11
nenek moyang dan agar tetap taat dan disiplin terhadap norma-norma adat yang berlaku. Banyak orang yang beranggapan bahwa di era
modernisasi sikap tradisional, mempercayai hal-hal yang bersifat magic dan gaib dan sikap berpegang teguh pada ajaran nenek moyang dapat
membuat hidupnya menjadi aman dan tidak terganggu dari marabahaya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam mengenai upacara palangehon boru. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan
bagaimana masyarakat Batak toba di desa Pargarutan, Tapanuli tengah menjaga upacara palangehon boru hingga sekarang ini, sebagai warisan
adat istiadat dari pendahulunya, serta bagaimana masyarakat etnis Batak yang bermukim di desa ini melihat ritus kelahiran bayi yang tidak wajar
tersebut dan proses berlangsungnya upacara tersebut.
1.2. Tinjauan Pustaka
Kehidupan kelompok
masyarakat tidak
terlepas dari
kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. setiap kelompok manusia memiliki kebudayaan masing-
masing dan
masing-masing manusia
tersebut mewujudkan
kebudayaannya dalam bentuk ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan-peraturan yang ada di masyarakat, dan suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat serta benda-benda hasil karya manusia Koentjaraningrat, 1981.
Universitas Sumatera Utara
12
Manusia juga merupakan mahluk berbudaya dan budaya manusia penuh dengan simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya
manusia penuh diwarnai dengan simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan pola-pola yang mendasarkan diri kepada
simbol atau lambang. Simbol merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang dapat menjelaskan kebudayaan
manusia. Sehingga untuk memahami makna yang terdapat di dalam simbol, haus mengetahui terlebih dahulu tentang pengetahuan dan
pemahaman dari masyarakat mengenai simbol-simbol kebudayaan, yang mereka wujudkan di dalam tingkah laku dan perbuatannya. Victor w.
Turner 1969 juga berpendapat bahwa perilaku ritual dan simbolisme dapat digunakan sebagai kunci untuk mengerti proses dan struktur sosial
dan dalam hal ini di pertegas oleh Van Gennep bahwa proses ritual yang terjadi dimasyarakat yang bberubah setiap tingkatannya dari ritus
peralihan ke tingkatyang lebih umum dan berlaku untuk mendapatkan pemahaman tentang berbagai macam fenomena social.
Upacara tradisional merupakan salah satu manifestasi dari kreasi manusia sebagai mahluk sosial, yang terlahir dalam bentuk upacara
siklus kehidupan dengan berbagai jenisnya, seperti: kelahiran, kematian, perkawinan, dan lain-lain. Umumnya kepercayaan tradisional terdapat
pada kalangan pedesaan yang berkaitan dengan peristiwa alam dan kepercayaan mereka. Upacara tradisional adalah upacara yang
diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dulu sampai sekarang ini yang tujuan untuk mencapai keselamatan mereka. Upacara tradisional
Universitas Sumatera Utara
13
banyak kita temui dari lingkungan masyarakat yang ada di sekitar kita. Upacara
adat merupakan
keperluan simbolis
manusia yang
mengharapkan keselamatan. Upacara adat itu sendiri merupakan rangkaian tindakan yang di
tata oleh adat yang berlaku yang berhubungan dengan berbagai peristiwa. Sedangkan Koentjaraningrat berpendapat bahwa upacara
timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan baerbagai perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia
gaib. Semua unsur yang ada di dalamnya baik itu saat upacara, tempat upacara dilakukan, benda-benda yang digunakan,orang-orang yang
terlibat di
dalamnya dianggap
keramat, emosi
keagamaan Koentjaraningrat,1980
Dan dalam penelitian ini, bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan
mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian- kejadian, perilaku, emosi. Karena itu, objek kajian Antropologi
bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomena tersebut diorganisasikan dalam pikiranmind manusia. Jadi singkatnya,
budaya itu ada di dalam pikiranmind manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah
menemukan dan menggambarkan organisasi pemikiran itu. Ward Goodenought
Universitas Sumatera Utara
14
Masyarakat adalah pendukung suatu kebudayaan, baik itu masyarakat pedesaan maupun masyarakat kota. Dimana dalam
kenyataan hidup bermasyarakat, kebudayaan memiliki arti penting dalam
mempengaruhi perilaku
dan cara
berfikir dan
para anggotanya.kebudayaan menurut Suparlan 1983 adalah keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami dan mendorong terwujudnya
kelakuan. Sikap pada dasarnya berdasarnya berada pada diri seseorang individu, namun meskipun demikian sikap biasanya juga dipengaruhi
oleh nilai-nilai budaya tersebut Koentjaraningrat, 1981:26. Upacara tradisional merupakan salah satu manifestasi dari
kreasi manusia sebagai mahluk sosial, yang berwujud dalam bentuk upacara tradisional dengan berbagai jenisnya seperti, kelahiran,
kematian dan perkawinan. Umumnya kepercayaan tradisional terdapat pada kalangan masyarakat pedesaan berkaitan dengan peristiwa alam
dan kepercayaan mereka. Upacara tradisional adalah upacara yang di selenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu kala sampai
sekarang dalam bentuk relatif tetap dalam upacara tradisional merupakan kegiatan nasional yang melibatkan para warga masyarakat,
dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan bersama Koentjaraningrat, 1989:225.
