GELATINISASI PATI Pengaruh Variasi Ukuran Partikel Pati Biji Durian (Durio Zibethinus) dan Konsentrasi Asam Klorida (HCl) Sebagai Pelarut Terhadap Karakteristik Bioplastik Berpengisi Kitosan dengan Pemlastis Sorbitol

Klasifikasi polimer biodegradable menjadi dua kelompokditunjukkan pada gambar 2.2. Kelompok utama adalah 1 agro-polimer polisakarida, protein, dll dan 2 kelompok poliester bio poliester biodegradable seperti poli asam laktat PLA, hidroksil poli kanoate PHA, aromatik dan alifatik copoliester [3]. Gambar 2.2 Diagram Klasifikasi Biodegradable Polimer

2.4 GELATINISASI PATI

Gelatinisasi adalah peristiwa pengembangan granula pati sehingga granula pati tersebut tidak dapat kembali pada kondisi semula [19]. Peristiwa granula pati pada mulanya bersifat dapat balik, tetapi jika pemanasan mencapai suhu tertentu, pengembangan granula pati menjadi bersifat tidak dapat balik yang akan terjadi adalah perubahan struktur granula. Suhu saat granula pati mengembang dengan cepat dan mengalami perubahan yang bersifat tidak dapat balik disebut glatinisasi pati [20]. Suhu gelatinisasi pati campuran menjelaskan perbandingan antara amilosa dan amilopektin yang terdapat di dalam tepung. Hasil percobaan memperlihatkan suhu gelatinisasi tepung campuran yang medium intermediate gelatinization Biodegradable Polimer Dari produk petrokimia Sintesis konvensional dari sintesis monomer Dari bioteknologi Sintesis konvensional dari bio-monomer Dari mikroorganisme dengan ekstraksi Produk biomassa dari Agro-polimer polisakarida Pati Lignin-selulosa Protein hewan Tumbuhan Lainnya kitosan Poliaktida PLA Polikaprolakton PCL Agro-polimer Poliesteramida Alifatik co-poliester PBSA Aromatik co-poliester PBAT Polihidroksi alkanoat PHA Universitas Sumatera Utara temperature dalam proses pembentukan gel memerlukan waktu yang lama dan suhu yang tinggi, hal ini menandakan kandungan amilopektin yang terdapat di dalam tepung campuran cukup tinggi. Amilopektin yang memiliki ikatan cabang 1,6 α-glukosa mempunyai sifat sedikit menyerap air dan sukar larut di dalam air, selama pemanasan pasta yang disertai dengan pengadukan terjadi penyerapan air oleh molekul-molekul amilosa lebih banyak dari pada molekul-molekul amilopektin dan terjadi pembengkakan dari molekul-molekul pati [21]. Pemanasan selama 22 menit memperlihatkan terjadi kenaikan viskositas pati dan menunjukkan pecahnya dinding sel pati pada suhu 73,4 o C. Pemanasan pasta pati diteruskan dan pada keadaan senyawa-senyawa penyusun pati, seperti amilosa dan amilopektin semakin banyak menyerap air yang disertai putusnya ikatan-ikatan senyawa tersebut sehingga viskositas dan suhu pasta pati meningkat masing-masing mencapai 1900,80cP dan 93,40 o C. Keadaan ini menunjukkan ikatan amilosa dan amilopektin pecah memberikan nilai viskositas puncak dan suhu pasta yang tinggi. Selanjutnya kondisi pemanasan pada suhu ini dipertahankan dan terjadi penurunan viskositas pasta pati, pada keadaan ini ikatan-ikatan amilosa dan amilopektin semakin banyak putus yang disertai dengan keluarnya inti sel pati menyebabkan viskositas pasta pasti menjadi turun serta pasta menjadi encer. Proses selanjutnya dilakukan pendinginan pasti pasti yang telah dipanaskan disertai dengan pengadukan, keadaan ini memperlihatkan terjadinya proses retrogradasi dari molekul-molekul amilosa dan amilopektin dan viskositas pasta meningkat kembali sedangkan suhu pasta pasti menurun. Pada keadaan ini disebut viskositas dingin dengan nilai 1932,80 cP pada suhu 49,90 o C dan sifat pati pada kondisi ini telah berubah dari sifat aslinya [21]. Menurut Chen 2003 pola viskositas pasta pati biasanya dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu: • Tipe A merupakan pati yang memiliki kemampuan mengembang yang sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan tingginya viskositas maksimum serta terjadi penurunan viskositas selama pemanasan, pati ini tidak tahan terhadap proses pemanasan dan pengadukan sehingga membutuhkan modifikasi. Universitas Sumatera Utara • Tipe B memiliki puncak pasta lebih randah dan pengenceran yang tidak terlalu besar selama pemanasan. • Tipe C tidak menunjukkan adanya puncak tetapi lebih pada pembentukan viskositas yang sangat tinggi dan tetap konstan atau meningkat selama pemanassan. • Tipe D memiliki viskositas yang sangat rendah sehingga konsentrasinya perlu dinaikkan dua-tiga kali lipat untuk menghasilkan viskositas pasta panas seperti tipe C. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ubwa et al 2012 bahwa suhu gelatinisasi beberapa sereal yang baik berkisar 80 o C. Berbeda dengan suhu gelatinisasi dari pati ubi kayu berkisar 65-69 o C [22]. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendra et al 2015 dengan judul “Effect Of Chitosan Addition And Temperature Of Heating For Tensile Strength And Elongation At Break Velue Of Bioplastics From Taro Starch Colocasia Esculanta With Glycerol Plasticizer” menyatakan pati talas memiliki kadar pati sebesar 93,55, kadar pati 6,5, kadar abu 0,76, kadar amilosa 17,89, kadar amilopektin 75,66, berdasarkan analisa pasting pati talas memiliki suhu gelatinisasi pati yaitu 74,52 o C. Dengan viskositas puncak sebesar5953,3 cP, berdasarkan pengelompokan tipe viskkositas pasta pati maka pati talas memiliki tipe pasta B dengan puncak pasta yang tidak terlalu tinggi dan pengenceran yang tidak terlalu besar [11].

2.5 KITOSAN