belum mengakomodir kepentingan bagi pendanaan untuk kepentingan pengelolaan dan kelestarian ekosistem hutan di bagian hulu Suprayitno 2008.
2.2 Pembayaran Jasa Lingkungan
Pembayaran Jasa Lingkungan PJL merupakan pemberian penghargaan berupa pembayaran, kemudahan dan keringanan kepada pelaku, pengelola,
penghasil jasa lingkungan dari suatu kawasan hutan, lahan atau ekosistem Suprayitno 2008. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa PJL adalah suatu
transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai kepada penerima manfaat jasa
lingkungan Wunder 2005. Menurut Pagiola 2004 prinsip dari sistem pembayaran jasa lingkungan
sangatlah sederhana yaitu kompensasi yang ditentukan oleh pengguna sumberdaya untuk menghasilkan jasa lingkungan yang disediakan lingkungan
akan mendorong insentif pengguna sumberdaya untuk melestarikannya. Wunder 2005 menggambarkan lima kriteria yang relatif sederhana untuk prinsip PJL,
yaitu: 1 transaksi sukarela, 2 jasa lingkungan yang terdefinisikan dengan baik untuk ditransaksikan, 3 minimal ada satu pembeli, 4 dengan minimal satu
penyedia, 5 jika dan hanya jika penyedia jasa lingkungan menjamin penyediaan jasa lingkungan conditionality.
Menurut Suprayitno 2008 jenis PJL dapat berupa dana kompensasi atau insentif, dana konservasi, dan dana-dana lainnya untuk kepentingan pengelolaan,
rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan atau ekosistem tertentu. Sementara itu FAO 2003 diacu dalam USAID 2009 membagi ke
dalam dua tipe skema pembayaran jasa lingkungan. Tipe pertama yaitu PJL yang berhubungan dengan jasa pasar global atau skala geografi yang sangat luas,
bertujuan menggunakan instrumen pasar untuk membayar jasa yang penggunanya tidak terbatas pada tingkat lokal, seperti konservasi keanekaragaman hayati,
keindahan alam, penyimpanan karbon dan lain-lain. Tipe kedua yaitu pembayaran jasa lingkungan dirancang untuk mengkompensasi penghasil dengan
menggunakan pasar lokal, dimana pengguna umumnya terdefinisi dengan lebih baik dan terbatas pada area geografik tertentu, yang dekat dengan lokasi dimana
penyedia melaksanakan kegiatan produktifnya. Karena pengguna dan penyedia
secara geografik dekat antara satu dengan lainnya, maka biaya transaksi minimal dan aliran informasi menjadi lebih mudah dilakukan oleh pihak yang mengadakan
kesepakatan. Sedangkan menurut Wunder terdapat dua bentuk skema PJL yaitu user-financed schemes dan government-financed schemes. User-financed schemes
memiliki karakteristik skala kecil, jasa tunggal dan pembeli tunggal, jarang ada tujuan sampingan, serta fokus. Contoh skema ini adalah skema PJL DAS dan
skema PJL karbon. Government-financed schemes memiliki karakteristik skala besar, beberapa jasa lingkungan, banyak tujuan politik, negara bertindak sebagai
pembeli dan kurang fokus. Contoh skema ini adalah PSA Costa Rica, Mexico dan Agri-envir Eropa, Amerika, dan Cina. Pembayaran jasa lingkungan dalam
bentuk jasa air dalam DAS termasuk dalam kategori tipe pembayaran kedua ini. Mekanisme imbal jasa multifungsi DAS menurut Cahyono dan Purwanto 2006
dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu: a. Kesepakatan yang di atur sendiri
Kesepakatan diatur sendiri antara penyedia jasa dengan penerima jasa, biasanya bersifat tertutup, cakupannya sempit, negosiasi terjadi secara tatap muka,
perjanjian cenderung sederhana, dan campur tangan yang rendah dari pemerintah. Misalnya, skema ekolabel, sertifikasi, pembelian hak pengembangan lahan
dimana jasa itu berada, pembayaran langsung antara pemanfaat jasa DAS yang berada di luar lokasi dengan pemilik lahan yang bertanggungjawab atas
ketersediaan jasa multifungsi DAS. b. Skema pembayaran publik
Pendekatan ini sering digunakan bila pemerintah bermaksud menyediakan landasan kelembagaan untuk suatu program dan sekaligus menanamkan
investasinya. Pemerintah dapat memperoleh dana melalui beberapa jenis iuran dan pajak. Contohnya, kebijakan penetapan harga air, persetujuan penggunaan pajak
air untuk melindungi DAS, menciptakan mekanisme pengawasan, pemantauan dan pelaksanaan regulasi yang bersifat melindungi penyedia jasa dan menerapkan
denda bagi pelanggarnya. c. Skema pasar terbuka
Skema ini jarang diterapkan dan cenderung dapat diterapkan di negara yang sudah maju. Pemerintah dapat mendefinisikan barang atau jasa apa saja dari
multifungi DAS yang dapat diperjual belikan. Selanjutnya dibuat regulasi yang dapat menimbulkan permintaan. Perlu sebuah kerangka regulasi yang kuat dan
penegakan hukum, transparansi, penghitungan secara ilmiah yang akurat dan sistem verifikasi yang terjamin.
Di Indonesia mulai banyak dikembangkan bentuk-bentuk mekanisme imbal jasa lingkungan di beberapa daerah. Hal terpenting dalam skema imbal jasa yang
dibuat menurut Setiawan et al 2010 memenuhi empat kriteria yaitu: realistis, kondisional, sukarela dan berpihak pada yang miskin. Sedangkan menurut BSR
2007 ada empat prasyarat keberhasilan PJL yaitu: 1.
Jasa lingkungan yang benar-banar dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan, serta adanya kemampuan teknis pengelolaannya
2. Informasi pasar yang mudah dipahami dan mudah diakses siapapun
transparen dan akuntabel 3.
Kerangka hukum yang suportif serta adanya lembaga pengawas yang kredibel
4. Selalu bersedia melakukan perbaikan mekanisme apabila ada
keberatankritik.
2.3 Peraturan Perundangan Jasa Lingkungan