25
pekerjaan seeorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki seseorang tersebut. Sehingga untuk itu gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan
harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
2.3.3 Indikator Stres Kerja
Menurut Robbins 2007 : 375 indikator dari setres kerja adalah sebagaiberikut:
a. Gejala fisiologis Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar,
bahkan hingga sakit jantung. b. Gejala psikologis. Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan,
mudah marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres seperti ini dapat memacu ketidakpuasan.
c. Gejala perilaku Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam
perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti
makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya
Universitas Sumatera Utara
26
2.3.4 Pendekatan Stres Kerja
Terdapat dua pendekatan stres kerja, yaitu pendekatan individu dan perusahaan. Bagi individu penting dilakukan pendekatan karena stres dapat
mempengaruhi kehidupan, kesehatan, produktivitas, dan penghasilan. Bagi perusahaan bukan saja karena alasan kemanusiaan, tetapi juga karena
pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek dan efektivitas dari perusahaan secara keseluruhan. Perbedaan pendekatan individu dengan pendekatan organisasi tidak
dibedakan secara tegas, pengurangan stres dapat dilakukan pada tingkat individu,
organisasi maupun keduanya.
a. Pendekatan individu meliputi: 1.
Meningkatkan keimanan 2.
Melakukan meditasi dan pernafasan 3.
Melakukan kegiatan olahraga 4.
Melakukan relaksasi 5.
Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga 6.
Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan 7.
Pendekatan perusahaan meliputi: 8.
Melakukan perbaikan iklim organisasi 9.
Melakukan perbaikan terhadap lingkungan kerja 10. Menyediakan sarana olahraga
11. Melakukan analisis dan kejelasan tugas 12. Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
13. Melakukan restrukturisasi tuga
Universitas Sumatera Utara
27
2.5. Konflik Peran Ganda 2.5.1 Pengertian Konflik Peran Ganda
Anoraga 2009 : 102 mengatakan bahwa konflik merupakan bagian dari dinamika kehidupan manusia. Konflik terjadi karena seseorang memiliki
kebutuhan keinginan dan kepentingan yang harus dipuaskan dan hal tersebut terancam karena adanya tindakan, ucapan atau keputusan orang lain. Rivai 2009 :
1000 juga berpendapat konflik ialah suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih mendorong seseorang untuk melakukan
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan. Menurut Robbins dan Judge 2007 : 362 konflik peran role conflict
adalah sebuah situasi di mana seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi- ekspektasi peran yang berlainan. Konflik ini muncul ketika seorang individu
menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu peran dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain. Sedangkan menurut Luthans 2007 : 453
terdapat 3 jenis konflik peran. Jenis yang pertama adalah konflik antara orang danperan. Mungkin terdapat konflik antara kepribadian orang dan harapan
peran.Jenis yang kedua adalah konflik antarperan yang dihasilkan oleh harapan yang berlawanan mengenai bagaimana memainkan peran. Terakhir adalah konflik
peran kerja dan tidak kerja. Greenhaus dan Beutell dalam Laksmi, 2012 yang mengatakan bahwa
konflik peran ganda work family conflict didefenisikan sebagai suatu bentuk konflik peran dalam diri seseorang yang muncul karena adanya tekanan peran dari
pekerjaan yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarganya. Konflik
Universitas Sumatera Utara
28
peran ganda bisa terjadi akibat lamanya jam kerja seseorang, sehingga waktu bersama keluarga menjadi kurang. Individu menjalankan dua peran secara
bersamaan, yakni dalam pekerjaan dan dalam keluarga sehingga faktor emosi dalam satu wilayah mengganggu wilayah lainnya.
2.5.2 Jenis Konflik Peran Ganda
Konflik peran ganda muncul apabila wanita merasa ketegangan antara peran pekerjaan dengan peran keluarga. Bentuk konflik peran dikemukakan oleh
Yavas dkk 2008 : 8 yaitu konflik pekerjaan dan konflik keluarga. a. Konflik pekerjaan
Konflik pekerjaan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal.
Sementara Netemeyer dalam Yavas dkk, 2008 : 10 mendefenisikan konflik pekerjaan dimana tuntutan umum, waktu serta ketegangan yang berasal dari
pekerjaan mengganggu tanggung jawabkaryawan terhadap keluarga MenurutBoles
dalam Indriyani,2009, indikator-indikator konflik
pekerjaan keluarga adalah : 1.Tuntutan tugas
2.Sibuk dengan pekerjaan 3.Waktu untuk keluarga
4.Tanggung jawab terhadap keluarga b. Konflik keluarga
Adapun konflik keluarga mengacu pada suatu bentuk konflik peran yang pada umumnya tuntutan waktu untuk keluarga, dan ketegangan yang diciptakan
Universitas Sumatera Utara
29
oleh keluarga mengganggu tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan Netemayer, dalam Yavas dkk., 2008 : 10.Menurut Frone dalam Indriyani,
2009 indikator indikator konflik keluarga-pekerjaan adalah : a. Tekanan sebagai ibu
Tekanan sebagai ibu merupakan beban kerja sebagai orang tua dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga
karena anak tidak dapat membantu dan kenakalan anak. b. Tekanan sebagai istri
Tekanan sebagai istri merupakan beban sebagai istri didalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah tangga Karena suami tidak dapat
membantu, tidak adanya dukungan suami dan sikap suami yang mengambil keputusan tisak secara bersama-sama.
c. Keterlibatan sebagai istri Keterlibatan sebagai istri mengukur tingkat seseorang dalam memihak
secarapsikologis dalam
perannya sebagai pasangan istri Keterlibatan
sebagai istri bisa berupa kesediaan sebagai istri untukmenemani suami dan sewaktu dibutuhkan suami.
d. Keterlibatan pekerjaan Keterlibatan pekerjaan menilai derajat dimana pekerjaan seseorang
mencampuri kehidupan keluarganya. Keterlibatan pekerjaan dapat berupa persoalan-persoalan pekerjaan yang mengganggu hubungan didalam keluarga.
Universitas Sumatera Utara
30
2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda
Bellavia Frone 2005:123 membagi faktor-faktor yang mempengaruhi mendefinisikan Konflik Peran Ganda Work Family Conflict menjadi tiga
faktor,yaitu : 1. Dalam Diri Individu General Intra Individual Predictors
Ciri demografis jenis kelamin, status keluarga, usia anak terkecil dapat menjadi faktor resiko; kepribadian seperti negative affectivity, daya tahan,
ketelitian dapat membentengi dari potensi konflik peran. contohnya adalah wanita lebih berpotensi mengalami konflik peran karena tugas-tugas dalam
rumah lebih dipandang sebagai tanggung jawab terbesar wanita dari pada laki- laki
2. Peran Keluarga Family Role Predictors Pembagian waktu untuk pekerjaan di keluarga pengasuhan dan tugas rumah
tangga, stresor dari keluarga dikritik, terbebani oleh anggota keluarga, konflik peran dalam keluarga, ambiguitas peran dalam keluarga.
3. Peran Pekerjaan Work Role Predictors Pembagian waktu, terkena stressor kerja tuntutan pekerjaan atau overload,
konflik peran kerja, ambiguitas peran kerja, atau ketidakpuasan, karakteristik pekerjaan kerjasama, rasa aman dalam kerja, dukungan sosial dari atasan dan
rekan, karakteristik tempat kerja. Jumlah tugas yang terlalu banyak akan membuat karyawan harus kerja lembur, atau banyaknya tugas keluar kota
membuat karyawan akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk pekerjaan dan untuk berada di perjalanan.
Universitas Sumatera Utara
31
2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1