Hal-Hal Yang Mendorong terjadinya Upacara palangehon

100 dari keterikatan pada nilai-nilai adat istiadat yang melekat pada masyarakat daerah.

5.3. Hal-Hal Yang Mendorong terjadinya Upacara palangehon

Boru a Tradisi Selain mempertahankan nilai-nilai budaya, alasan lain yang diutarakan oleh pengikut kepercayaan ini adalah kepercayaan ini wajib di teruskan karena itu warisan yang diturunkan oleh orang tua atau generasi mereka sebelumnya. Hal ini mereka anggap wajar dan patuh akan kewajiban yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Hal ini sesuai dengan penuturan seorang infoman yang percaya terhadap upacara palangehon boru, mengatakan bahwa : “Kepercayaan terhadap palangehon boru merupakan kepercayaan yang akan memberikan ketenangan, keselamatan, dan keberkahan bagi masyarakat yang melaksanakannya serta mempercayainya. Dalam kepercayaan ini mereka akan meminta kepada Debata Mulajadi nabolon agar di jauhkan dari marabahaya, kesialan serta segala bentuk ganguan dalam hidup mereka serta permohonannya dikabulkan. Kepercayaan ini juga mereka yakini karena mereka sangat menghargai tradisi yang telah diturunkan terhadap generasi mereka.” Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa kepercayaan ini karena di dapatkan dari nenek moyangnya. Sehingga mereka masih menganut kepercayaan Universitas Sumatera Utara 101 tersebut sebagai bukti pengabdian kepada nenek moyang yang memberikan ajaran ini kepada keturunanya. Salah satu contoh tradisi yang msih dilakukan masyarakat setempat adalah mangokkal holi. Dengan melakukan penggalian tulang berulang mereka telah menjaga hubugan dengan keluarga yang telah meninggal. Tujuan masyarakat setempat yang melakukan hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pemersatu marga Pepatah Batak Toba mengatakan bahwa “hau-hau na pajonok-jonok do marsisosoan” yang berarti “ pada keluarga dekat sering timbul perselisihan satu dengan yang lainnya.” Dari pepatah dapat ditarik kesimpulan mengenai kegunaan didirikannya tugu, yakni supaya ada tempat untuk mempersatukan hati dan pikiran mereka di bawah otoritas para leluhur.selain itu juga, pertengkaran di antara saudara kerap dihubungkan dengan belum digalinya kuburan leluhur dan belum dipindahkannya tulang berulang mereka ketempatyang lebih baik. Karena itu, agar tidak terkena malapetaka penggalian tulang berulang leluhur dan mereka memindahkannya ketempat yang dianggap pantas yaitu tugu yang telah didirikan tersebut. 2. Menghormati Orang Tua Dengan pemahaman ini banyak masyarakat Batak Toba menggali tulang leluhur dan mendirikan tugu sebagai suatu penghormatan kepada orang tua yang sudah meninggal, karena hal ini sesuai dengan titah kelima dalam ajaran Kristen yang berisikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 102 “Hormatilah ayah dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang telah diberikan Tuhan Al lah mu kepadamu” 3. Mengharapkan Berkat Biasanya sebelum pembangunan tugu di mulai masih banyak keluarga yang masih memohon berkat dari arwah leluhur dengan menyajikan makanan istimewa dan khusus sebagai sesajen. 4. Usaha untuk membangkitkan penyembahan leluhur Gereja pada mulanya mau melakukan kontekstualisasi dengan mengangkat praktek-praktek warisan kepercayaan tradisional dan memberikan makna baru. Pada orang Batak toba belum siap untuk meninggalkan budaya atau kepercayaan lainnya.. Gereja sangat menekankan bahwa pembangunan tugu, pemindahan tulang berulang dan lain sebagainya adalah sekedar penghormatan kepada roh leluhur. Dengan keras gereja menolak segala sesuatu yang bercorak pemujaan dan peninggian nenek moyang seperti halnya sesajian. Akibatnya sebahagian upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Batak tidak di hubungkan dengan kegiatan Agama, lain halnya dengan pesta adat pernikahan atau palangehon boru ini yang harus meminta doa dari Gereja lalu melakukan pesta adat yang telah direncanakan. b Ucapan Terima Kasih Dalam hal ini Upacara palangehon boru juga dipakai sebagai upacara ucapan rasa syukur atau ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang sudah di berikannya, segala keberuntungan serta Universitas Sumatera Utara 103 terhindar dari marabahaya serta menyampaikan ucapan terima kasih pada setiap pihak-pihak yang terlibat dalam prroses upacra palangehon boru ini dengan cara memberikan manifestasi berupa Jambar yang telah disedikalan oleh pihak yang melaksanakan proses upacara ini. c Masalah Ekonomi Masalah ekonomi merupakan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Masalah ekonomi yang pernah terjadi pada masyarakat Batak Toba di desa Pargarutan adalah karena baerkurangnya hasil panen sawah serta perkebunan karet dan kelapa yang di miliki masyarakat dikarenakan proses kehamilan yang dianggap tidak biasa oleh beberapa masyarakat. Maka utuk membuktikan kebenaran tersebut di tunggu lah hingga proses kelahiran si anak untuk menghindari keterpurukan ekonomi keluarganya dengan harapan perekonomian mereka semakin membaik lagi. d Marabahaya Marabahaya menggambarkan kesengsaraan, penderitaan, bahkan bahaya yang besar dan berat. Marabahaya ini dapat terjadi karena ulah manusia itu sendiri. Tetapi terkadang setiap marabahaya yang timbul pada saat seorang ibu mengandung dan terjadi banyak ketidakwajaran maka dianggap saling berhubungan sebagai hubungan sebab akibat. Maka untuk menghindarinya dilakukan proses permohonan dan penyelamatan dari Debata Djahowa. Universitas Sumatera Utara 104

5.4. Dampak Negatif Upacara Palangehon Boru terhadap Agama