Ia tinggal disebuah rumah yang terlihat belum sepenuhnya selesai dibangun. Hal ini terlihat dari dinding bangunan rumah yang belum diplester
semen. Terlihat juga lantai yang masih berlantai kasar, dan jendela yang masih belum dicat. Di dalam rumah ada dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu dan satu
ruang dapur yang terlihat sedikit luas namun belum berlantai semen. Di ruang tamu terlihat satu unit TV, satu buah lemari dan satu pasang kursi atom.
Foto 8 Keadaan rumah mbah Mutijah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013
2.2.5. Mbah Satimah
Mbah Mah yang memiliki nama lengkap Satimah merupakan sosok wanita paruh baya yang mempunyai tenaga cukup kuat dalam mengusuk. Menjadi dukun
suwuk dan kusuk membuat wanita ini lebih kuat dibandingkan dengan wanita biasa yang seusiannya. Rambut yang putih dan pipi yang keriput menandakan ia
sudah lanjut usia. Mbah Mah yang hobi menggunakan kain sebagai rok
Universitas Sumatera Utara
merupakan dukun suwuk yang sedikit pemalu jika ditanya mengenai kemampuannya. Ia lebih banyak tersenyum dan tertawa jika menjelaskan apa
yang mejadi pertanyaan. Namun terkadang terlihat mimik wajah yang bingung jika diajukan sebuah pertanyaan, mungkin tidak mengerti dengan pertanyaan atau
bahkan memang seperti itulah karakte mbah Mah. Wanita yang memiliki warna kulit sawo matang ini sering sekali tidak di rumah,karena harus memenuhi
permintaan pasien ketika dijemput. Memiliki berat badan sekitar 45 kg dan tinggi sekitar 145 cm membuat ia lebih terlihat ideal,meskipun bagian pundak sudah
terlihat bungkuk.
Foto 9 Mbah Satimah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Mbah Mah lahir pada tahun 1935 di Magelang Jawa Tengah. Mbah Mah
merupakan salah satu penduduk Desa Aek Loba Pekan hasil program transmigrasi. Ia bertransmigrasi bersama kedua orang tuanya. Orang tua mbah
Mah sudah meninggal sejak sekitar 20 tahun yang lalu. Rumah orang tunya dulu
Universitas Sumatera Utara
tepat berada di belakang rumah mbah Mah. Namun sekarang rumahnya sudah tidak dapat dilihat karena sudah dirobohkan.
Mbah Mah memiliki tujuh orang anak yaitu 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Ketujuh anaknya sudah menikah dan beberapa orang tinggal ditempat
yang berbeda. Dua orang anaknya tinggal di Desa Aek Loba Pekan, dan rumahnya berada di sekitar belakang rumah mbah Mah. Kemudian satunya lagi tinggal
bersama mbah Mah. Adapun anaknya yang tinggal dilain daerah yaitu 3 orang tinggal di Teluk Dalam, 1 orang tinggal di Bangun, dan 1 orang tinggal di
Kisaran. Anaknya yang berada di luar Desa akan datang berkunjung setiap lebaran dan hari-hari penting seperti pesta dan lain-lain.
Mbah Mah tinggal di sebuah rumah yang sudah permanen. Bagian depan rumah ada dua ruang kamar tidur, dan satu ruang tamu yang terletak satu unit
lemari hias dekat pintu ke ruang tengah. Depan lemari hias ada berjajar sofa berwarna coklat. Masuk di ruang tengah ada satu unit TV dan dekat pintu keluar
ruang ruang ada tiga kursi atom. Di Ruang dapur terdapat satu buah meja makan dan dekat dinding antara ruang dapur dan ruang tengah terdapat dua kursi atom
yang warnahnya sudah mulai pudar.
Universitas Sumatera Utara
Foto 10 Keadaan rumah Mbah Satimah
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Mbah Mah hanya memiliki pekerjaan sebagai seorang dukun suwuk.
Sebelum ia menjalani profesi sebagai dukun, mbah Mah pernah bekerja di PT Afdeling 13 dan berhenti karena sudah pensiun. Setelah ibunya meninggal dan
kemudian ibunya menurunkan ilmunya, maka saat itu juga ia menjadi seorang dukun.
Aktifitas mbah Mah sehari-hari adalah membantu anak perempuannya mengurus pekerjaan rumah seperti menyapu halaman, mencuci piring, memasak
dan lain-lain. Mbah Mah juga paling sering duduk di bangku belakang rumahnya dan berkumpul bersama cucunya.
2.2.6.Mbah Timin
Mbah Timin nama yang kerap disebut penduduk sekitar jika ditanya mengenai pengobatan suwuk. Lelaki yang memiliki tinggi sekitar 160 cm dan
berat badan 45 kg ini, memang tampak kurus. selain itu, pipi dan mata nya yang sudah terlihat cekung menambah bukti kekurusan mbah Timin. Mbah Timin
memiliki rambut yang sudah memutih semua, terlihat jelas bahwa ia sudah memiliki cucu dan lanjut usia. Meskipun terlihat kurus mbah Timin memiliki
tenaga yang masih baik diusiannya, hal ini ditunjukkan karen ia memiliki hobi memcangkul dan berladang. Pria kelahiran tahun 1937 ini sudah memiliki
masalah dalam indra pendengaranya, sehingga jika berbicara padanya harus lebih kuat. Hal ini juga yang membuat mbah Timin memiliki suara yang cukup keras
sehingga jika orang yang baru kenal terkesan ia sedang marah. Mbah Timin
Universitas Sumatera Utara
memiliki karakter orang yang sulit terbuka dengan orang yang baru, sehingga butuh waktu untuk mengorek informasi tentang kemampuannya. Meskipun
demikian mbah Timin tetap bersikap ramah dan menyempatkan diri untuk berdialog.
Foto 11 Mbah Timin saat momong cucunya ke tempat tetangganya.
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Mbah Timin merupakan asli orang Desa Aek Loba Pekan karena beliau
memang lahir di Desa tersebut. kedua orang tuanya bertrasmigrasi saat mbah Timin belum ada. Rumah orang tua Mbah Timin adalah rumah yang sekarang
ditempati oleh mbah Timin. Mbah Timin adalah anak ke empat dari 9 bersaudara, kakak dan adiknya sudah tinggal terpisah.
Mbah Timin tinggal bersama istrinya yang bernama ibu Ngatemi dan dua orang anaknya yang sudah menikah. Kedua anaknya semua berjenis kelamin
wanita, sebenarnya mbah Timin juga memiliki satu orang anak laki namun sudah meninggal. Jika ditanya mengenai anaknya yang laki-laki mbah Timin terlihat
Universitas Sumatera Utara
sedih. Apalagi meninggal anaknya karena sebuah kecelakaan sepeda motor. Saat itu anak mbah Timin yang baru tamat SMA pergi untuk mencari kerja, namun
naasnya dijalan ia mengalami tabrakan dengan mobil. Hingga saat ini mbah Timin dan istrinya masih sangat terpukul dengan kehilangan anaknya. Sebenarnya anak
mbah Timin ada enam orang, yang hidup hanya dua orang. Sedangkan yang meninggal ada empat orang, satu perempuan dan dua laki-laki. Sebenarnya
keluarga mbah Timin juga bingung karena setiap anak laki-lakinya selalu meninggal. Meskipun memang karena takdir, namun mereka merasa kenapa tidak
ada satupun anak laki-laki yang bisa bertahan hidup. Kedua anaknya yang perempuan sekarang tinggal di Desa Aek Loba Pekan juga. Satu anaknya tinggal
bersama mbah Timin dan sekarang sudah memiliki satu orang anak, sedangkan yang satunya tinggal di depan rumah mbah timin dan sudah memiliki dua orang
anak. Aktifitas mbah Timin selain mengobati orang mbah Timin juga sering
pergi keladang sawitnya. Ia memiliki dua tempat kebun sawit, tempat yang pertama kebunnya berada di samping rumahnya sedangkan yang satu lagi berada
di Bargot. Jika di kebun yang di Bargot ia datang hanya setiap panen, biasanya jika hari minggu. sedangkan di samping rumahnya hampir setiap hari ia datang
untuk membersihkannya. Mbah Timin juga sering membersihkan perkarangan rumahnya. Namun mbah Timin tidak ada pekerjaan, ia akan pergi untuk momong
menjaga cucunya yang berusia empat tahun. Mbah Timin dan keluarganya tinggal disebuah rumah yang lumayan besar
dan sudah permanen. Ia memiliki dua ruang kamar tidur, bagian ruang tamunya terlihat memanjang. Di bagian ujung ruangan ada satu unit TV dekat pintu dapur,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan bagian depat pintu terdapat sofa bercorak bunga dan berwarnah hijau. Dindin dalam rumah banyak tergantung foto-foto pernikahan anaknya dan foto
anaknya yang sudah meninggal. Ruang dapur cukup luas, di pintu mau ke ruang tamu ada lemari makan. Mbah Timin memiliki halaman yang luas sehingga
banyak tanaman-tanaman di sekitar rumahnya seperti rambutan, pohon coklat dan lain-lain.
Foto 12 Keadaan rumah mbah Timin
Sumber foto : Yayuk Yusdiawati, 2013 Lokasi tempat tinggal semua dukun terletak di Desa Aek Loba Pekan
Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Desa Aek Loba Pekan merupakan salah satu desa dari 7 tujuh desa yang termasuk wilayah Kecamatan Aek
Kuasan. Desa ini terletak pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut, beriklim dingin dengan curah hujan rata-rata 005 mm per tahunnya. Luas seluruh
wilayahnya 590 hektar dengan jumlah penduduknya 5916 orang dan suhu udara rata-rata 20,28°c. Topograpi wilayahnya dataran rendah, sedang dan tinggi, pada
lahan yang dataran rendah ditumbuhi perkebunan sawit penduduk dan aliran sungai kecil asahan, sedangkan pada lahan yang sedang merupakan pemukiman
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pada lahan yang agak tinggi di tumbuhi perkumbunan sawit milik PT Afdeling 13.
Desa Aek Loba Pekan berbatasan PTP VI Pulau Raja pada bagian Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Aek Loba Afdling I. Sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Lobu Jiur dan Sengonsari. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Alang Bombon dan Bangun.
Desa Aek Loba mempunyai topograpi wilayah rendah, sedang dan tinggi. Ketinggian Desa Aek Loba Pekan mencapai 20 meter di atas permukaan laut
dengan suhu udara rata-rata 20,28°c dan banyak curah hujan mencapai 005 mmtahun.
Pola perkampungan di desa ini sebagaian berbanjar, dengan posisi rumah berhadap-hadapan satu dengan lainnya. Namun tidak semua posisi rumah saling
berhadapan, ada juga posisi rumah yang tidak beraturan. Biasanya rumah yang posisinya tidak beraturan terdapat di bagian belakang rumah yang posisi
rumahnya saling berhadapan. Untuk lebih jelas akan digambarkan denah mengenai lokasi tempat tinggal para dukun suwuk.
Jarak ibukota kecamatan ke Desa Aek Loba Pekan kira-kira 0,5 km, dapat ditempuh melalui kendaraan pribadi dan angkutan umum. Sedangkan jarak antara
Aek Kuasan ibukota kecamatan ke Kisaran ibukota kabupaten Asahan kira- kira 51 km sedang jarak dari ibukota kabupaten Asahan ke Medan sekitar 208 km.
Desa Aek Loba Pekan memiliki 3 simpang yaitu simpang Aek Kuasan, simpang Pandu, dan simpang Rambutan. Perumahan Desa Aek Loba Pekan
Universitas Sumatera Utara
sebagian ada yang dekat dengan jalan raya, namun untuk mencapai lokasi penelitiannya harus masuk ke dalam kira-kira berjarak 0,5 km dari simpang.
Simpang pertama yang sering di lewati orang adalah simpang Aek Kuasan. Simpang ini memiliki jalan yang sedikit berbatu, namun masih terlihat
lebih mulus. Simpang ke dua yaitu simpang Pandu, simpang ini jalannya lebih berbatu namun tidak berlubang. Jalan dari simpang Pandu merupakan jalan tengah
di Desa Aek loba Pekan. Simpang ke tiga adalah simpang Rambutan, jalan simpang ini setengah berbatu namun setengah lebih sudah diaspal. Jalan ini adalah
jalan lebih dekat menunju ke kantor Kepala Desa Aek Loba Pekan.
Universitas Sumatera Utara
Medan Simp. Aek Kuasan
Simp. Pandu Simp. Rambutan
1 km
400 m
600 m
300 m
3300 m Gambar 13. Dena
Penelitian
900 m
Kantor Kepala Desa Aek Loba
Rumah Ompong
Rumah Sujirah
Rumah Timin
Rumah Satimah
Rumah Tumijah
Rumah Kalem
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar 13 : Jarak yang dibuat dalam dena adalah jarak antara rumah satu dukun dengan rumah dukun yang lainnya. Seperti terlihat jarak simpang dari
rumah mbah Ompong adalah sekitar 1 km, jarak rumah mbah Ompong ke rumah mbah Sujirah sekitar 300 m dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah