Analisis Segala Tentang Dukun Suwuk dan Pengobatannya

BAB V ANALISIS

5.1. Analisis Segala Tentang Dukun Suwuk dan Pengobatannya

Segi usia menunjukkan bahwa setiap dukun suwuk memiliki rata-rata usia tua, bahkan hampir semua dukun suwuk sudah memiliki cucu ataupun cicit. Usia keenam 67 Perbedaan terlihat pada siapa pertama kali yang dibawa pengobatan suwuk. Dua orang dukun menganggap bahwa yang pertama kali yang membawa pengobatan suwuk adalah salah satu dari walisongo. Namun nama suwuk dicetuskan oleh salah satu pasien dari etnis Jawa. Satu orang dukun tidak dukun suwuk berkisar antara 49 sampai 88 tahun. Bahkan ada salah satu anak dukun mengatakan “ untuk menjadi dukun suwuk, biasanya dia lebih percaya diri dan ampuh ketika umurnya sudah semakin tua dan memiliki cucu”. Hal ini bisa saja menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur, maka pengalaman yang diperolehpun semakin banyak. Pengalaman ini bersumber dari proses dalam penyembuhan yang dilakukan terhadap pasiennya. Sehingga diusia lanjutlah mereka para dukun akan lebih percaya diri dan ampuh dalam mengobati pasien. Dari penjelasan di atas usia sangat mempengaruhi kredibilitas seorang dukun suwuk. Sejarah suwuk menurut para pemaparan setiap dukun di Desa Aek Loba Pekan memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Ke tiga dukun menjelaskan bahwa suwuk berasal dari pulau Jawa. Mbah Sujirah dan mbah Kalim lebih mengkhususkan bahwa suwuk berasal dari Jawa Tengah. 67 Jumlah dukun yang menjadi informan Universitas Sumatera Utara memberikan jawaban, namun memastikan bahwa suwuk tidak dibawa oleh salah satu dari walisongo. Sedangkan untuk ketiga dukun tidak memberikan jawaban dengan alasan karena tidak mengetahuinya. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah suwuk belum mendapatkan kepastian atau kejelasan, karena beragamannya penjelasan mengenai asal-usul suwuk. Namun kemungkinan besar bahwa suwuk berasal dari Pulau Jawa, karena letak persamaan pendapat dari dukun suwuk mengatakan bahwa suwuk berasal dari Pulau Jawa. Pendapat inipun diperkuat dengan adanya pernyataan bahwa kata suwuk adalah kata dari bahasa Jawa. Dukun suwuk yang memperoleh keahlian melalui proses belajar ada dua orang yaitu mbah Sujirah dan Mbah Timin. Proses belajar dari kedua dukun memiliki persamaan dan perbedaan, meskipun menganut satu nama ilmu yaitu suwuk. Proses memperoleh ilmu setiap dukun harus menjalani berbagai amalan atau aturan yang dibuat oleh orang yang mengajarkan ilmu suwuk. Hampir semua dukun yang belajar ilmu suwuk akan menjalankan amalan puasa dengan jumlah yang sama, namun dengan aturan yang berbeda. Puasa dengan jumlah senin 7 dan kamis 7, aturan bulan pelaksanaannya berbeda tergantung pada masing-masing perguruan mereka. Perbedaan pun terletak pada proses penerimaan ilmunya. Ada yang hanya berproses pada saat pembacaan mantra seperti yang dialami mbah Timin 68 68 Lihat bab III cara memperoleh keahlian,hal 50 . Ada Universitas Sumatera Utara juga yang harus mempelajari dan mengingat terlebih dahulu, serta mengerjakan amalan-amalan agar mantranya dapat menyatuh dengan dirinya 69 Selain memperoleh keahlian dari proses belajar, dukun suwuk juga bisa memperoleh keahlian dari keturunan atau warisan. Warisan atau keturunan ini bisa diperoleh dari orang tua ataupun saudara. Ilmu keturunan ini bisa diperoleh secara langsung, melalui mimpi ataupun bisikan. Maksud dari memperoleh ilmu secara langsung adalah orang yang akan memberikan ilmu tersebut berhadapan atau bertemu langsung oleh orang yang akan diberikan ilmu. Hal semacam ini dialami oleh mbah Mah dan mbah Ompong . 70 Proses penerimaan ilmu melalui mimpi yaitu dimana proses penerimaan ilmu diturunkan atau diwariskan pada saat sipenerima sedang tertidur. Kejadian proses pemberian ilmu berlangsung dibawah alam sadar sipenerima ilmu atau yang disebut mimpi. Kejadian proses penerimaan ilmu dialami oleh mbah Mutijah . 