lembaga pemerintah, pihak swasta maupun LSM lain. Kegiatan ini akan lebih baik dan memberikan dampak yang besar apabila diintegrasikan dengan kegiatan PJL.
Rekomendasi selanjutnya, apabila telah tercapai kerjasama dengan berbagai pihak, maka dibutuhkan suatu kajian mengenai bentuk pemberian imbal jasa yang
sesuai kepada masyarakat hulu. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan dari masyarakat hulu tersebut. Implementasi tahun 2011 belum
menunjukkan adanya hasil yang signifikan baik untuk tujuan konservasi maupun peningkatan kesejahteraan. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa ditempuh untuk
mencapai kedua tujuan tersebut adalah penanaman lahan HKm dengan jenis Gaharu Dipokusumo 2011.
5.5 Evaluasi Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Mekanisme PJL di Kabupaten Lombok barat dan Kota Mataram dievaluasi menurut prinsip-prinsip PJL menurut Wunder 2005 yaitu transaksi bersifat
sukarela, jasa lingkungan yang terdefinisi dengan jelas, ada penyedia jasa lingkungan dan pembeli jasa lingkungan, dan penyedia jasa menjamin
ketersediaan jasa lingkungan air.
5.5.1 Transaksi bersifat sukarela
Transaksi sukarela didefinisikan sebagai suatu perjanjian yang tidak dipaksakan atau tidak mengikat berdasarkan dari kesadaran masing-masing, yang
terutama dibedakan pada ukuran perintah dan kontrol Prasetyo et al 2007. Di Kabupaten Lombok dan Kota Mataram, PJL muncul karena didasari pada
kesadaran masyarakat akan ketersediaan air yang mulai berkurang akibat degradasi lahan di hulu. Kesadaran ini muncul karena hasil kajian dari LSM
mengenai penilaian sumberdaya dan mengadakan konsultasi publik sehingga menciptakan pemberdayaan masyarakat. Prasetya et al 2007 menyebutkan
bahwa sulit untuk menerapkan kriteria sukarela sepenuhya terhadap PJL yang berjalan di Lombok. Pada tahap awal PJL di Lombok ini digunakan dengan teknik
perintah dan kontrol untuk melindungi sumberdaya air dari perambahan dan alih guna lahan yang bisa dihindari.
Terutama untuk daerah-daerah yang masuk ke zona hutan lindung Gunung Rinjani. Sementara itu untuk sumber air di lahan
milik masyarakat dapat dilindungi melalui program pemberdayaan masyarakat yang akan mengakibatkan perlindungan sumber air masyarakat secara sukarela.
Kesukarelaan juga menjadi agak rancu ketika pada implementasinya dikenakan tarif yang besarnya tetap tiap bulan dan dikenakan pada semua buyer
berdasarkan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 42 Tahun 20008 tentang Penetapan Obyek, Tarif, Tata Cara Pembayaran Jasa Lingkungan dan Sanksi
Administrasi. Penentuan tarif yang dilakukan sesuai dengan hasil studi Willingness to Pay WTP pelanggan PDAM yang dilakukan oleh PDAM
Menang-Mataram dan LP3ESKonsepsi NTB. Untuk membangun kesukarelaan dibutuhkan pendekatan terhadap
masyarakat dan sosialisasi yang berkelanjutan. Peraturan juga diperlukan, namun harus didahului dengan kesadaran masyarakat. Kombinasi antara kesadaran dan
peraturan merupakan stategi yang baik untuk menerapkan PJL.
5.5.2 Jasa lingkungan yang terdefinisi dengan jelas
Jasa Lingkungan yang diperdagangkan pada kasus di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram adalah air. Pada PJL di lokasi ini jasa lingkungan yang
dalam hal ini air bersih dari PDAM tidak dinilai sesuai dengan nilai secara ekonomi. Nilai air disamaratakan per pelanggan PDAM yaitu Rp. 1000,00. Nilai
ini adalah hasil dari studi WTP. Menurut Prasetya et al 2007 metode penghitungan air seperti ini dirasa kurang sesuai, dan dibutuhkan suatu revisi
metode pengukuran dari jasa lingkungan atau air yang digunakan. Di beberapa kasus PJL di Indonesia memang penentuan nilai jasa lingkungan menjadi kendala
tersendiri. Namun hendaknya kendala ini tidak menghalangi dalam penerapan atau implementasi PJL.
5.5.3 Ada penyedia jasa dan pembeli jasa lingkungan