30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Karya
Karakteristik lingkungan sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan karang. Karakteristik lingkungan yang beragam memberikan peranan yang berbeda pula
terhadap kehidupan berbagai jenis karang. Parameter lingkungan juga dapat mempengaruhi morfologi ataupun fisiologi karang. Data parameter fisika dan kimia
perairan Pulau Karya pada bulan April 2009–Juli 2009 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data parameter fisika dan kimia perairan Pulau Karya bulan April 2009
sampai Juli 2009
Parameter Satuan
April 2009
Mei 2009
Juni 2009
Juli 2009
Kisaran a.
Fisika
Suhu ⁰C
28-29 28-29
29,0 29,5
28-29,5 Kekeruhan
NTU 0,82
1,32 0,82
0,80 0,80-1,32
Kecepatan Arus ms
0,03 0,09
0,11 0,25
0,03-0,25 Kecerahan
100 100
100 100
100 Laju sedimentasi
mgcm
2
hari 1,3749
1,8951 -
2,3087 1,3749-2,3087
b. Kimia
Salinitas PSU
32,0 31,0
31,0 30,0
30,0-32,0 Nitrat
mgl 0,032
0,013 0,073
0,001 0,001-0,073
Ortofosfat mgl
0,013 0,018
0,030 0,008
0,008-0,030 Ammonia
mgl 0,199
0,120 0,088
0,104 0,088-0,199
Secara umum kondisi lingkungan perairan Pulau Karya memiliki kisaran suhu 28,0-29,5
o
C, salinitas berkisar antara 30-32 PSU, kecepatan arus berkisar antara 0,03- 0,25 ms, kekeruhan berkisar antara 0,80-1,32 NTU dan memiliki kecerahan 100.
Selama penelitian penetrasi cahaya matahari menembus hingga ke dasar perairan, yaitu pada kedalaman 4 meter pada lokasi penelitian sehingga dapat disimpulkan
bahwa kecerahan perairan lokasi penelitian sebesar 100. Kondisi perairan Kepulauan Seribu secara umum memiliki kisaran suhu
permukaan perairan pada musim barat berkisar antara 28,5°C-30,0°C, sedangkan pada musim timur suhu permukaan berkisar antara 28,5°C-31,0°C.
Salinitas permukaan berkisar antara 30-34 PSU pada musim barat Desember-Maret maupun pada musim
timur Juni-September. Arus permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0,5 mdetik, sedangkan pada musim timur kecepatan maksimumnya 0,5 mdetik
www.kepulauanseribu.net 2009.
31
4.1.1. Cahaya
Penetrasi cahaya matahari dapat diukur berdasarkan tingkat kecerahan perairan tersebut, dimana pada perairan yang memiliki tingkat kecerahan yang besar, berarti
penetrasi cahaya yang masuk ke perairan tersebut juga tinggi. Berdasarkan Tabel 5, kecerahan perairan Pulau Karya memiliki tingkat kecerahan yang maksimal, sehingga
memungkinkan untuk cahaya matahari yang masuk ke perairan masuk hingga ke dasar perairan. Keberadaan cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan ini dapat
mendukung pertumbuhan karang, dimana cahaya matahari akan digunakan untuk proses fotosintesis, digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan proses
kalsifikasi, sehingga pertumbuhan karang menjadi cepat Nybakken 1992.
4.1.2. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan karang. Pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada
kondisi perairan laut setempat danatau pengaruh alam seperti run-off, badai, hujan. Sehingga kisaran salinitas bisa sampai 17,5-52,5 PSU Vaughan 1919 ; Wells 1932 in
Supriharyono 2007. Grafik salinitas rata-rata perairan Pulau Karya disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Perubahan salinitas rata-rata n=3 perairan Pulau Karya Berdasarkan grafik perubahan salinitas rata-rata pada Gambar 14, kisaran
salinitas pada lokasi penelitian di Pulau Karya berkisar antara 30-32 PSU, dimana salinitas perairan pada Pulau Karya masih berada dibawah kisaran salinitas yang baik
untuk mendukung pertumbuhan karang menurut Nybakken 1992 dan Kep.51 MENKLH 2004. Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa salinitas perairan Pulau
32 31
31 30
29 29.5
30 30.5
31 31.5
32 32.5
April 2009 Mei 2009 Juni 2009
Juli 2009
Sa li
n it
a s
P SU
Periode Pengamatan
32 Karya menurun setiap bulannya, hal ini diduga disebabkan oleh tingginya curah hujan
pada lokasi penelitian sehingga nilai salinitas dapat menurun. Menurut Rachmawati 2001, penurunan salinitas perairan laut dapat disebabkan oleh pasokan air tawar,
badai, dan hujan. Kisaran salinitas dibawah kisaran normal untuk pertumbuhan karang ini dapat menyebabkan pertumbuhan karang pada perairan tersebut tidak
optimal. Secara umum, kisaran nilai salinitas yang baik untuk kehidupan karang berkisar
antara 32-35 PSU Nybakken 1992 dan antara 33-34 PSU Kep.51 MENKLH 2004. Nilai salinitas yang berada di bawah batas kisaran dapat menyebabkan pertumbuhan
karang menjadi terhambat, sehingga pertumbuhannya menjadi tidak optimal.
4.1.3. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi pertumbuhan karang. Secara umum, karang hanya ditemukan pada perairan tropis
dengan kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25-29
o
C Wells 1995 in Supriharyono 2007, 26-30
O
C Dirjen PHKA 2008, dan 28-30
O
C Kep.51 MENKLH 2004. Grafik suhu rata-rata perairan Pulau Karya disajikan pada
Gambar 15.
Gambar 15. Grafik fluktuasi suhu rata-rata n=3 perairan Pulau Karya Berdasarkan Gambar 15, suhu perairan pada lokasi penelitian berkisar antara
28,5-29,5
o
C sehingga dapat dikatakan bahwa suhu perairan pada lokasi penelitian ini merupakan kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan karang menurut Dirjen PHKA
2008 dan baku mutu perairan laut untuk biota laut Kep.51 MENKLH 2004. Menurut Kinsman 1964 in Supriharyono 2007, karang dapat menoleransi suhu
28.5 28.7
29 29.5
28 28.2
28.4 28.6
28.8 29
29.2 29.4
29.6
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
S u
h u
°C
Periode Pengamatan
33 perairan sampai suhu minimum sebesar 16-17
O
C dan maksimum sekitar 36
O
C. Gambar 15 memperlihatkan bahwa suhu perairan pada lokasi penelitian meningkat
setiap bulannya. Kenaikan suhu terbesar pada perairan lokasi penelitian sebesar 0,5
o
C pada bulan Juni 2009-Juli 2009, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan karang.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Coles Jokiel 1978 dan Neudecker 1981 in Supriharyono 2007, perubahan suhu perairan secara mendadak sekitar 4-6
o
C dapat mengurangi pertumbuhan karang, bahkan mematikannya. Kenaikan suhu ini diduga
disebabkan oleh intensitas penyinaran dari cahaya matahari yang optimal, kondisi cuaca saat pengambilan data, dan dapat juga disebabkan oleh kekeruhan perairan saat
pengambilan data. Semakin cerah kondisi cuaca semakin tinggi intensitas cahaya yang masuk ke perairan sehingga suhu perairan tersebut juga meningkat. Selain kondisi
cuaca, kekeruhan perairan juga berpengaruh terhadap suhu perairan. Pada perairan yang memiliki kekeruhan yang rendah, cahaya matahari dapat masuk hingga ke kolom
perairan sehingga suhu perairan tersebut tinggi, sedangkan pada perairan yang memiliki kekeruhan yang tinggi, intensitas cahaya yang masuk ke perairan terbatas
hanya pada permukaan saja, sehingga kondisi suhu pada kolom perairan menjadi rendah.
