BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram
Kabupaten Lombok Barat dengan luas wilayah 862,62 Km
2
atau 86.262 Ha terbagi menjadi 10 kecamatan. Terletak antara 115
o
46’ sampai dengan 11
o
28’ Bujur Timur, dan 8
o
12’ sampai dengan 8
o
55’ Lintang Selatan BPS dan Bappeda NTB 2010. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara KLU • Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah • Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
Gambar 5 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram Googlemap.com. Mataram selain dikenal sebagai ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Barat juga
dikenal sebagai ibu kota Pemda Kota Mataram. Kota Mataram terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Mataram, Ampenan dan Cakranegara dengan 23
kelurahan dan 247 Lingkungan. Secara geografis wilayah Kota Mataram mempunyai luas wilayah 61,30 km
2
dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat • Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok
4.2 DAS Jangkok 4.2.1 Letak dan luas
Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram termasuk ke dalam wilayah DAS Jangkok. DAS Jangkok merupakan DAS yang sangat penting di pulau
Lombok. DAS ini berbentuk bulu burung yang mengalir dari hulu Gunung Rinjani dan bermuara di Selat Lombok dengan aliran perenial. Panjang sungai utama DAS
Jangkok mencapai 47,22 km, dengan luas mencapai 176,06 Km
2
. Luas tersebut melewati empat wilayah administratif yakni Kabupaten Lombok Tengah,
Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram serta sebagian kecil wilayah Kabupaten Lombok Utara SCBFWM 2010. Berdasarkan toposekuesnya, dibagi
menjadi wilayah bagian hulu, tengah dan hilir. Wilayah bagian hulu berada di kabupaten Lombok tengah dan sebagian di kabupaten Lombok Barat. Wilayah
bagian tengah berada di di kabupaten Lombok Barat dan wilayah bagian hilir berada di Kota Mataram.
4.2.2 Kondisi geografis
Jenis tanah yang ada di kawasan DAS Jangkok terdiri dari tiga jenis yakni jenis entosol, alfisol dan inceptisol. Jenis tanah entisol merupakan jenis tanah
mineral, dengan tanpa atau sedikit perkembangan. Secara umum terdapat pada topografi berbukit maupun pegunungan dengan kemiringan lereng agak curam
hingga curam. Tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir. Jenis tanah alfisol merupakan jenis tanah yang telah mengalami perkembangan horizon dan
berasal dari batuan kapur keras Limestone maupun tuf vulkanis. Solum tanah dangkal hingga sedang dan mempunyai warna coklat hingga merah. Tekstur tanah
geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorbsi sedang
dan agak peka erosi. Sedangkan jenis tanah inceptisol merupakan jenis tanah
aluvial yang berkembang pada zona penggenangan. Jenis inceptisol mempunyai sifat drainase jelek.
4.2.3 Curah hujan
Iklim di kawasan Gunung Rinjani wilayah hulu DAS Jangkok termasuk tipe iklim C dengan klasifikasi Schmidth Fergusson. Iklim C agak basah dicirikan
dalam satu tahun jumlah bulan kering tiga bulan dan bulan basah delapan bulan. Hasil pengukuran curah hujan Badan Meteorologi selaparang Mataram periode
tahun 2005-2010 di wilayah Kecamatan Narmada wilayah Hulu dan Kecamatan Ampenan Wilayah Hilir menunjukkan perbedaan tingkat curah hujan masing-
masing lokasi. Hasil perhitungan pada tahun 2010 menunjukkan hasil yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, biasanya curah hujan tertinggi terjadi
kebanyakan di wilayah hulu, namun padda tahun 2010 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi di wilayah hilir hampir di setiap bulannya, terkecuali pada
bulan Juni dan Agustus yang menunjukkan bahwa tidak adanya hujan yan terjadi di wilayah hilir BPDAS Dodokan-Moyosari 2010.
4.2.4 Luas dan tata guna lahan
Berdasarkan hasil pembaruan data DAS Jangkok BPDAS Dodokan- Moyosari 2010 menyebutkan bahwa DAS Jangkok terdiri dari 11 Sub-DAS
sungai yakni Sungai Tembiras, Sungai Semotoq, Sungai Bentoyang, Sungai Jangkok sungai utama, Sungai Aiknyet, Sungai Bensuwe, Sungai Betung,
Sungai Sekot, Sungai Sesaot, Kali Batu Asak dan Kali Tungtungan BPDAS Dodokan-Moyosari 2010. Hulu DAS Jangkok memiliki peranan penting sebagai
cathment area untuk mensuplai kebutuhan air bagi wilayah tengah yang umumnya penggunaan lahan didominasi oleh persawahan dan wilayah hilir yang
didominasi oleh pemukiman. Lahan kering masih cukup dominan di kawasan DAS Jangkok. Berdasarkan
data yang diperoleh dari BPS dan Bappeda Provinsi NTB tahun 2010, dapat digambarkan bahwa sistem penggunaan lahan dikawasan hulu DAS Jangkok
masih didominasi oleh tanah kering yaitu sebesar 16.124 Ha atau sekitar 73 dari total penggunaan lahan dikawasan hulu, kemudian disusul dengan sawah
dengan persentase sebesar 11 dari total penggunaan lahan dikawasan hulu.
