Proses Pelaksanaan Palangehon Boru

78

b. Proses Pelaksanaan Palangehon Boru

Setelah seluruh tamu dan pelaksana upacara di atur tata letaknya, lalu Raja Parhata yang telah di pilih sesuai kesepakatan antara Datu dan hasuhuton maka di mulailah memimpin dan mengendalikan proses berjalannya upacara tersebut. Pertama sekali dibacakan secara lisan apa saja yang akan di lakukan dalam proses upacara tersebut yaitu membacakan doa oleh Datu “Ditonggo asa diparo Mulajadi Nabolon, di tonga-tonga ni adat napinatupa on. Jumolo ma martamiang asa di padao angka parmaraan sian Boru dohot hasuhuton, asa tu ginjang ma panggabean, partumpahon ni omputta martua Debata Mulajadi Nabolon.” “di doakan supaya di datangkan oleh Mulajadi nabolon, ketengah- tengah Upacara ini. Dengan dimulainya doa ini serta di lepaskan segala marabahaya dari anak perempuan ini dan keluarganya, sekiranya meningkatlah kemakmurann keberhasilan, dan kesejahteraan yang di kerjakan oleh Debata Mulajadi Nabolon.” Setelah melakukan doa-doa serta ucapan pembuka, maka Raja Parhata OP Pandi Pandiangan memerintahkan pihak ianakkonnamboru untuk melepas baju Boruanak perempuan tersebut serta membungkusnya ke dalam bungkusan daun pisang dan di masukkan ke dalam pelastik, dengan keadaan telanjang si bayi diserahkan kepada kedua orang tuanya, dan pada saat berada pangkuan orang tuanya si bayi di doakan kembali oleh datu: “sian sonari on dipalao ma sasude angka parmaraan, di paro ma angka habisuhon tu joloanon sian Universitas Sumatera Utara 79 De bata Djahowa”. Yang berarti: “mulai dari saat ini di buanglah segala marabahaya dan kesialan dari hidup mu, serta di datangkanlah segala kebaikan dan kepintaran serta masa depan yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa” Foto 3 : Anak Perempuan di serahkan kepada kedua orang Tuanya oleh pihak Namboru diambil pada saat pelaksanaan upacara palangehon boru di Desa Pargarutan tanggal 15 Agustus 2013 Setelah didoakan maka dilanjutkan oleh Raja parhata yang pada saat itu di pimpin oleh Bapak Pangundian Marbun usia 60 tahun memerintahkan pihak IanakkonAmangboru Suami dari Namborusaudari ayah si anak untuk membawa Pinahan dalam keadaan hidup kemudian mengerjakanmembelah pinahan tersebut serta membersihkan bagian dalamnya dengan hanya menyisakan darah pinahan tersebut karena darah tersebutlah yang akan digunakan untuk membasuh si bayi. Universitas Sumatera Utara 80 Foto 4 : Pihak ianakkonAmangboru mengerjakan Pinahan gambar diambil pada saat pelaksanaan upacara palangehon boru di Desa Pargarutan tanggal 15 Agustus 2013 Setelah selesai dibelah dan diambil perkakas dalam pinahan tersebut maka parhata meminta Datu untuk berdoa kembali maka Datu mengatakan: “boan ma akka sasude parmaraan songon pinalangehon dohot pinaridihon nami si boru on tu mudar ni pinahan on, lok ma ro imana na imbaru”. Yang berarti “bawalah segala kesialan dengan kami basuhkan dan mandikan anak perempuan ini sambil menyebut nama lengkap bayi yang di palangehon serta nama kedua orang tua si anak biarkan lah ia datang dalam dirinya yang baru,yang jauh dari segala bentuk kesialan dan ketidakwajaran. Maka setelah dilakukan doa tersebut bayi tersebut di masukkan oleh kedua orang tuanya kedalam pinahan yang sudah di belah dua dengan posisi telungkup serta membasuh nya dengan darah yang ada di dalam pinahan tersebut. Foto 5 : kedua orang tua si anak memasukkannya kedalam pinahan gambar diambil pada saat pelaksanaan upacara palangehon boru di Desa Pargarutan tanggal 15 Agustus 2013 Setelah di masukkan dan di basuhkan, maka pihak Tulang di perintahkan untuk mengambil si Bayi tersebut serta meletakkannya ke pangkuan Nantulang Universitas Sumatera Utara 81 isteri Tulang engan posisi di tangan nantulang tersebut telah disediakan sebuah sarung yang dibawadisediakan oleh pihak hula-hula. Langkah berikutnya yang dilakukan oleh pihak tulang adalah meletakkan Bayi tersebut ke semak yang berada di dekat rumah Hasuhuton, hal tersebut dilakukan dengan harapan segala kesialan jauh terbuang kesemak-semak ramba- ramba kata seorang informan yakni Bapak Maudirman Pandiangan umur 60 Tahun yang merupakan Bapak Tua dari bayi atau abang dari ayah si bayi tersebut. Saat di semak Datu mengucapkan beberapa kata yaitu “Lao ma akka Parmaraan dohot hasialon ” yang berarti “pergilah segala marabahaya dan kesialan”. Kemudian bayi tersebut di angkat dan digendong oleh nantulang dan membasuhkan si anak dengan air bersih yang diambil dari pancuran yang berada di dekat desa, jika tidak ada pancur maka digantikan dengan air keran yang ada di rumah. Foto 6 : penyerahan si bayi pada tulang dan membasuh si bayi dengan air bersih oleh nantulang gambar diambil pada saat pelaksanaan upacara palangehon boru di Desa Pargarutan tanggal 15 Agustus 2013 Universitas Sumatera Utara 82 Setelah Membasuh Bayi tersebut salah seorang namboru akan mengangkat dan memberi si anak pakaian yang baru untuk di kenakan si bayi dengan maksud kelahiran kembali dan si bayi akan mendapat kehidupan yang baru setelahnya. Sementara pakaian yang dikenakan sebelum di Palangehon akan di hanyutkan oleh Namborunya yang lain ke sungai yang tersdekat dengan kediaman keluarga tersebut. Foto 7 : pakaian yang sudah dibungkus dengan daun pisang dan pelastik di hanyutkan dan di buang ke sungai gambar diambil pada saat pelaksanaan upacara palangehon boru di Desa Pargarutan tanggal 15 Agustus 2013

c. Makna-makna Peralatan dan Hal-hal yang Dilakukan Dalam Proses