71 Penerimaan ilmu melalui bisikan atau wahyu merupakan penerimaan ilmu yang disampaikan melalui suara yang berbisik. Bisikan ini dapat keluar dari sebuah media benda mati, hidup ataupun suara tanpa wujud. Secara murni dukun yang memperoleh keturunan dari bisikan adalah mbah Kalim. Bisikan itu keluar dari batu yang datang sendiri ke rumahnya . 72 69 Lihat bab III cara memperoleh keahlian, hal 50 70 Lihat bab III cara memperoleh keahlian, hal 56 dan 62 71 Lihat bab III cara memperoleh keahlian, hal 52-54 72 Lihat bab III cara memperoleh keahlian, hal 54-56 . Maksud murni disini adalah semua ilmu diperoleh melalui bisikan. Sedangkan dukun lain juga mendapatkan bisikan Universitas Sumatera Utara namun tidak semua ilmunya didapat dari bisikan seperti mbah Mutijah,mbah Satimah dan mbah Ompong. Proses penerimaan ilmu terakhir adalah pengabungan dari kedua proses yang telah dijelaskan di atas. Penerimaan proses ini dialami oleh mbah Ompong. Proses ilmu ini pun sama, jika ia melalui belajar maka ia akan menjalani beberapa amalan dan aturan, begitu juga melalui keturunan bisa secara langsung, mimpi atau bisikan 73 1. Mereka pada umumnya berasal dari orang biasa . Pantangan merupakan larangan yang harus dipenuhi dan dilakukan para dukun. Pantangan-pantangan ini pada dasarnya untuk lebih memperkuat simpanan kekuatan gaib sehingga kemampuan para dukun tidak meluntur, tidak lenyap atau tidak musnah. Pantangan-pantangan itu misalnya : 1. Tidak boleh makan jenis makanan tertentu, hal ini yang dialami oleh mbah Ompong tentang larangan memakan jamur. 2. Tidak boleh mengobati orang pada saat- saat tertentu, hal ini dialami oleh mbah Mutijah tentang larangnya mengobati dihari sabtu.3. Tidak boleh meninggalkan salah satu amalan, hal ini dialami oleh mbah Sujirah dimana ia harus menjalani puasa setiap tahun. Menurut Saksono ciri-ciri seorang pengobat tradisional adalah sebagai berikut : 2. Pendidikan mereka tidak melebihi orang biasa bahkan ada yang buta huruf. 3. Mereka bekerja sebagai seorang dukun tidak untuk mencari uang. 73 Lihat bab III cara memperoleh keahlian, hal 57-62 Universitas Sumatera Utara 4. Biasanya mereka mempunyai pekerjaan tetap. 5. Mereka tidak menentukan berapa ongkos yang harus dibayar, tergantung kepada kemampuan orang yang ditolong. Penjelasan dari Saksono memiliki persamaan dan perbedaan pada keenam dukun suwuk di Desa Aek Loba Pekan. Penjelasan poin pertama memiliki persamaan karena pada kenyataannya seperti itu, bahwa setiap dukun suwuk berasal dari orang biasa. Maksud orang biasa disini adalah seperti masyarakat pada umumnya yaitu memiliki keluarga, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bersosialisasi dengan masyarakat dan lain-lain. Penjelasan poin kedua juga sama yaitu pendidikkan dukun juga sangat rendah, bahkan banyak yang tidak bisa membaca. Hal ini diakui oleh salah satu dukun suwuk, seperti mbah Mah dan mbah Ompong. Mereka mengatakan “bahwa kami bukan anak sekolahan, kami tidak bisa membaca apalagi menulis”. Mbah Ompong sendiri mengakui meskipun ia tinggal diasrama, namun ia tidak pernah diajarkan untuk membaca dan menulis. Hal ini juga dialami oleh duduk-dukun lainnya. Poin ketiga dan poin kelima saling berkaitan dengan tujuan tidak mencari uang berarti tidak ditetapkan berapa nilai pembayarannya. Namun disini ada perbedaan penjelasaan jika ditelaah dari pengalaman di lapangan. Memang benar dijelaskan oleh keenam dukun suwuk mengaku mengobati orang hanya bertujuan untuk menolong. Tujuan menolong ini, membuat mereka menjadi dukun suwuk tidak untuk mencari uang. Pelayanan yang diberikan setiap dukunpun terhadap pasiennya tidaklah berbeda. Hampir semua dukun suwuk menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara mereka memperlakukan semua pasien dengan sama, baik dia kaya maupun miskin. Karena mereka menganggap bahwa tujuan mereka mengobati adalah hanya untuk menolong. Akan tetapi ketika ditanyakan mengenai apakah pasien yang