4.1.4. Kekeruhan dan sedimentasi
Sedimen berkaitan erat dengan kehidupan karang. Selain mempengaruhi kekeruhan, sedimen yang mengendap akan menutupi permukaan koloni karang
sehingga mengganggu kehidupannya, yang dapat mengakibatkan kematian hewan karang Rachmawati 2001. Grafik kekeruhan rata-rata perairan Pulau Karya disajikan
pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik kekeruhan rata-rata n=3 perairan Pulau Karya
0.82 1.3
0.82 0.8
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
K e
k e
ru h
a n
N T
U
Periode Pengamatan
34 Berdasarkan grafik kekeruhan rata-rata pada Gambar 16, nilai kekeruhan
perairan Pulau Karya berkisar antara 0,8 NTU-1,32 NTU. Kekeruhan perairan Pulau Karya tertinggi terjadi pada bulan Mei 2009 dengan nilai kekeruhan sebesar 1,32 NTU
dan nilai kekeruhan terendah terjadi pada bulan Juli 2009 dengan nilai kekeruhan sebesar 0,8 NTU. Kekeruhan perairan juga dapat mempengaruhi intensitas matahari
yang masuk ke perairan. Semakin tinggi nilai kekeruhan perairan dapat menyebabkan penurunan intensitas cahaya yang menembus ke perairan, sehingga hal ini dapat
mempengaruhi pola pertumbuhan karang yang sangat bergantung kepada cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kenaikan nilai kekeruhan pada bulan
Mei 2009 diduga disebabkan oleh tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari sebelum dilakukan pengambilan data, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pengadukan partikel-partikel terlarut yang terdapat pada kolom perairan serta pertikel-partikel yang mengendap di dasar perairan. Selain itu, curah hujan juga dapat
membawa partikel-partikel yang terdapat di daratan run-off masuk ke kolom perairan yang dapat juga meningkatkan nilai kekeruhan suatu perairan. Sedimentasi
perairan berhubungan dengan kekeruhan perairan tersebut, dimana perairan yang memiliki sedimentasi yang tinggi, akan menyebabkan perairan tersebut keruh
Supriharyono 2007. Grafik laju sedimentasi rata-rata perairan Pulau Karya dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Grafik laju sedimentasi rata-rata pada bulan April n=3, Mei n=1 dan Juni n=1 pada perairan Pulau Karya
1.3749 1.8951
2.3087
0.5 1
1.5 2
2.5
April 2009 Mei 2009
Juli 2009
L a
ju S
e d
im e
n ta
si m
g cm
² h
a ri
Periode Pengamatan
35 Berdasarkan grafik laju sedimentasi rata-rata pada Gambar 17, kisaran beban
sedimen yang diperoleh pada saat penelitian berkisar antara 1,3749-2,3087 mgcm
2
hari. Beban sedimen yang diperoleh pada lokasi penelitian tersebut masih dalam kategori kecil menurut Rachmawati 2001, sehingga keberadannya pada
perairan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan karang. Peningkatan leju sedimentasi pada bulan Juli 2009 diduga disebabkan oleh adanya pengadukan
yang disebabkan adanya arus dan gelombang. Pada bulan Juli, telah mengalami pergantian angin musim, yaitu dari musim barat menjadi musim timur, dimana pada
musim timur, kondisi arus dan gelombang perairan Pulau Karya lebih besar, sehingga kemungkinan terjadinya pengadukan dasar perairan menjadi lebih besar pula. Hal ini
dapat menyebabkan laju sedimentasi perairan tersebut menjadi lebih besar dari bulan April dan Mei 2009.
