Nama-nama stakeholder tersebut di atas adalah stakeholder baik yang telah terlibat pada mekanisme saat ini, yang pernah terlibat maupun yang
seharusnya terlibat pada mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air. Para stakeholder yang tercantum merupakan stakeholder yang
ditemul di lapang maupun yang disebut responden saat wawancara. Jika ditelusuri lebih lanjut, akan ditemukan lebih banyak lagi stakeholder yang terlibat dalam
pengelolaan sumberdaya air, karena keterbatasan penulis maka dibatasi menjadi 18 stakeholder.
5.2.2 Klasifikasi stakeholder
Hasil penilaian atribut stakeholder meliputi kepentingan, nilai penting dan pengaruh berdasarkan hasil observasi, wawancara dan penelusuran dokumen
dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh
Stakeholder Kepentingan Nilai Penting
Pengaruh terhadap
proyek Stakeholder Primer
Kelompok Tani
1. Menjaga mata air dan kelestarian hutan
2. Akses sumberdaya air Tinggi Rendah
Asosiasi Pelanggan PDAM
1.Peningkatan pelayanan pelanggan
2. Ketersediaan air Tinggi Rendah
PDAM Menang- Mataram
1. Menjaga kualitas dan kuantitas air
2. Akses ke sumberdaya air Tinggi Tinggi
Institusi Multi Pihak IMP
Mengelola dana jasa lingkungan untu kelestarian sumberdaya dan
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
Tinggi Tinggi
PT Narmada Awet MudaSwasta
1. Menjaga kualitas dan kuantitas air
2. Akses terhadap air Tinggi Tinggi
Konsepsi Pendampingan masyarakat desa
Sedang Sedang
Dishutbun Lobar Konservasi hutan
Tinggi Sedang
Pemkab Lombok barat 1. Peningkatan PAD,
2. Akses sumberdaya air Tinggi Tinggi
PEMKOT Mataram Akses sumberdaya air
Tinggi Tinggi
WWF Nusa
Tenggara Konservasi hutan dan keanekaragaman hayati
Sedang Sedang SCBFWM Pembinaan
masyarakat sekitar
hutan Sedang Sedang
BPDAS Dodokan- Moyosari
Pengelolaan Wilayah DAS Tinggi
Tinggi Dinas Perikanan dan
Kelautan Lombok barat Pendampingan budidaya air
tawar Sedang Sedang
Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh lanjutan
Stakeholder Kepentingan Nilai Penting
Pengaruh terhadap
proyek Stakeholder Sekunder
Dinas Pertanian NTB Pembangunan saluran irigasi dan
pertanian Rendah Sedang
PUSLIDA UNRAM Penelitian dan sarana praktikum
Sedang Rendah
BLHP Monitoring kualitas air,
Konservasi sumbedaya Sedang Rendah
Dinas Kehutanan NTB Pengelolaan Tahura Sesaot
Rendah Tinggi
BKSDA Perlindungan Kawasan
Sedang Sedang
Keterangan: Diadaptasi dari Mayers 2001 menurut penilaian dengan tingkatan tertentu secara kualitatif.
Penilaian tinggi dan rendahnya tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder didasarkan pada posisi masing-masing dalam kemitraan. Ada pihak
yang berkepentingan secara legal menurut mandat negara yang dibebankan sebagai tanggung jawab dan ada juga yang berkepentingan riil terhadap
sumberdaya, baik dalam dalam hal pengelolaan maupun pemanfaatan. Sebagai faktor penentu IMP dan PDAM Menang-Mataram memiliki kepentingan
dan pengaruh yang tinggi dalam mekanisme PJL. Kepentingannya antara lain karena keberadaan IMP mutlak diperlukan untuk mengelola dana jasa lingkungan.
IMP memiliki kewenangan sesuai Perda No. 4 tahun 2007, sehingga pengaruh terhadap berlangsungnya mekanisme PJL cukup tinggi. Demikian pula
dengan PDAM Menang-Mataram sebagai lembaga pengelola air dan penghubung antara masyarakat pelanggan PDAM dan IMP. Kelompok tani sebagai penyedia
jasa lingkungan memiliki kepentingan yang tinggi untuk melestarikan kawasan hutan sebagai sumber penghidupan mereka dan untuk akses kebutuhan air. Namun
sayangnya kelompok tani sebagai lembaga informal kecil tidak memiliki wewenang atas pelaksanaan mekanisme ini. Keberadaan mereka tidak memiliki
kewenangan untuk menentukan pelaksanaan dari program PJL yang berlaku. Asosiasi pelanggan PDAM awalnya dibentuk atas keinginan dari PDAM Menang-
Mataram untuk memudahkan dalam komunikasi dengan pelanggan. Kepentingannya tinggi karena mewakili dari masyarakat pelanggan untuk jaminan
ketersediaan air dari hulu. Pada kenyataannya asosiasi ini kurang berpengaruh karena pengurus terpilih dianggap tidak kompeten oleh PDAM Menang-Mataram.
Universitas Mataram menggunakan daerah Sesaot dan DAS Jangkok sebagai
lokasi penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga memiliki kepentingan yang cukup dan pengaruh yang ditimbulkan kecil pada mekanisme PJL.
