relevan untuk produksi masal. Untuk produksi dengan skala besar, dibutuhkan metode yang sesuai. Dengan demikian, metode yang dijelaskan diatas
diklasifikasikan lebih lanjut dalam tiga kategori berikut: 1.
Molding : metode ini didefenisikan sebagai proses pembentukan dimana tekanan dan temperatur meningkat secara bersamaan dalam ruang tertutup.
Kemudian dicetak. Metode ini termasuk seperti injection molding, kompresi molding,blow molding, dan transfer-molding.
2. Forming : sama seperti metode ekstrusi, calendaring, thermoforming, casting,
dan retomolding sebagian besar produk yang dihasilkan melalui metode ini adalah kemasan.
3. Foaming : metode Foaming adalah proses pembentukan pori-pori kecil atau
sel-sel yang diciptakan dengan bantuan busa atau blowingagent. Metode ini secara luas diklasifikasikan dalam tiga jenis: konvensional, mikrpseluler, dan
nanoseluler [27]. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode casting, plastik
yang transparan, kuat dan tahan air dapat diperoleh dengan metode casting[28].Metodecasting dilakukan dengan cara menuangkan campuran plastik
pada cetakan setelah didinginkan komponen dilepaskan dan dikeluarkan dari cetakan dengan cara menarik plastik dari cetakan secara manual. Metode ini
biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi skala kecil.
2.8 ANALISA HASIL PENELITIAN
2.8.1 Analisa Karakteristik Pati
2.8.1.1 Kadar Air
Kadar air adalah sejumlah persen air yang terkandung dalam bahan. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada suatu bahan,
kadar air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur. Kadar air suatu bahan berbeda-beda tergantung pada kelembapan suatu bahan. Semakin lembab tekstur
bahan, maka akan akan semakin tinggi persentase kadar air yang terkandung di dalamnya [19].
Penentuan kadar air mengacu pada metode SNI 01-2891-1992dimana sampel ditimbang sebanyak 2 gram, lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin
Universitas Sumatera Utara
yang telah diketahui beratnya dan telah dikeringkan dalam oven pada suhu lebih kurang 105
o
C selama 60 menit. Kemudian sampel beserta cawan dikeringkan dalam ovenpada suhu lebih kurang 105
o
C selama 4 jam dalam kondisi konstan. Selanjutnya didinginkan selama lebih kurang 60 menit dalam desikator dan
setelah dingin baru ditimbang. Perlakuan ini diulangi hingga tercapai berat sampel konstan selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg[29].
2.8.1.2 Analisa Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik dan mineral yang terdapat pada suatu bahan. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral
dalam tumbuhan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganik tidak, karena itu disebut sebagai kadar abu [30].
Penentuan kadar abu mengacu pada metode SNI 01-2891-1992 dengan menimbang sisa mineral sebagai hasil pembakaran bahan organik pada suhu
550
o
C, lalu didinginkan selama 30 menit didalam desikator dan ditimbang hingga didapat berat tetap. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram, dimasukkan ke dalam
cawan porselen dan dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan kedalam furnace dengan suhu 550
o
C selama ± 12 jam, kemudian cawan didinginkan selama 30 menit pada desikator, setelah
itu ditimbang hingga didapatkan berat tetap. Kadar abu ditentukan dengan menghitung selisih berat per berat awal dikalikan 100 [31].
2.8.1.3 Kadar Amilosa dan Kadar Amilopektin
Pati tersusun atas dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Dua fraksi ini dapat dipisahkan dengan air panas.
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Secara
struktur amilosa mempunyai struktur lurus, sedang amilopektin bercabang [18].
Amilum biji durian mengandung senyawa utama yaitu amilosa dan amilopektin, amilosa memiliki sifat mudah menyerap air. Amilopektin bersifat
lebih lekat dan cenderung membentuk gel apabila disuspensikan dengan air. Oleh karena itu, amilum biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat tablet
[18].
Universitas Sumatera Utara
Penentuan kadar amilosa menggunakan spektrofotometer. Sebanyak 100 mg sampel pati dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml etanol
95 dan 9 ml NaOH 1 N. Lalu campuran dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit, biarkan sampai dingin. Setelah dingin campuran dipindahkan ke dalam
labu takar 100 ml dan ditambahkan dengan aquades sampai tanda tera, larutan tersebut diambil 5 ml, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan
dengan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iodin 0,2. Campuran dalam labu takar ditambahkan aquades sampai tanda tera, lalu dikocok dan dibiarkan selama
20 menit. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada λ 625 nm. Kadar amilosa sampel dihitung dengan persamaan berikut [29];
amilosa =
�×��×100 �
× 100 2.1
Keterangan; X
= konsentrasi amilosa dari persamaan kurva standar Fp
= faktor pengenceran W
= berat sampel mg
2.8.1.4 Kadar Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lain lemak dan karbohidrat, protein ini berperan lebih
penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat
dipakai sebagai sumber energi [18].
Protein merupakan suatu senyawa organik dengan jumlah molekul yang sangat besar, susunannya sangat kompleks serta tersusun dari rangkaian asam–
asam amino. Ikatan utama asam amino yang satu dengan yang lain terjadi karena adanya ikatan peptida, sehingga protein sering disebut polipeptida. Protein terdiri
dari unsure-unsur C, H, O, dan N serta kadang-kadang dijumpai S dan P. Bila protein dihidrolisa dengan menggunakan larutan asam atau bantuan enzim,
menghasilkan asam amino [18]. Asam amino merupakan asam organik yang mempunyai gugus –COOH
yang bersifat asam dan gugus NH
2
yang bersifat basa. Di dalam asam amino baik gugus yang bersifat asam maupun basa adalah lemah. Kegunaan protein antara
lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Sebagai zat pembangun b. Sebagai pengganti sel-sel yang rusak
c. Sebagai zat pengemulsi d. Sebagai penghasil energi
e. Berguna untuk pembentukan enzim f. Sebagai buffer untuk mempertahankan pH tubuh
Penentuan jumlah protein dalam bahan makanan umumnya dilakukan berdasarkan metode Kjeldahl. Dalam penentuan protein seharusnya hanya
nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan tetapi secara teknis hal itu sangat sulit dilakukan mengingat jumlah nitrogen non-protein yang dalam
bahan biasanya sangat sedikit maka penentuan jumlah N-total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Penentuan dengan cara ini sering disebut
penentuan jumlah n-total kasar [18].
2.8.1.5 Kadar Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar. Lemak termasuk ester yang tersusun atas asam
lemak dan gliserol, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diganti dengan
gugus ester [18].
Istilah fat lemak biasanya digunakan untuk trigliserida yang berbentuk padat atau lebih tepatnya semi padat pada suhu kamar, sedangkan istilah minyak
digunakan untuk trigliserida yang pada suhu kamar berbentuk cair [18].
Penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat pada bahan makanan dengan alat ekstraksi sokletasi. Labu ekstraksi yang berisi beberapa butir batu
didih harus dikeringkan sebelumnya didalam oven pada suhu 105
o
C sampai 100
o
C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Contoh
yang akan diekstraksi ditimbang kira-kira 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibuat dari kantong dan ditutup dengan kapas yang tidak
berlemak. Kertas saring yang berisi contoh dimasukkan ke dalam soklet dan dieskstraksi dengan petroleum eter atau dengan pelarut lemak lainnya seperti etil
eter, klorofom dan tetra klorida, diatas penganas air dalam 24-48 jam. Pelarut dapat dipisahkan dari minyak dengan cara menguapkan pelarut dengan cara
Universitas Sumatera Utara
destilasi. Selanjutnya labu dikeringkan dengan pompa kompresor untuk menghilangkan petroleum eter yang masih ada. Kemudian dikeringkan didalam
oven 100
o
C selama 1 jam selanjutnya didinginkan didalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan diulangi sampai diperoleh berat yang
tetap [32].
2.8.2 Analisa Gugus Fungsi FTIR