Menurut Supriharyono 2007, bahwa suatu daerah yang tidak banyak menerima limpahan sedimen dari sungai, seperti di daerah kepulauan, memiliki laju
sedimentasi yang cenderung rendah, terkecuali ada aktivitas yang merangsang terbentuknya sedimen, seperti pengerukan, pemboman, badai dan sebagainya. Lokasi
penelitian terletak di daerah kepulauan dimana tidak dijumpai sumber hidrologi permukaan seperti sungai dan mata air, sehingga laju sedimentasi pada Pulau Karya
cenderung rendah. Sumber sedimentasi pada Pulau Karya disebabkan oleh erosi dari permukaan daratan yang terbawa ke dalam perairan, serta adanya pengadukan dasar
perairan yang disebabkan oleh arus dan gelombang. Faktor kekeruhan dan sedimentasi saling berkaitan dalam mempengaruhi
pertumbuhan karang. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan bahwa sedimentasi meningkat setiap bulan pengamatan, sedangkan untuk kekeruhan meningkat pada
bulan Mei, kemudian menurun pada bulan Juni dan Juli 2009. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Supriharyono 2007 bahwa Sedimentasi yang tinggi pada suatu
perairan menyebabkan nilai kekeruhan perairan tersebut juga tinggi. Tingginya sedimentasi pada perairan tersebut diduga disebabkan oleh adanya arus dan
gelombang yang cukup besar saat pengambilan data, sehingga kemungkinan terjadinya pengadukan sedimen dasar perairan lebih besar, sehingga sedimen dasar
perairan terangkat hingga ke kolom perairan. Hal ini terlihat dari Gambar 18 mengenai kecepatan arus yang selalu meningkat setiap bulan pengamatan.
Menurut Chappell 1980 in Supriharyono 2007, sedimentasi dapat mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang. Ada kecenderungan bahwa karang yang
tumbuh atau teradaptasi pada perairan yang sedimennya tinggi, berbentuk lembaran,
36 bercabang, atau submasif. Sedangkan pada perairan yang jernih atau sedimentasinya
rendah lebih banyak dihuni oleh karang yang berbentuk piring plate dan digitate plate.
4.1.5. Kecepatan arus
Arus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan karang. Peran arus dalam mendukung kehidupan karang adalah dalam proses pembersihan
dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi
Dahuri 2003. Selain itu, arus juga berperan dalam pemindahan nutrien, larva, dan sedimen. Sampah juga dapat berpindah dengan bantuan arus yang membawanya ke
tempat lain. Karenanya kecepatan arus dan turbulensi memiliki pengaruh terhadap morfologi dan komposisi taksonomi ekosistem terumbu karang Rachmawati 2001.
Grafik kecepatan arus disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Kecepatan arus rata-rata n=3 perairan Pulau Karya Pada Gambar 18, terlihat fluktuasi perubahan kecepatan arus rata-rata setiap
bulan pada lokasi penelitian. Kecepatan arus terlihat meningkat setiap bulannya pada lokasi penelitian dengan kisaran antara 0,03 ms sampai 0,25 ms. Nilai kecepatan
arus yang meningkat pada tiap bulannya diduga disebabkan oleh pergantian musim pada perairan Pulau Karya, yaitu dari musim barat menjadi musim timur. Pada musim
timur, kondisi arus dan gelombang lebih besar daripada musim barat, yang menyebabkan kecepatan arus pada perairan Pulau Karya menjadi lebih tinggi
dibandingkan pada kecepatan arus pada bulan-bulan sebelumnya.
0,03 0,09
0,11 0.25
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
K e
ce p
a ta
n A
ru s
m s
Periode Pengamatan
37 Menurut Rachmawati 2001, kecepatan arus dan turbulensi memiliki pengaruh
terhadap morfologi dan komposisi taksonomi ekosistem terumbu karang. Pada daerah yang terkena gelombang yang cukup kuat, pertumbuhan karang akan membentuk
masif atau bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar. Sedangkan pada perairan yang tenang, akan terbentuk koloni yang berbentuk
memanjang dan bercabang dengan cabang yang lebih ramping.
4.1.6. Nutrien nitrat, amonia, dan ortofosfat
Nutrien merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan biota perairan. Nutrien yang sangat penting keberadaanya pada suatu perairan adalah nitrogen N
dan fosfor P. Nitrogen dalam perairan dapat berupa nitrat NO
3
-N dan amonia NH
3
- N, sedangkan fosfor dalam perairan dapat berupa ortofosfat PO
4
-P. Nitrat merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa
protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi diperairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung
oleh ketersediaan nutrien. Ortofosfat merupakan salah satu bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik. Keberadaan fosfor secara
berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan Effendi 2003. Grafik kandungan nitrat, amonia, dan
ortofosfat rata rata pada perairan Pulau Karya disajikan pada Gambar 19, Gambar 20, dan Gambar 21.
