1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dapat mendekatkan dan memberikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan itu
dapat terus membaik apabila pemerintahan dijalankan secara terbuka, akuntabel, dan memberi ruang partisipasi bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat
yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yang menyebutkan bahwa “Negara berkewajiban
melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik”. Pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa negara mempunyai kewajiban dalam memenuhi hak dan pelayanan kebutuhan dasar masyarakatnya misalnya dalam hal kesehatan, pendidikan dasar
dan bahan kebutuhan pokok Hardiyansyah, 2011:20. Selain masalah infrastruktur, masalah perizinan usaha juga merupakan
aspek yang menentukan bagi kondusifitas iklim usaha di daerah. Dalam aspek perizinan usaha, ternyata otonomi daerah belum secara signifikan memperbaiki
kualitas pelayanan dalam bidang perizinan usaha. Bahkan ada kecenderungan pasca penerapan otonomi daerah jumlah biayanya meningkat. Tingginya biaya
perizinan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Banyak pelaku usaha yang mengeluh karena kecewa terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
oleh birokrasi perizinan, seperti tidak adanya transparansi biaya dan prosedur
Universitas Sumatera Utara
2
yang berbelit, tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sampai diskriminasi terhadap golongan tertentu Adrian Sutedi, 2011:49
.
Berdasarkan hasil penelitian dari Dewi Puspita Sari Darman 2015 yang
berjudul “Inovasi Pelayanan Perizinan Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota
Makassar” mengatakan bahwa pelayanan perizinan masih banyak mengalami
hambatan-hambatan karena masih belum dapat memuaskan pelanggan, hal ini disebabkan karena kualitas kinerja aparat pelayanan perizinan belum optimal,
kurang sederhananya prosedur pelayanan, lamanya proses pengurusan izin, dan biaya yang dianggap masyarakat masih mahal serta ditambah lagi pejabat yang
berwenang menandatangani berkas kadang-kadang tidak berada ditempat ketika mengurus perizinan, sikap yang dimiliki oleh aparat yang mementingkan prosedur
aturan daripada substansi pelayanan, sehingga aparat birokrasi garis depan belum nampak ke arah profesionalisme.
Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kulitas
dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha. Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik,
pertama kebijakan peraturan perundang-undangan, apakah kebijakan dalam pemberian pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan
masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada
kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis yang sangat kental
Universitas Sumatera Utara
3
terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga
memerlukan kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai perubahan dimana masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih baik, maka administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan masyarakat juga menjadi bagian penting.
Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan bisa berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat menunjang
perekonomian di Negara Indonesia sendiri. Salah satu tujuan dari pemberian perizinan adalah sebagai sumber
pendapatan daerah. Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang
dikelurkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai
pembangunan Adrian Sutedi, 2011:200. Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan asli daerah PAD digunakan
untuk membiayai segala kegiatan dan program yang telah dibuat oleh pemerintah daerah tersebut. PAD juga digunakan untuk membangun sarana dan prasarana
diberbagai sektor, dan sebesar-besarnya digunakan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
4
Yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut strategi birokrasi dalam Pelayanan Perizinan Terpadu di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pelayanan ini
merupakan salah satu penopang dan pendukung dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dalam hal ini ada pemasukan keuangan daerah dalam hal
ini adalah pendapatan asli daerah PAD dari sektor perizinan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengefektifkan sumber-sumber pendapatan asli daerah
untuk meningkatkan penerimaan daerah. Dengan berasumsi bahwa strategi peningkatan kualitas pelayanan dalam pelayanan perizinan yang baik dan
memuaskan masyarakat akan berdampak terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Asumsi tersebut senada dengan yang diungkapkan
Nawawi, 2003 bahwa pelayanan yang berkualitas akan menjadi nilai tambah, seperti rasa puas dan kesediaan masyarakat yang dilayani untuk mengikuti
ketentuan dan peraturan yang berlaku. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan
memiliki visi “terwujudnya pelayanan perizinan dan non perizinan yang proaktif terhadap kepentingan masyarakat menuju daerah yang mandiri dan sejahtera”,
yang selanjutnya dijabarkan melalui misi sebagai berikut: 1.
Mendekatkan kepada pelayanan prima dengan penyederhanaan pelayanan perizinan
2. Meningkatkan ketersediaan data informasi di bidang perizinan dan non
perizinan. 3.
Meningkatkan pelayanan perizinan dan non perizinan dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah PAD.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana.
Universitas Sumatera Utara
5
http:humbanghasundutankab.go.idvisi-dan-misi-kantor-pelayanan-perijinan- terpadu diakses pada 10 Maret 2016 pukul 21.30
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan memproses sebanyak 33 jenis perizinan. Hal ini merupakan sumber pendapatan
yang sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Humbang Hasundutan. Retribusi perizinan merupakan potensi yang
cukup besar dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD bagi suatu kabupatenkota apabila retribusi tersebut dimaksimalkan dalam pengelolaannya.
Disini dibutuhkan strategi pemerintah daerah dalam hal ini Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan untuk menggali dan
mengakselarasi potensi tersebut. Pada tahun 2013 pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Humbang Hasundutan dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu hanya
terealisasi sebesar Rp38.138.360 dari target PAD sebesar Rp164 juta. Pada tahun 2015 PAD Kabupaten Humbang Hasundutan tidak mencapai target, hanya 24,12
miliar yang terealisasi dari Rp 27,75 miliar target. Sejumlah SKPD gagal mencapai target yang telah ditentukan, seperti dinas peternakan, dinas
perhubungan, termasuk di dalamnya Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kabupaten
Humbang Hasundutan hanya memperoleh penerimaan dari retribusi izin penjualan minuman keras minuman beralkohol dengan target yang diminta Rp3 juta,
terealisasi Rp500 ribu dan, retribusi izin gangguan dari target ditentukan Rp100 juta terealisasi sebesar Rp253,86 juta. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan kurang mampu memaksimalkan penerimaan dari perizinan. Data diatas juga
Universitas Sumatera Utara
6
menunjukkan bahwa dari 33 jenis perizinan yang menjadi wewenang Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan, KPPT hanya menerima
retribusi dari 2 jenis perizinan saja. http:harianandalas.comkanal-sumatera-utarapad-skpd-humbahas-tak-sesuai-
target di akses pada Rabu 16 Maret 2016 pukul 18:45. http:waspada.co.idindex.php… diakses pada Rabu 16 Maret 2016 pukul
19:05. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan di
Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun judul penelitian ini adalah “Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Perizinan dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Humbang Hasundutan”.
Universitas Sumatera Utara
7
1.2. Rumusan Masalah