Penggunaan lahan di kawasan hilir DAS Jangkok sangat berbeda dengan sistem penggunaan lahan di kawasan hulu dan tengah yang didominasi oleh lahan kering
dan persawahan. Untuk kawasan hilir DAS Jangkok sistem penggunaan lahannya didominasi oleh lahan pemukiman dan pekarangan. Sebaran tipe penggunaan
lahan dan luasan kawasan DAS Jangkok selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran tipe penggunaan lahan dan luasan di kawasan DAS Jangkok
No Tipe Penggunaan Lahan
Luas Ha Presentase
1. Hutan lahan kering primer
7.870,11 44,7
2. Hutan lahan kering sekunder
3.808,33 21,6
3. Pemukiman
1.157,82 6,6
4.. Perkebunan
1.485,86 8,4
5. Pertanian lahan kering
808,83 4,6
6. Pertanian lahan kering campuran semak
627,29 3,6
7. Sawah
332,90 1,9
8 Semak belukar
1.483,47 8,4
9. Tanah terbuka
31,72 0,2
Jumlah 17.606.33
100
Sumber : BPDAS Dodokan Moyosari 2009 diacu dalam BPDAS Dodokan-Moyosari 2010
Luasan lahan kritis DAS Jangkok menurut BPDAS Dodokan Moyosari tahun 2009 diacu dalam SCBFWM 2010 belum dominan. Lahan kritis hanya
sebagian kecil dari kawasan DAS Jangkok dan berada di kawasan tengah dan hilir. Sedangkan kawasan di bagian hulu termasuk tidak kritis dan potensial kritis.
Kondisi tingkat kekritisan DAS Jangkok dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Tingkat kekritisan di DAS Jangkok.
4.2.5 Sosial ekonomi penduduk
Daerah hulu DAS Jangkok secara administrasi terbagi atas 11 desa. Mata pencaharian penduduk di kawasan hulu DAS Jangkok adalah di dalam sektor
hutan kemasyarakatan HKm, agroforestry, perkebunan, peternakan dan sawah. Daerah tengah DAS Jangkok sebanyak 9 desa. Kawasan tengah DAS Jangkok
digunakan untuk perikanan, pertanian dan hortikultura. Demikian juga dengan wilayah hilir yang terbagi menjadi 18 desakelurahan yang kesemuanya berada di
wilayah Kota Mataram. Kawasan hilir DAS Jangkok ini mata pencaharian penduduknya di bidang jasa, pertanian, sawah dan hortikultura.
4.3 Penyedia Providers Jasa Lingkungan
Penyedia jasa lingkungan adalah pihak yang memiliki peran dalam menjaga atau melindungi obyek jasa lingkungan. Praktek penggunaan lahan memberi
dampak terhadap kondisi air di hilir, sehingga penjual potensial adalah pemilik lahan yang ada di hulu Engel et al 2008. Tidak menutup kemungkinan bahwa
lahan di hulu merupakan milik negara, misalnya saja apabila hulu merupakan hutan lindung. Seperti yang ada di Lombok Barat ini, daerah hulu merupakan
kawasan hutan Sesaot yang berstatus hutan lindung, maka yang menjadi penjual atau penyedia jasa lingkungan adalah komunitas lokal yang hidup di sekitar
kawasan tersebut. Wilayah hulu DAS Jangkok terdiri dari 11 desa yaitu tujuh desa di Kabupaten Lombok Barat, dua desa di Kabupaten Lombok Utara dan satu desa
di Kabupaten Lombok Tengah BPDAS Dodokan-Moyosari 2010. Nama-nama desa yang berada di Hulu DAS Jangkok dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Nama-nama desa di wilayah hulu DAS Jangkok
No. DesaKelurahan Kecamatan
Kabupaten Luas Wilayah
km
2
1. Suranadi Narmada
Lombok Barat
892,0 2. Sesaot
Narmada Lombok
Barat 1214,0
3. Senaru Bayan
Lombok Utara
41,6 4. Sedau
Narmada Lombok
Barat 364,0
5. Mumbul sari
Bayan Lombok Utara
25,0 6.