Gambar 19. Grafik kandungan nitrat NO
3
-N rata-rata n=3 pada perairan Pulau Karya
0.032 0.013
0.073
0.001 0.01
0.02 0.03
0.04 0.05
0.06 0.07
0.08
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
m g
l
Periode Pengamatan
38 Berdasarkan grafik kandungan nitrat pada Gambar 19, kandungan nitrat NO
3
- N rata-rata pada perairan Pulau Karya menurun pada bulan Mei, kemudian meningkat
lagi pada bulan Juni dan turun lagi pada bulan Juli. Peningkatan kandungan nitrat pada bulan Juni 2009 diduga disebabkan oleh pergantian musim, dari musim barat menjadi
musim timur yang menyebabkan arus dan gelombang pada perairan Pulau Karya menjadi lebih besar. Peningkatan arus dan gelombang dapat menyebabkan proses
difusi oksigen dari udara ke dalam perairan dapat terjadi lebih besar, sehingga kandungan oksigen pada perairan menjadi lebih tinggi. Adanya kandungan oksigen
yang tinggi pada suatu perairan dapat menyebabkan proses nitrifikasi amonia menjadi nitrat, sehingga kandungan nitrat pada bulan Juni 2009 menjadi lebih tinggi.
Menurut Supriharyono 2007, sedimentasi perairan dapat meningkatkan kandungan unsur hara pada suatu perairan, karena sedimen tersebut membawa unsur
hara. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peningkatan laju sedimentasi setiap bulan pengamatan pada perairan Pulau Karya tidak mempengaruhi kandungan nitrat pada
perairan tersebut, bahkan kandungan nitrat pada perairan tersebut cenderung menurun. Dapat disimpulkan bahwa sedimen pada perairan tersebut tidak membawa
unsur hara, sehingga tidak mempengaruhi nilai kandungan nitrat pada perairan tersebut. Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut Kep.51MENKLHI2004,
kandungan nitrat pada perairan Pulau Karya tidak melebihi baku mutu untuk biota laut, sehingga keberadaan nitrat pada perairan ini tidak mempengaruhi untuk
kehidupan karang.
Gambar 20. Grafik kandungan amonia NH
3
-N rata-rata n=3 pada perairan Pulau Karya
0.200
0.120 0.087
0.104
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
m g
l
Periode Pengamatan
39 Amonia merupakan salah satu senyawa kimia yang bersifat racun bagi biota
perairan jika jumlahnya berlebihan di perairan Effendi 2003. Berdasarkan grafik kandungan amonia NH
3
-N pada Gambar 20, terlihat kandungan amonia menurun pada bulan Mei dan Juni, kemudian meningkat pada bulan Juli. Penurunan kandungan
amonia pada bulan Juni 2009 diduga disebabkan karena adanya proses nitrifikasi, yang mengoksidasi amonia menjadi nitrat, sehingga kandungan nitrat menjadi
meningkat, dan kandungan amonia menjadi berkurang pada perairan tersebut. Berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut Kep.51MENKLHI2004, baku
mutu kandungan amonia untuk biota laut sebesar 0,3 mgl. Berdasarkan dari hasil analisis yang diperoleh, kandungan amonia pada perairan Pulau Karya sebesar 0,087-
0,200 mgl. Kandungan amonia pada perairan ini tidak melebihi baku mutu, sehingga tidak mempengaruhi kehidupan karang pada perairan tersebut.