Salah satu upacara tradisional yang pernah dilakukan oleh masyarakat setempat adalah upacara palangehon boru, yang merupakan
salah satu kepercayaan bangsa batak toba yang di berikan kepada
Universitas Sumatera Utara
15
Tuhan, Dewa, roh halus, dan lain-lain, yang dilakukan dengan berbagai macam kegiatan upacara ritual religi yang bertujuan untuk meminta
berkat, membuang ketidakwajaran yang di anggap dibawa sejak lahir. Terkait dengan hal itu, Koentjaraningrat menyatakan bahwa
upacara-upacara itu merupakan sebuah tindakan yang penuh dengan symbol
of comunication
lambang untuk
berkomunikasi. Koentjaraningrat lebih jauh menjelaskan bahwasanya semua unsur-
unsur kecil yang tersusun dalam upacara itu,merupakan suatu lambang yang mengandung arti yang baik dalam bentuknya, maupun dalam
tempat asal bahan mentahnya, jumlah atau peraturannya. Setiap masyarakat memiliki beranekaragam kepercayaan
religi yang menjadi keyakinannya. Setiap kepercayaan dan keyakinan tersebut
diwujudkan dalam
tingkah lakunya
sehari-hari Koentjaraningrat, 2005:201. Unsur-unsur kepercayaan religi yang
terdapat pada masyarakat adalah: 1.
Emosi keagamaan getaran jiwayang menyebabkan manusia di dorong untuk berperilaku
Emosi keagamaan adalah satu getaran jiwa yang pada suatu saat dapat menghinggapi seorang manusia. Getaran jiwa seperti itu ada
kalanya hanya berlangsung bebebrapa detik saja. Emosi keagamaan tersebutlah yang mendorong berperilaku serba religi. Emosi keagamaan
di sebabkan karena manusia takut menghadapi berbagai krisis dalam hidupnya, manusia tidak mampu menjelaskan berbagai gejala dengan
Universitas Sumatera Utara
16
akalnya, percaya dengan adanya kekuatan sakti dalam alam. Emosi keagamaan inilah yang menyebabkan timbulnya sikap keramat dari
setiap perilaku manusia.
2. Konsep Ritual menurut Van Gennep
Van Gennep menganalisa ritus dan upacara peralihan pada umumnya berdasarkakan data etnografi dari seluruh dunia. Mengenai
hal itu Van gennep berpendirian bahwa ritus dan upacara religi secara universal pada azasnya berfungsi sebagai aktifitas untuk menimbulkan
semangat kehidupan social antara warga masyarakat. Ia menyatakan bahwa kehidupan social dalam setiap masyarakat di dunia secara
berulang,dengan interval waktu tertentu,memerlukan apa yang disebut sebagai “regenerasi” semangat kehidupan social seperti itu. Hal itu
disebabkan karena selalu ada saat-saat dimana semangat kehidupan social itu menurun,dan sebagai akibatnya, akan timbul kelesuan dalam
masyarakat. Setiap manusia sadar bahwa selain dunia nyata ini, ada suatu
alam dunia yang tidak tampak olehnya dan berada di luar batas akalnya. Berbagai kebudayaan menganut kepercayaan bahwa dunia tidak tampak
gaib tersebut dihuni oleh berbagai mahluk dan kekuatan yang tidak dapat di kuasai oleh manusia dengan cara-cara biasa, dan karena itu
dunia yang tidak tampak tersebut sering di takuti oleh manusia. Mahluk dan kekuatan yang menghuni dunia tidak tampak tersebut adalah dewa-
Universitas Sumatera Utara
17
dewa yang baik ataupun jahat dan kekuatan sakti yang dapat bermanfaat bagi manusia maupun yang membawa bencana.
