Pandangan Masyarakat Terhadap upacara Palangehon Boru

105 Selain alasan diatas, alasan lain yang tidak dapat terelakkkan adalah iman Kristen yang sinkretis. Tuhan bukan lagi merupakan sumber berkat satu- satunya, tetapi perlu tambahan dari roh para leluhur tersebut. Sumber sejahtera bukan lagi hanya pada Tuhan, tetapi perlu meminta kepada roh leluhur yang dihormati pada waktu lampau dan pada masa hidupnya. Dampak negatif yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan telah di duakan dengan nenek moyang dan orang-orang yang di hormati yang telah mati.

5.5 Pandangan Masyarakat Terhadap upacara Palangehon Boru

Pandangan mengenai maksud dan tujuan dilakukannhya upacra palangehon boru dari beberapa orang ya diwawancarai adalah sebagai berikut : Menurut pandangan bapak Marihot pasaribu umur 49 tahun, mengatakan bahwa : “Palangehon boru dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka semenjak dahlu hingga sekarang. Oleh karena itu, perlu dilestarikan dan dipelihara keaslian budaya maupunnilai- nilai budaya.” Menurut informan lain yang merupakan salah satu penduduk desa Pargarutan bapak Ratma Satahi Marbun umur 34 tahun, mengatakan bahwa: “Upacara pelangehon boru adalah suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat dahulu yang percaya pada hal-hal yang bersifat mistik dan gaib. Dengan kata lain, upacra palangehon boru ini sendiri adalah untuk menghargai dan menghormati warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kepadagenerasi- generasinya.” Universitas Sumatera Utara 106 Dengan melaksanakan suatu tradisi budaya terus menerus, hal itu berarti bahwa masyarakat turut melestarikan budaya tersebut. Upacara palangehon boru yang masih dilakukan oleh masyarakat Batak Toba di kecamatan Sorkam terkhusus di desa Pargarutan ini dapat mempekokoh norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku secara turun-temurun. Seperti yang telah peneliti ungkapkan sebelumnya, bahwa masyarakat di desa ini sudah keseluruhannya menganut agama yang resmi diakui oleh Negara atau pun pemerintah. Agama yang dianut oleh masyarakat setempat adalah agama Kristen protestan dan Katolik. Dalam hal ini, ajaran agama juga penting sekali dalam kehidupan masyarakat setempat. Palangehon boru yang dipercayainya adalah hanya untuk menghargai adat yang diturunkan dari nenek moyangnya dan juga ingin mendapatkan kesenangan bagi dirinya sendiri. Meskipun masyarakat setempat percaya pada penyembahan roh-roh leluhur, tetapi mereka juga tidak pernah lupa untuk pergi ke gereja percaya kepada Tuhan. Masyarakat juga menganggap agama sebagai bagian dari dirinya, dan juga masih percaya akan adat istiadat yang berlaku bagi suku mereka. Dalam hal ini, masyarakat mengetahui bahwa kepercayaan terhadap roh para leluhur sangat dilarang oleh agama. Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa masyarakat setempat masih percaya kepada keberuntungan yang mereka minta dari para roh leluhur dari pada percaya kepada diri sendiri dengan usaha sendiri dan juga bantuan dari Tuhan pencipta alam semesta. Dengan kata lain masyarakat tidak bisa meninggalkan adat yang telah diwariskan kepadanya. Akibatnya, masyarakat harus Universitas Sumatera Utara 107 melakukannya supaya terhindar dari Marabahaya. Selain itu, ada juga masyarakat yang merasa tidak puas sesuai dengan dambaan hatinya jika mengetahui di keluarganya mengalami banyak ketidak wajaran yang terjadi pada saat ada yang mengandung dalam keluarganya maka masyarakat tersebut tidak akan puas jika tidak melakukan upacara palangehon boru. Universitas Sumatera Utara 108 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan