Jika mbah Kalim minum kopi di warung pak Sahril ia bisa mengobrol baik dengan penjual maupun pembeli yang datang kewarung tersebut. Setelah jam
15.00 wib ia akan pulang kerumah untuk menonton acara sepak bola ataupun tidur siang.
Sumber ekonomi mbah Kalim selain menjadi dukun suwuk yaitu mbah Kalim memiliki beberapa rante kebun sawit yang terletak di belakang rumahnya.
Untuk merawat dan memanen kebunnya mbah Kalim lebih memilih membayar orang ketimbang mengerjakan sendiri. Menjadi seorang dukun, bukanlah
memiliki penghasilan yang tetap karena memang mbah Kalim tidak pernah mematokkan harga pengobatan. Sehingga mbah Kalim harus memiliki sumber
ekonomi lain .
2.2.2. Mbah Janem atau Mbah Ompong
Mbah Ompong nama yang dikenal oleh masyarakat Desa Aek Loba Pekan memiliki nama asli Mbah Janem. Wanita kelahiran tahun 1925 merupakan salah
satu dukun suwuk yang memiliki umur paling tua. Mbah Ompong selain berprofesi sebagai dukun suwuk juga berprofesi sebagai dukun bayi. Menjadi
dukun bukanlah karena keinginanya semata saja, namun karena suruhan orang tua mbah Ompong.
Raut wajah mbah Ompong sudah menunjukkan bahwa usianya sudah sangat tua. Raut wajahnya yang sudah keriput dan rambut yang memutih,
membuat ia terlihat sangat lemah. Namun sebenarnya tenaga mbah Ompong sangat kuat, karen jika mengusuk orang, orang yang dikusuk akan meringis
kesakitan. Mbah Ompong yang memiliki tinggi badan sekitar 147 cm, dengan
Universitas Sumatera Utara
berat badan sekitar 45 kg tampak terlihat kurus. Mbah Ompong yang memiliki kulit lumayan putih ini,paling suka menyanggul rambutnya dari pada
mengucirnya. Mbah Ompong memiliki karakter yang sangat polos, hal ini dapat dilihat dari cara menjawab semua pertanyaan. Mbah ini juga memiliki sifat yang
ramah dan terbuka pada orang yang baru dikenalnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi akrab.
Foto 3 Mbah Ompong difoto ketika sedang berkumpul bersama cucu dan
anaknya. Sebelah kanan mbah Ompong adalah salah satu cucu yang tinggal dengan mbah Ompong.
Sumber Foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Mbah Ompong bertrasmigrasi ke Desa Aek Loba Pekan pada tahun 1940
bersama dengan orang tuanya. Pertama kali datang ke Desa Aek Loba Pekan, rumah orang tua mbah Ompong berada tepat di belakang rumahnya sekarang. Ibu
mbah Ompong bernama Cikra dan ayahnya bernama Joyle Romo, yang sekarang keduanya sudah meninggal. Ibu mbah Ompong juga merupakan salah satu dukun
suwuk, yang kemudian ilmunya diturunkan kepada mbah Ompong.
Universitas Sumatera Utara
Wanita asal Wonogiri Jawa Tengah ini memiliki 8 delapan orang anak yang hidup dan 6 enam orang anak yang sudah meninggal karena keguguran.
Kedelapan anaknya yang hidup terdiri dari 4 empat laki-laki dan 4 empat perempuan, sedangkan yang sudah meninggal 3 tiga laki-laki dan 3 tiga
perempuan. Keenam anaknya yang meninggal dengan cara berturut dan berselang-seling, maksudnya tahun pertama hamil dan melahirkan anak laki-laki
maka yang meninggal perempuan dan sebaliknya berturut sampai 6 enam orang yang meninggal. Kedelapan anaknya sudah menikah semua., bahkan mbah
Ompong sudah mempunyai cicit. Masing-masing anaknya yang sudah menikah, hanya 3 tiga anak perempuannya yang tinggal di Desa Aek Loba Pekan,
tepatnya rumah anaknya berada di samping kanan, kiri, dan belakang rumah mbah Ompong. Sedangkan selebihnya anaknya tinggal luar daerah yaitu Pujud, Bagan
Batu, Pekan Baru, Jakarta, Kampung Mesjid dan Muda. Jika ditanya mengenai cucu, tak diragukan lagi cucunya mbah Ompong
merupakan cucu terbanyak diantara dukun suwuk yang menjadi informan. Jumlah cucu mbah Ompong sebanyak 34 orang, lain cucu lain lagi buyut yang sudah
dimiliki mbah Ompong sebanyak 23 orang. Profesi mbah Ompong selain sebagai dukun suwuk, mbah Ompong juga
memiliki keahlian sebagai dukun bayi. Mengenai masalah harga upah pengobatan mbah Ompong tidak pernah mematokkan. Biasanya harga upah menjadi dukun
bayi lebih banyak dibandingkan menjadi dukun suwuk. Meskipun demikian mbah Ompong tetap menjalankan kedua kegiatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Mbah Ompong saat ini tinggal bersama salah satu cucu perempuannya yang bernama Dea yang saat ini sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Cucunya
yang merupakan anak dari anaknya yang tinggal di Jakarta disuruh untuk menemani neneknya. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sudah tampak tua
dan sedikit rapuh. Bagaian lantai depan rumahnya sudah terlihat retak dan ada sedikit pecah-pecah. Di dalam terlihat ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu
yang hanya diisi dengan kursi yang bermotif lama. Sedangkan dapurnya sudah tampak akan roboh karena berdindingkan papan yang sudah rapuh
.
Foto 4 Keadaan rumah mbah Ompong
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Kegiatan mbah Ompong jika berada di rumah adalah sama seperti
pekerjaan wanita biasa yaitu memasak, dan mencuci pakaiannya sendiri. Sedangkan pekerjaan yang lainnya seperti mencuci piring, menyapu halaman dan
rumah biasanya yang mengerjakan cucunya. Beberapa hari ini sejak mengamati kegiatan mbah Ompong, mbah Ompong sedang sakit, ia mengalami kenaikan
tensi darah atau yang sering disebut darah tinggi. Mbah Ompong paling suka
Universitas Sumatera Utara
duduk-duduk di bale-bale
27
2.2.3. Mbah Sujirah