3. Sistem Upacara
Sistem upacara mengandung empat komponen yaitu : a
Tempat upacara b
Waktu upacara c
Benda-benda dan alat-alat upacara d
Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara 4.
Kelompok keagamaan Kelompok keagamaan merupakan kesatuan kemasyarakatan
yang mengkonsepsiakan dan mengaktifkan suatu religi beserta sistem upacara keagamaannya. Adapun kesatuan-kesatuan kemasyarakatan
yang menjadi pusat religi dalam kenyataan kehidupan sosial, bisa berupa empat tipe yaitu keluarga inti sebagai kelompok keagamaan,
kelompok kekekrabatan, unilineal
18
sebagai kelompok keagamaan dan perkumpulan-perkumpulan khusus sebagai kelompok keagamaan.
Upacara akan bersifat kosong, tetapi bermakna apabila tingkah laku manusia didalamnya di dasarkan pada akal rasional dan
logika, tetapi secara naluri manusia memiliki suatu emosi mistikal yang mendorong untuk berbakti kepada kekuatan tertinggi yang menurutnya
tampak konkret di sekitarnya, dalam keteraturan dari alam, serta proses
18
Unilineal merupakan keturunan melalui satu garis kekerabatan, misal patrilineal saja atau matrilineal saja
Universitas Sumatera Utara
18
pergantian musim, dan kedahsyatan alam dan hubungannya dengan mahluk hidup dan maut. Berkorban merupakan seatu perbuatan
membunuh binatang yang dikorbankan. binatang korban tersebut dijadikan sebagai sesajen, Secara upacara jalan pikiran yang ada di
belakang perbuatan serupa itu ada banyak Kadang-kadang ada juga satu jalan pemikiran lain di belakang upacara berkorban itu. Binatang yang
di bunuh dianggap sebagai tempat dosa orang dan segala hal yang menyebabkan kesedihan dan kesengsaraan manusia dapat di buang.
Dengan membunuh binatang, segala dosa manusia itu sementara telah di bersihkan terhadap dosa dan kesengsaraan dalam masyarakat.
Upacara ritual suatu etnis biasanya merupakan unsur kebudayaan yang paling tampak lahir. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Roland Robertson, 1988:1 bahwa agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang tingkah
laku manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat setelah mati, yakni sebagai manusia yang bertakwa kepada
Tuhannya, beradab, dan manusiawi yang berbeda dengan cara-cara hidup hewan atau mahluk gaib yang jahat dan berdosa. Namun dalam
agama-agama lokal atau primitif ajaran-ajaran agama tersebut tidak dilakukan dalam bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana
terwujud dalam tradisi-tradisi atau upacara-upacara.
Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap
Universitas Sumatera Utara
19
Tuhan, dewa-dewa roh nenek moyang, atau mahluk halus lain, dan dalam usahannya untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk gaib
lainnya. Ritus atau upacara religi itu biasanya berlangsung secara berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja.
Dalam pelaksanaan upacara keagamaan masyarakat mengikutinya dengan rasa hikmat dan merasa sebagai sesuatu yang suci sehingga
harus di laksanakan dengan penuh hati-hati dan bijaksana, mengingat banyaknya hal yang di anggap tabuh serta penuh dengan pantangan
yang terdapat di dalamnya. Dimana mereka mengadakan barbagai kegiatan berupa pemujaan, pemudahan dan berbagai aktifitas lainnya
seperti makan bersama, menari, dan menyanyi serta di lengkapi pula dengan beraneka ragam sarana dan peralatan.
19
Upacara religi atau agama yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama yang bersangkutan
bersama-sama memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Para pemeluk suatu religi atau agama memang ada
menjalankan kewajiban mereka untuk melakukan upacara itu dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak sedikit pula yang hanya melakukannya
setengah-setengah saja.
1.3. .Perumusan Masalah