76
pargonci akan selalu di selingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam beberapa saat.
Alat musik ini terdiri dari Ogung sabangunan terdiri dari 4 Ogung. Kalau kurang dari empat Ogung maka di anggap tidak lengkap dan bukan Ogung
sabangunan serta dianggap lebih lengkap jika di tambahkan dengan alat kelima yang dinamakan dengan Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Sarune
serunai harus memiliki 5 lobang di atas dan satu di bawah. Peralatannya cukup sederhana namun kalau dimainkan oleh yang sudah berpengalaman sangat mampu
menghipnotis masyarakat. Tetapi pada saat pelaksanaan acara adat Batak sekarang ini alat-alat
tersebut terkadang di gantikan dengan pemakaian alat music keyboard yang memiliki suara gondang yang lengkap, karena menurut orang jaman sekarang hal
tersebut lebih praktis, tetapi ada upacara tertentu yang hanya diperbolehkan menggunakan alat musik gondang Batak, jika tidak menggunakan Gondang maka
akan terasa kurang lengkap dalam pesta tersebut misalnya saja pada pesta Danau Toba, pesta mangokkal Holi, upacara Mamele sedangkan pada upacara tertentu
seperti upacara pernikahan atau pun upacara palangehon boru ini dapat di gunakan seperangkat keyboard saja, karena hanya digunakan untuk keperluan mangulosi
saja.
4. Palangehon Boru a. Tata Letak Peserta Upacara Palangehon Boru
Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang bahwa upacara palangehon boru ini merupakan upacara yang di laksanakan dengan memandikan
atau membasuh darah. Pertama sekali yang harus di perhatikan adalah tata letak
Universitas Sumatera Utara
77
pihak hhasuhutan, hula-hula yang merupakan tulang dari si anak, kemudian boruianakkon yang merupakan namboru dari si anak.
Pada prinsipnya tempat untuk hula-hula dan Tulang adalah orang yang terhormat di halangulu aplikasinya di sebelah kanan dari suhut dan pihak
hula-hula dari pihak hasuhutan keluarga Pandiangan ini adalah marga Marbun yang merupakan keluarga dari pihak isteri , mengingat bahwa mereka adalah
sebagai raja yang dihormati tetapi untuk upacara palangehon boru pihak hula-hula berada tepat di depan hasuhuton secara berhadapan dan di batasi oleh pinahan
yang akan dijadikan sebagai tempat atau wadah untuk palangehon boru tersebut. Untuk pihak ianakkon atau namboru pada prinsipnya yang mudah
digerakkan untuk bekerja dalam mempersiapkan keperluan upacara, maka pihak ianakkon yang nantinya berda di tengah untuk membelah pinahan menjadi dua
serta membersihkan perkakas dalam pinahan tersebut. Sedangkan tata letak badi pihak namardongan tubu dan para
undangan yang menyaksikan bahwa adanya upacara palangehon boru sebagai budaya Batak Toba yang masih di lestarikan hingga saat ini, dengan posisi
mengelilingi pihak hasuhuton, ianakkon dan hula-hula serta parhata pembicara dalam upacara tersebut. Namun demikian karena situasi dan kondisi tempat dan
tata letak sering tidak memungkinkan,maka susunan dan tata letak tempat duduk tersebut harus di sampaikan ungkapan mohon maaf “bahwa itulah tempat terbaik
yang dapat kami sediakan”. Bagi suku batak ungkapanpernyataan dengan kata- kata adalah yang mengikat hata do parsimboraan.
Universitas Sumatera Utara
78
b. Proses Pelaksanaan Palangehon Boru
Setelah seluruh tamu dan pelaksana upacara di atur tata letaknya, lalu Raja Parhata yang telah di pilih sesuai kesepakatan antara Datu dan
hasuhuton maka di mulailah memimpin dan mengendalikan proses berjalannya upacara tersebut. Pertama sekali dibacakan secara lisan apa saja yang akan di
lakukan dalam proses upacara tersebut yaitu membacakan doa oleh Datu “Ditonggo asa diparo Mulajadi Nabolon, di tonga-tonga ni adat
napinatupa on. Jumolo ma martamiang asa di padao angka parmaraan sian Boru dohot hasuhuton, asa tu ginjang ma panggabean, partumpahon ni omputta
martua Debata Mulajadi Nabolon.” “di doakan supaya di datangkan oleh Mulajadi nabolon, ketengah-
tengah Upacara ini. Dengan dimulainya doa ini serta di lepaskan segala marabahaya dari anak perempuan ini dan keluarganya, sekiranya meningkatlah
kemakmurann keberhasilan, dan kesejahteraan yang di kerjakan oleh Debata Mulajadi Nabolon.”
Setelah melakukan doa-doa serta ucapan pembuka, maka Raja Parhata OP Pandi Pandiangan memerintahkan pihak ianakkonnamboru untuk
melepas baju Boruanak perempuan tersebut serta membungkusnya ke dalam bungkusan daun pisang dan di masukkan ke dalam pelastik, dengan keadaan
telanjang si bayi diserahkan kepada kedua orang tuanya, dan pada saat berada pangkuan orang tuanya si bayi di doakan kembali oleh datu:
“sian sonari on dipalao ma sasude angka parmaraan, di paro ma angka habisuhon tu joloanon sian
Universitas Sumatera Utara