ditolong tidak perlu membawa apa-apa. Dijelaskan bahwa kami tidak mengharapkan sesuatu dari para pasien, kalaupun mereka memberikan sesuatu baik berupa uang ataupun barang ya kami terima. Karena jika pemberian itu ditolak mereka akan sakit hati terlebih pemberian itu ikhlas, lagian itukan rezeki tidak baik jika ditolak. Namun mereka menegaskan bahwa mereka tidak pernah mematokkan harga pembayaran. Karena menurut mereka ilmu yang mereka peroleh ataupun dipelajari tanpa sistem pembayaran sama sekali”. Sehingga merekapun tidak masalah jika pasien yang diobati tidak membayar. Keterangan lebih lanjut terlihat bahwa menjadi dukun suwuk merupakan pekerjaan sampingan keterangan ini sesuai poin pada no 4. Karena terlihat bahwa mereka tidak mencari ekonomi dalam pengobatan yang mereka lakukan. Terlebih lagi ada salah satu dukun suwuk yang menyatakan bahwa dirinya lebih suka jika pasien yang datang merupakan orang yang susah ekonominya dibandingkan dengan orang kaya. Karena menurutnya bahwa jika yang ditolongnya orang susah, mereka memang benar membutuhkan dan otomatis mereka akan mempercayai pengobatan yang ia lakukan. Namun jika orang kaya yang datang untuk berobat, terkadang mereka menganggap sepeleh ilmunya. Karena menganggap bahwa mereka punya uang, jika tidak sembuh dapat berobat pada yang lain. Tapi tidak dipungkiri bahwa ia tetap melayani pasiennya dengan sama, meskipun berbeda status ekonominya. Universitas Sumatera Utara Bahkan mereka rela meninggalkan pekerjaan jika ada yang menjemput. Kecuali jika pasiennya bertempat tinggal jauh seperti di Kisaran, Tebing dan lain- lain mereka tidak mau dijemput. Karena pasien dukun suwuk bukan hanya berasal dari desa tersebut melainkan dari luar desa. Yang menjadi perbedaan disini adalah, pada kenyataan di lapangan ada sebuah persaingan, Jika ditanya lebih lanjut mengenai persaingan antar setiap dukun. Mereka menjelaskan bahwa tidak ada persaingan antara dukun di sini, karena niat kami bukan mencari uang tapi menolong. Jadi setiap manusia berhak untuk bisa menolong orang lain. Selain itu, bagaimana juga setiap orang pasti memiliki kecocokan dalam berobat. Jika pasien tidak cocok berobat dengan saya silakan berobat pada orang yang cocok dengannya. Namun penjelasan di atas sedikit berbeda dari pengalaman yang ada di lapangan. Karena ada beberapa dukun yang terlihat dari penjelasannya menganggap salah satu dukun yang baru, belum memiliki ilmu yang tinggi dan pengalaman masih kurang dalam mengobati orang. Dengan mengatakan bahwa salah satu dukun kurang berpengalaman mencerminkan bahwa dukun itu kurang ampuh atau kurang ahli. Sehingga tersamarkan bahwa ia berkeinginan banyak pasien yang lebih memilihnya atau merasa ilmu dirinya lebih hebat. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada persaingan antara dukun, meskipun tidak semua dukun yang melakukan persaingan. Poin keempat tentang pekerjaan tetap memiliki persamaan. Karena tujuannya untuk menolong maka mereka harus memiliki sumber penghasilan lain. Hampir semua dukun suwuk di Desa Aek Loba Pekan hanya menjadikan suwuk Universitas Sumatera Utara sebagai sumber ekonomi sampaingan. Seperti mbah Kalim meskipun ia tidak bekerja namun mbah Kalim memiliki kebun sendiri. Kebun itulah yang menjadi sumber penghasilan tetapnya. Mbah Ompong karena usianya yang sudah tua, ia tidak mampu lagi untuk bekerja sehingga sumber ekonominya didapat dari pemberian anak-anaknya. Begitu juga dengan dukun yang lainnya pasti memiliki pekerjaan lain selain menjadi dukun suwuk. Keterangan di atas cendrung menuturkan kembali bahwa salah satu bertahannya suwuk di Desa Aek Loba Pekan karena tidak adanya patokan mengenai biaya dan karena sifat pengobatannya hanya untuk menolong. Setiap dukun memiliki waktu pratek yang berbeda-beda, ada sebagian dukun yang membuka setiap hari, ada yang setiap hari namun pratek yang dilakukan hanya setengah hari dan ada juga dukun yang tidak membuka pratek setiap hari. Dukun suwuk yang melakukan prateknya setiap hari biasanya karena ia sudah tua dan tak bekerja di luar lagi. Dukun seperti ini biasanya tidak menentukan jam berapa buka maupun tutup prateknya. Jika ada pasien datang maka ia langsung saja mengobatinya. Lain lagi dengan dukun yang buka setiap hari namun hanya bisa buka pada tengah hari. Dukun seperti ini biasanya mempunyai pekerjain lain di luar, sehingga ia dapat membuka pratek setelah selesai bekerja. Sedangkan dukun yang tidak setiap hari buka pratek, karena ada satu hari yang dianggap pantang untuk mengobati pasien. Hari yang menjadi pantangan oleh sebagian dukun suwuk yaitu hari sabtu, karena hari sabtu merupakan hari yang tidak baik ataupun hari buruk untuk mengobati orang. Universitas Sumatera Utara Mengenai penjelasan waktu pratek terakhir ada pro dan kontra, ada sebagian dukun yang menganggap bahwa menolong orang itu tidak dilihat dari hari. bagaimana jika ada orang yang minta tolong untuk berobat, orang tersebut dalam posisi sakit yang sudah tidak bisa ditahan. Otomatis kita harus mengobati secepatnya, kalau harus menunggu hari minggu ya keburu pasiennya semakin parah. Namun ada juga sebagian dukun yang pro menjelaskan bahwa setiap dukun memiliki aturan-aturan dan pantangan dalam mempertahankan ilmunya. Jika melanggar ditakutkan ilmu itu tidak ampuh lagi”. Mengenai pemaparan di atas, dapat membuat satu pertanyaan baru yaitu apakah ada salah satu dukun yang kehilangan ilmunya. Di jelaskan bahwa belum pernah dengar ada dukun yang kehilangan ilmunya, karena tidak ada dukun yang berani melanggar pantangan yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa setiap dukun selalu memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya, mereka tidak memperdulikan masalah tempat untuk pratek. Ditambah lagi alasan menolong menjadi tujuan utama dukun suwuk. Kemudian setiap dukun memiliki kepribadian yang menurut pada aturan-aturan yang dilarang. Hal ini ditegaskan pernyataan mengenai tidak adanya keberanian dukun untuk melanggar pantangan meskipun dalam keadaan darurat. Tehnik diagnosa sangat penting dalam pengobatan, karena tanpa diagnosa maka sulit untuk melakukan proses pengobatan. Diagnosa juga dilakukan oleh para dukun suwuk sebelum melakukan proses pengobatan. Meskipun terkadang sistem diagnosa yang dilakukan terlihat magic dan tanpa ada campur tangan alat- alat medis. Universitas Sumatera Utara Sistem mendiagnosa pada setiap dukun suwuk ada perbedaan-perbedaan terkadang terlihat mencolok. Salah satu dukun seperti mbah Kalim cara mendiagnosanya adalah jika akan ada pasien yang hendak datang berobat kepadanya, ia langsung tahu penyakit apa yang diderita pasiennya melalui batu. Lain mbah Kalim lain pula sistem diagnosa yang dilakukan mbah Ompong, mbah Timin, mbah Satimah, mbah Sujirah dan mbah Mutijah. Namun satu hal yang sama dalam sistem diagnosa adalah terlebih dahulu bertanya mengenai nama pasiennya. Setiap dukun menjelaskan persamaan ini dengan jawaban yang sama yaitu “ jika kami tidak mengenal terlebih dahulu pasien, maka kami sulit untuk menyembuhkannya. Karena pembacaan mantra yang kami lakukan harus menggunakan nama pasien “. Kesimpulan dari sistem pengobatan suwuk yang diambil dari aktivitas- aktivitas dukun dalam proses penyembuhan adalah bahwa pengobatan suwuk dapat mengobati jenis penyakit dari sistem personalistik dan naturalistik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Lubis dkk , walaupun pengobatan modern seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar di pedesaan dan di perkotaan, namun pengobatan tradisional masih berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Terlebih-lebih bila masyarakat itu menderita penyakit yang bersifat personalistik, mereka akan meminta bantuan kepada pengobatan tradisional baik yang berada jauh dari tempat tinggal mereka Lubis dkk, 1995 : 3. Metode-metode pengobatan berbeda-beda, hal ini bisa dilihat pada bagan di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Jampi Menghembus Nafas sidukun digunakan Mengusap Batu,keris, Suwuk Metode Meminum Air Tidak digunakan Menyembur air,liur Menjilat liur Ramuan Dedaunan, buah-buahan, bahan memasak Bagan 1 : Metode Pengobatan Suwuk Menyembur dan menjilat sudah tidak digunakan pada saat sekarang. Karena menurut penjelasan salah satu dukun yaitu mbah Kalim menjilat dan menyembur terkesan sangat menjijikkan serta terasa tidak sopan. Sehingga di Desa Aek Loba kedua metode ini sudah tidak digunakan. Namun tidak tahu di daerah lain, karena suwuk bukan hanya dari Desa Aek Loba Pekan saja. Namun metode tersebutlah yang selalu digunakan dalam pengobatan suwuk. Adapun metode di atas yang masih digunakan adalah menghembus, menghusap dan meminum. Mengenai alasanya hanya ada beberapa dukun yang menjelaskan dengan penjelasan berbeda. Dukun yang menggunakan metode menghusap dan meminum yaitu mbah Mutijah lihat dibab IV. Dilihat dari alasan mbah Mutijah menggunakan metode ini adalah agar penyembuhan dapat dilakukan diluar tubuh dan untuk dalam tubuh menggunakan metode meminum. Dukun yang menggunakan metode menghembus adalah mbah Ompong. Sedangkan mbah Kalim dan mbah Mah menggunakan kedua metode yaitu Universitas Sumatera Utara menghembus dan menghusap. Kedua informan ini menggunakan kedua metode tersebut, jika ditelaah adalah untuk penyembuhan dari luar tubuh dan dari dalam tubuh pasien, sehingga penyembuhan itu lebih efektif. Suwuk memiliki metode yang berbeda-beda sesuai dengan penjelasan dan bagan di atas. Jika dilihat dari perbedaan-perbedaan metode suwuk dalam proses penyembuhan, ada 2 poin yang menjadi penentu metode dalam suwuk yaitu : 1. Penyakit yang menentukan metode 2. Dukun yang menentukan metode Pada poin pertama tentang penyakit yang menentukan metode, maksudnya adalah bahwa pada poin ini dukun menggunakan metode sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Adapun dukun yang menggunakan metode sesuai dengan jenis penyakit yaitu mbah Sujirah dan mbah Timin, hal ini dilihat dari proses penyembuhan yang dilakukan mereka. Sedangkan poin kedua tentang dukun yang menentukan metode dilakukan oleh mbah Kalim dan mbah Mutijah. Maksud poin ini adalah setiap jenis penyakit yang berbeda-beda menggunakan metode penyembuhan yang sama. Penjelasan ini dapat dilihat bahwa metode itu ditentukan oleh sidukun itu sendiri, karena tidak adanya perbedaan metode dari setiap penyakit. Kesimpulannya bahwa metode pengobatan yang dilakukan terserah dari sidukun. Kedua poin di atas dapat digolongkan karena bisa juga dilihat dari proses perolehan ilmu. Seperti mbah kalim dan mbah Mutijah mendapatkan keahlian melalui keturunan atau warisan tanpa ada proses belajar. Sehingga dalam penentuan metode penyembuhan ditentukan oleh dirinya sendiri. Sedangkan Universitas Sumatera Utara perolehan ilmu yang dialami oleh mbah Sujirah dan mbah Timin melalui proses belajar. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa yang menentukan metode penyembuhan bukan mereka sendiri tetapi dari seorang guru. Guru mereka akan mengajarkan metode sesuai dengan jenis penyakit, agar mereka paham dengan metode penyembuhannya. Setiap dukun memiliki ramuan-ramuan tradisional, ramuan ini merupakan pendukung keberhasilan proses penyembuhan. Ramuan-ramuan setiap dukun suwuk juga berbeda-beda. Ramuan-ramuan yang biasa digunakan oleh dukun suwuk itu biasanya dari daun-daunan, buah-buahan, dan bahan-bahan memasak 74 Dari proses penyembuhan suwuk khususnya pembacaan mantra ternyata memiliki kaitan antara hindu dan islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggabungan mantra dari bahasa jawa dan al-qur’an. Benda-benda yang . Media yang digunakan dalam suwuk juga berbeda-beda, menggunakan benda mati seperti keris, batu, dan ada juga yang menggunakan kemenyan. Dari kesemuan media yang digunakan dapat disimpulkan alasan menggunakan media tersebut adalah karena adanya keyakinan setiap dukun akan kekuatan gaib yang dimiliki media-media tersebut. Alasan lain adalah bahwa media tersebut sudah digunakan secara turun temurun. Namun ada satu persamaan media yang digunakan oleh setiap dukun suwuk yaitu air. Alasan kekuatan gaib dan tradisi yang menjadi dasar pertama menggunakan media air. Selain itu air merupakan syarat pertama dalam pengobatan suwuk. 