masyarakat dengan pola HKm dimana seluas 185 ha di antaranya telah mendapatkan izin Usaha Pengelolaan HKm SK Bupati Lombok Barat No.
213065Dishut2009 berdasarkan pencadangan areal HKm oleh Menteri Kehutanan Kepmenhut No. 445Menhut-II2009. Selebihnya, lahan yang
dikelola masyarakat sedang diusulkan untuk mendapatkan izin HKm kepada Menteri Kehutanan Surat Bupati Lombok Barat No 522726Dishut2010. Sejak
tahun 1995 hingga sekarang, 6.000 KK atau 18.000 jiwa di kawasan Sesaot menggantungkan sumber kehidupannya dari pengelolaan kawasan tersebut.
Berdasarkan Dipokusumo 2011, Kelembagaan di HKm hutan Lindung sesaot berupa Forum HKm. Kelembagaan ini berperan sebagai sumber informasi
pengelola HKm dan advokasi antara masyarakat dengan pihak luar termasuk pemerintah. Kelembagaan HKm tersebut belum dapat berfungsi optimal sebagai
wadah yang dapat menjembatani penggarap HKm pesanggem dengan pihak luar termasuk pemerintah. Berbagai informasi berhenti sampai pada tingkat pengurus
kelompok. Luas HKm Hutan Lindung Sesaot yaitu 211 hektar dengan jumlah petani
pengelola sebesar 1.224 KK yang berlokasi di lima dusun yaitu Dusun Bunut Ngengkang Desa Sesaot seluas 25 hektar, Dusun Pesuren Desa Lebah
Sempage seluas 35 hektar, Dusun Kumbi I dan II Desa Lebah Sempage seluas 35 hektar, Dusun Lebah Suren Desa Sedau seluas 65 hektar dan Dusun Selen
Aik Desa Sedau seluas 51 hektar. Dengan demikian, total luas lahan HKm mencapai 236 ha Dipokusumo 2011.
2.6 Pajak Ganda Double Taxation pada PDAM
Pajak ganda atau double taxation adalah kondisi dimana wajib pajak dikenai dua atau lebih pajak untuk pendapatan atau modal yang sama. Hal ini terjadi
apabila terdapat dua hukum atau peraturan yang tumpang tindih sehingga transaksi, modal, atau pendapatan dikenai pajak di kedua peraturan tersebut.
Badan hukum atau perusahaan negara bisa terkena pajak ganda ini, selama badan hukum atau perusahaan negara membayar pajak terhadap laba dan pemegang
saham juga dikenai pajak sekali lagi. Pajak ganda juga bisa terjadi apabila penjual dan pembeli dikenai pajak yang sama. Pajak ganda lebih sering terjadi pada
transaksi yang melibatkan dua negara Saunders 2002.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2001 tentang Impor
dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, pada pasal 1 ayat 1 huruf g
dan pasal 2 ayat 2 huruf g dinyatakan bahwa salah satu barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis adalah air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh
Perusahaan Air Minum, sehingga dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai PPN. Pajak ganda pada PDAM biasa terjadi pada saat pengadaan pipa dan
meter air PERPAMSI 2010. PDAM sudah dikenai PPN atas air bersih. Pengenaan PPN atas Pendapatan Non-air yang jika ditagihkan oleh PDAM kepada
pelanggan berarti terjadi pengenaan pajak ganda. Hal ini tentu saja akan menjadi beban tambahan bagi pelanggan PDAM.
Pembiayaan pengolahan sumberdaya air, termasuk pada PDAM, ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya
dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi,
perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya
pemberdayaan masyarakat Nugroho 2002 diacu dalam Fadillah 2011. Pendapatan PDAM dihasilkan dari pendapatan penjualan operasional
dan pendapatan lain-lain, sementara biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Menurut Kusuma 2006, yang termasuk
biaya langsung pada proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Sedangkan biaya tidak
langsungnya adalah biaya administrsi dan umum yang meliputi biaya pegawai, biaya kantor, biaya penelitian dan pengembangan, biaya instalasi umum,
hubungan langganan, biaya pemeliharaan, serta biaya bank Ardiansyah 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini secara umum dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pengambilan data dilaksanakan di beberapa
lokasi yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air antara lain Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok
Barat, PDAM Menang-Mataram,WWF Nusa Tenggara, Konsepsi, Desa Sedau, Desa Suranadi dan Desa Batu Mekar serta dinas yang terkait dengan Pengelolaan
Jasa Lingkungan BPDAS Dodokan-Moyosari dan BLHP. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2011.
3.2 Obyek dan Alat Penelitian
Obyek penelitian yang dikaji antara lain mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang berlaku dan para stakeholder serta peranan masing-masing
stakeholder yang terkait dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram.
Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tape recorder, camera digital, panduan wawancara, serta alat tulis.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapang dan wawancara dengan stakeholder yang
terkait dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air di Lombok Barat dan Mataram, yaitu : kelompok tani di sekitar kawasan Hutan
Sesaot diwakili Kelompok Tani Lebah Suren, Forum Ranget, Kelompok Tani Mule Paice, dan Forum Kawasan, PDAM Menang-Mataram, LSM Konsepsi,
WWF Nusa Tenggara dan Dinas Kehutanan yang tergabung dalam IMP serta PT Narmada Awet Muda. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran
dokumen SOP mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air Lombok Barat dan Mataram yang sedang berjalan, undang-undang terkait,