yang diungkapkan tersebut terdapat juga didalam kepercayaan yang ada didalam setiap masyarakat yang merupakan kenyataan hidup dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan dan adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat merupakan alat pengatur dan memberi arahan kepada setiap tindakan, perilaku dan karya manusia yang menghasilkan benda-benda kebudayaan. Kebudayaan yang ada pada masyarakat juga mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berfikir dari setiap masyarakat. Masyarakat manusia sebagai usaha untuk memenuhi hasratnya untuk melakukan komunikasi dengan kekuatan adi kodrati 17 16 Budaya Suku Batak http:de-kill.blogspot.com200904budaya-suku-batak.html diakses pada tanggal 22 mei 2013 17 Adi kodrati adalah melebihi atau di luar kodrat alam, supernatural Universitas Sumatera Utara 10 karena didalamnya terdapat simbol-simbol yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan mahluk lain Koentjaraningrat,1981:203-204. Keadaan yang dimaksudkan diatas, sangat berkaitan erat dengan kepercayaan manusia dalam berbagai kebudayaan di dunia gaib ini didiami oleh berbagai mahluk dan kekuatan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia dengan cara-cara biasa sehingga ditakuti oleh manusia kepercayaan itu biasanya termasuk suatu rasa kebutuhan akan suatu bentuk komunikasi dangan tujuan untuk menangkal kejahatan, menghilangkan musibah seperti atau untuk menjamin kesejahteraan. Dalam rangka melaksanakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya dipangaruhi oleh adanya kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya seperti nilai budaya, hukum, norma-norma maupun aturan- aturan khusus lainnya. Kadang-kadang upacara palangehon boru ini mengundang pro dan kontra. Di satu sisi masyarakat batak merupakan orang-orang yang memegang teguh adat istiadat nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun ke generasinya. Disisi lainnya, masyarakat Batak toba yang mayoritas penganut agama kristen yang di kenal sebagai agama yang taat dan patuh terhadap ajaran agama yang menolak segala bentuk penyembahan dan penghormatan kepada dewa atau roh-roh. Dari alasan tersebut, pelaksanaan upacara palangehon boru yang pernah mereka lakukan merupakan fenomena religi yang bernuansa sosial budaya yang unik, menarik, dan istimewa serta penuh dengan ajaran moral dan falsafah hidup yang berarti dengan menjaga warisan budaya Universitas Sumatera Utara 11 nenek moyang dan agar tetap taat dan disiplin terhadap norma-norma adat yang berlaku. Banyak orang yang beranggapan bahwa di era modernisasi sikap tradisional, mempercayai hal-hal yang bersifat magic dan gaib dan sikap berpegang teguh pada ajaran nenek moyang dapat membuat hidupnya menjadi aman dan tidak terganggu dari marabahaya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam mengenai upacara palangehon boru. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana masyarakat Batak toba di desa Pargarutan, Tapanuli tengah menjaga upacara palangehon boru hingga sekarang ini, sebagai warisan adat istiadat dari pendahulunya, serta bagaimana masyarakat etnis Batak yang bermukim di desa ini melihat ritus kelahiran bayi yang tidak wajar tersebut dan proses berlangsungnya upacara tersebut.

1.2. Tinjauan Pustaka