Lebah Sempaga Narmada
Lombok Barat 838,0
7. Karang Bayan
Narmada Lombok Barat
5,8 8.
Batu Mekar Lingsar
Lombok Barat 11,9
9. Batu Kumbung
Lingsar Lombok Barat
28,2 10. Akar-Akar
Bayan Lombok
Utara 49,0
11. Aik Berik
Batukliang Utara Lombok Tengah
41,9 Sumber: BPDAS Dodokan-Moyosari 2010
Fungsi kawasan daerah hulu sebagian besar masih berupa kawasan hutan. Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan lindung, hutan produksi terbatas HPH,
hutan produksi biasa, taman wisata alam, taman hutan rakyat dan taman nasional Suryandari dan Alviya 2009. Kawasan hutan Sesaot merupakan bagian hulu dari
DAS Jangkok. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.756KptsUm1982, status dan fungsi hutan Sesaot adalah hutan lindung. Penunjukan ini didasari atas
pertimbangan hutan ini memiliki fungsi penting sebagai sumber mata air bagi irigasi pertanian skala besar serta untuk kebutuhan rumah tangga, khususnya di
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan sebagian Kabupaten Lombok Tengah Galudra et al 2010.
Masyarakat sekitar hutan Sesaot yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani HKm, sehingga dalam menjalankan kegiatan sosial ekonominya
membentuk kelompok-kelompok kecil atau lembaga tingkat lokal. Lembaga- lembaga tersebut aktif bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain lembaga
pemerintah, LSM, lembaga internasional maupun perusahaan. Kelompok masyarakat atau lembaga tingkat lokal yang terlibat dalam pengelolaan
sumberdaya hutan di kawasan hulu DAS Jangkok disajikan pada tabel 6. Tabel 6 Nama-nama lembaga masyarakat di tingkat lokal
Nama Keterangan
Forum Kawasan Kelompok yang dibentuk untuk mengkoordinasikan dan
mendampingi kelompok-kelompok tani HKm dan kelompok tani non-HKm termasuk dalam pengamanan kawasan hutan
lindung Sesaot,
Kelompok Wana Dharma
Kelompok masyarakat kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin
Kelompok Wana Lestari Kelompok masyarakat kelompok tani yang mengelola lahan
HKm izin dan HKm non izin Kelompok Wana Abadi
Kelompok masyarakat kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin
Kelompok Mitra Pelestarian Hutan KMPH
Wadah organisasi yang bersifat sekunder, merupakan pengembangan dari kelompok usaha bersama, kelompok -
kelompok kopi penyangga dan kelompok – kelompok perkebunan lahan milik yang ada di sekitar kawasan Hutan
Lindung Sesaot
Forum Ranget Kelompok masyarakat kelompok tani yang mengelola lahan
HKm izin dan HKm non izin
Kelompok Tani Sinar Harapan Pengembangan ekonomi mikro melalui kios sarana produksi
Kelompok perempuan Ale-Ale
Lembaga yang berfungsi menampung aspirasi dan pengembangan kapasitas kaum perempuan di kawasan sesaot
dalam melakukan pengelolaan sumberdaya hutan khususnya di hutan sesaot.
Tabel 6 Nama-nama lembaga masyarakat di tingkat lokal lanjutan
Nama Keterangan Kelompok tani Cempaka
Kelembagaan masyarakat, khususnya kaum perempuan sesaot yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dan
pengembangan kreatifitas masyarakat. Kelmpok tani Dahlia Desa
Suranadi Merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang pembibitan
tanaman kehutanan dan perkebunan
Kelompok tani Hidup Baru
Merupakan kelembagaan yang berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum ibu yang ingin
berusaha, dengan lingkup kegatan seperti sinpan pinjam, santunan, dan usaha bakulan.
Kelompok Melati Desa Lembah Sempage
Merupakan kelompok perempuan yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dan sebagai pengumpul HHBK dari kawsan
hutan lembah sempage
Kelompok Melati Desa Sesaot
Merupakan kelompok masyarakat yan bergerak dalam bidang simpan pinjam, dan pengumpuh HHBK khususnya yang
berasal dari kawasan hutan sesaot Kelompok Sanggar Muda
Tani Mandiri Batumekar Lembaga yang bergerak dalam bidang pembibitan sampai
pemasaran hasil usaha pertanian. Organisasi Rakyat Darma
Utama Ora Darma Lembaga yang bergerak dalam pengelolaan air dengan sistem
water meter di desa Batumekar. Kelompok Masyarakat Peduli
Sedau Merupakan kelompok yang berorientasi pada usaha
pembibitan. Sumber : BPDAS Dodokan-Moyosari 2010
4.4 Pembeli Buyers Jasa Lingkungan