74 Lihat pada bab IV Proses Penyembuhan Suwuk Universitas Sumatera Utara digunakanpun berhubungan dengan hindu contoh keris dan batu. Hal ini akan lebih dijelaskan pada bagan sebagai berikut : Islam perkataan mantra Basmalah Salawat nabi Suwuk Al-Fatiha Al-Ikhlas Hindu Perkataan mantra Bahasa Jawa Media Batu Keris Air Kemenyan Minyak fanbo Bagan 2 : Gambaran suwuk yang berkaitan dengan agama Hindu dan Islam Dalam suwuk perkataan mantra menggunakan ayat-ayat Al-qur’an, seperti terlihat pada bagan di atas. Perkataan mantra juga menggunakan bahasa Jawa. Mantra sendiri itu diambil dari bahasa sansekerta dan bahasa sansekerta merupakan bahasa dalam agama Hindu. Media yang digunakan sangat berkaitan dengan agama Hindu. Media utama yaitu air, jika air dalam penggobatan agama Islam menggunakan air zam-zam yaitu air yang diambil dari sumur yang terdapat di Makkah. Dari Abu Dzar RA Rasulllah SAW bersabda “ sebaik-baiknya air Universitas Sumatera Utara yang ada di muka bumi ini adalah zam-zam, di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit” dalam Badwilan,2005. Sedangkan dalam agama Hindu air apapun selain itu tidak kotor dapat disucikan menggunakan mantra dan dijadikan pengobatan. Air itupun disebut oleh orang hindu sebagai tirta 75 75 Kemuliaan Air, . Alasan penulis tidak meletakkan air di bagan bagian Islam, sedangkan islam juga menggunakan air sebagai pengobatan karena Islam lebih mengutamakan menggunakan air zam-zam dan hanya membaca ayat Al-qur’an. Sehingga air diletakkan pada bagan bagian hindu karena dari proses penyembuhan suwuk air yang digunakan mengarah kepada air dalam agama Hindu. Media yang digunakan selain air adalah keris, batu, kemenyan, parfum spiritual. Keris adalah benda yang sering digunakan pada setiap ritual-ritual dalam masyarakat Jawa baik agama Hindu ataupun Islam. Tapi dalam islam sendiri orang yang menggunakan keris sebagai ritual-ritual dianggap syirik atau menyekutukan Alloh. Jadi keris yang dimaksud di sini adalah keris dalam agama Hindu, termasuk media-media yang lainnya. Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa dalam pengobatan suwuk adanya kaitan antara agama Hindu dengan Agama Islam. Penyapihan atau penceraian ASI dari anak merupakan nilai poin plus dari suwuk. Hampir semua penduduk jika ingin menyapih anaknya akan datang ke dukun suwuk, hal ini sesuai penjelasan dari penduduk Desa Aek Loba Pekan. Metode yang digunakanpun setiap dukun memiliki perbedaan. Untuk lebih jelas akan digambarkan pada bagan di bawah ini : http:lingganarayana.blogspot.com200908kemuliaan-air.html, 19 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara Mantrajampi Suwuk Metode dihusap media air diminum media air dimakan media nasi ramuan nasi dijadikan among-among air dimantrai Bagan 3 : Metode dalam peyapihan 5.2. Analisis Tanggapan Masyarakat Desa Aek Loba Pekan Tentang Suwuk 5.2.1. Suwuk sebagai tradisi

Dokumen yang terkait

Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

21 352 107

LPSE Kabupaten Asahan BA.HP AEK LOBA TU

0 0 4

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 11

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 1

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 1 18

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 2 27

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 3

Suwuk (Etnografi tentang Pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)

0 0 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Sosial - Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

0 0 10