PT Narmada Awet Muda memiliki kepentingan yang tinggi, yakni aksesnya terhadap mata air sebagai bahan baku produksinya. Perusahaan ini juga memiliki
pengaruh yang tinggi karena merupakan perusahaan besar. Keikutsertaan perusahaan ini pada mekanisme akan memberikan kontribusi yang besar sebagai
pembeli jasa lingkungan. Namun sampai saat ini perusahaan ini belum berkontribusi pada mekanisme PJL. Konsepsi dan WWF Nusa Tenggara
merupakan perintis mekanisme PJL yang ada di Lombok Barat. Konsepsi berperan dalam pendampingan masyarakat dan fasilitasi perizinan HKm. WWF
Nusa Tenggara bergerak dalam bidang konservasi dan pengembangan jasa lingkungan. Baik Konsepsi maupun WWF NT merupakan LSM berskala lokal
sehingga hanya memiliki pengaruh yang sedang. SCBFWM, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat, dan Dinas
Perikanan dan Kelautan Lombok Barat merupakan unit-unit teknis di lembaga pemerintahan. Wewenang dan Tugas mereka berada pada lokasi
diselenggarakannya mekanisme PJL ini, sehingga mereka memiliki kepentingan dan pengaruh yang cukup tinggi terhadap mekanisme PJL ini. Sedangkan
Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memiliki kepentingan yang tinggi karena obyek jasa lingkungan yaitu air yang terkait
mekanisme ini merupakan produk yang strategis bagi masyrakat dan memberikan pemasukan yang cukup besar bagi kedua pemerintah daerah tersebut. Pengaruh
mereka tinggi karena pemerintah mekanisme PJL ini berlokasi di wilayah administratif kedua pemerintahan. BPDAS Dodokan-Moyosari memiliki
kepentingan dan pengaruh yang tinggi karena obyek jasa lingkungan adalah air, apabila berbicara tentang air tentu tidak bisa lepas dari daerah aliran sungai
DAS. DAS berada dibawah pengelolaan BPDAS. Pada kelompok stakeholder sekunder terdapat Dinas Pertanian NTB,
Puslida Universitas Mataram, BLHP, Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA. Stakeholder tersebut tidak terlibat langsung dalam mekanisme PJL, namun
menaruh kepentingan pada dampak keberadaan mekanisme PJL. Rekapitulasi dari
tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh dari stakeholder dapat dipetakan dalam matriks berikut Gambar 7 .
High
Importance
Low High
Influence Gambar 7 Diagram matriks minat dan pengaruh dari tiap stakeholder.
Berdasarkan matriks tersebut, kotak A, B, dan C merupakan stakeholder kunci yang dapat mempengaruhi mekanisme secara signifikan. Implikasi dari
masing-masing kotak adalah sebagai berikut : a
Stakeholder dengan tingkat kepentingan tinggi terhadap mekanisme tetapi memiliki pengaruh yang rendah Subject. Pada mekanisme PJL
stakeholder yang termasuk Subject adalah Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM, Konsepsi dan WWF.
b Stakeholder dengan tingkat pengaruh dan kepentingan yang tinggi
terhadap keberhasilan mekanisme Key Player. Stakeholder yang termasuk Key Player adalah PDAM Menang-Mataram, Institusi Multi
Pihak IMP, PT Narmada Awet Muda Swasta, Dishutbun Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS
Dodokan-Moyosari, Pemkab Lombok Barat dan PEMKOT Mataram.
• PDAM , IMP, PT Narmada, Pemkab.
Lobar, Pemkot Mataram, BPDAS
A • Kelompok Tani, Asosiasi
Pelanggan PDAM
B
• Dishut NTB • Konsepsi,
WWF • SCBFWM, Dishutbun
Lobar, Dinas Perikanan dan kelautan Lobar
D C
• Dinas Pertanian
NTB, BLHP,
Unram • BKSDA
c Stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi tetapi tidak memiliki
kepentingan terhadap mekanisme Context setter. Stakeholder yang termasuk dalam Context setter adalah Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA.
d Stakeholder pada kuadran ini memiliki pengaruh dan kepentingan yang
rendah terhadap mekanisme Crowd. Stakeholder yang termasuk dalam
Crowd adalah Dinas Pertanian NTB, Universitas Mataram dan BLHP.
Matriks tersebut dapat menjelaskan posisi stakeholder dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM,
Konsepsi dan WWF sebagai subject harus memiliki inisiatif khusus bila kepentingan mereka ingin dilindungi. Di sisi lain PDAM Menang-Mataram,
Institusi Multi Pihak IMP, PT Narmada Awet Muda Swasta, Dishutbun Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS
Dodokan-Moyosari, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan Pemerintah Kota Mataram sebagai key player yang menentukan kesuksesan dari berjalannya
mekanisme PJL ini. Stakeholder lainnya harus menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan key player tersebut.
Stakeholder yang berperan sebagai Context setter dalam hal ini Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA, membutuhkan manajemen dan monitoring yang
hati-hati. Stakeholder ini mampu menghentikan mekanisme, sehingga harus
diperhatikan. Sedangkan stakeholder yang menjadi crowd yaitu Universitas
Mataram, Dinas Pertanian NTB dan BLHP bukan merupakan subyek dalam mekanisme, sehingga hanya dibutuhkan monitoring dan evaluasi dalam prioritas
yang rendah.
5.2.2 Peranan stakeholder