Gambar 21. Grafik kandungan ortofosfat PO
4
-P rata-rata n=3 pada perairan Pulau Karya
Berdasarkan grafik kandungan ortofosfat PO
4
-P pada Gambar 21, terlihat peningkatan kandungan ortofosfat pada bulan Mei dan Juni 2009, kemudian menurun
pada bulan Juli. Nilai kandungan ortofosfat pada perairan Pulau Karya sebesar 0,008- 0,030
mgl. Berdasarkan
baku mutu
air laut
untuk biota
laut Kep.51MENKLHI2004, baku mutu ortofosfat laut sebesar 0,015 mgl. Kandungan
ortofosfat pada bulan Mei dan Juni melebihi baku mutu. Menurut Effendi 2003, jumlah kandungan ortofosfat yang berlebihan pada suatu perairan dapat menstimulir
ledakan pertumbuhan alga pada perairan tersebut.
0.013 0.018
0.030
0.008 0.000
0.005 0.010
0.015 0.020
0.025 0.030
0.035
April 2009 Mei 2009
Juni 2009 Juli 2009
m g
l
Periode Pengamatan
40 Adanya nutrien yang mencukupi untuk kehidupan alga menyebabkan alga yang
terdapat di perairan dapat tumbuh subur, sehingga pertumbuhan fragmen karang mejadi terganggu. Adanya nutrien yang terkandung dalam perairan tersebut dapat
menyebabkan alga dan tumbuhan air lainnya dapat tumbuh pada perairan tersebut, sehingga menimbulkan persaingan antara tumbuhan air dan karang untuk
memperebutkan unsur hara, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Selain itu, adanya alga yang terdapat pada tubuh fragmen karang menyebabkan polip
karang tertutup, sehingga dapat menyebabkan kematian karang. Biomassa makroalga yang besar dapat menutupi karang sehingga memiliki efek seperti halnya penutupan
karang oleh partikel sedimen yang besar Rachmawati 2001. Pada ekosistem terumbu karang, peran alga sangat beragam, tergantung dari
jenis alga tersebut. Menurut Luning 1990 in Efendi 2009, peran tersebut dikelompokkan kedalam empat bagian besar, yaitu sebagai dinoflagellata
endosimbiotik Symbiodinium, sebagai pengebor yang berbentuk thallus filamen, sebagai coralline algae, dan sebagai tumbuhan yang berdiri sendiri umumnya
makroalga. Makroalga menghambat pertumbuhan karang dengan menginvansi jaringan karang hidup, serta berkompetisi ruang, cahaya, dan nutrien. Dari empat
peran tersebut, hanya yang sebagai endosimbiotik dan sebagai coralline algae saja yang menguntungkan bagi karang, sedangkan kedua peran yang lain dapat
mengganggu pertumbuhan karang.
4.2. Tingkat Pencapaian Pertumbuhan dan Laju Pertumbuhan Karang
4.2.1. Tingkat pencapaian pertumbuhan karang
Dimensi pertumbuhan yang diukur adalah panjang dan tinggi fragmen karang yang ditransplantasikan. Analisis tingkat pencapaian panjang dan tinggi berdasarkan
data pertumbuhan rata-rata karang yang masih hidup sampai akhir penelitian. Tingkat pencapaian pertumbuhan selama 3 bulan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat pencapaian pertumbuhan karang jenis Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa
Jenis Karang Ukuran
Waktu Pengukuran Tingkat
Pencapaian mm3 bulan
April 2009
Mei 2009
Juni 2009
Juli 2009
Stylophora pistillata
Panjang mm 84,22
88,33 91,19
98,16 13,94
Tinggi mm 59,47
63,97 67,74
70,57 11,10
Pocillopora verrucosa
Panjang mm 78,11
79,83 82,66
87,26 9,15
Tinggi mm 58,80
62,51 64,97
67,29 8,49
41 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pertambahan panjang yang
dicapai fragmen jenis Stylophora pistillata dari bulan April 2009 sampai bulan Juli 2009 sebesar 13,94 mm sedangkan tingkat pencapaian tinggi yang dicapai sebesar
11,10 mm. Pada fragmen jenis Pocillopora verrucosa, terlihat bahwa tingkat pencapaian pertumbuhan panjang fragmen jenis tersebut selama tiga bulan sebesar
9,15 mm dan tingkat pencapaian tinggi fragmen selama tiga bulan sebesar 8,49 mm. Dilihat dari tingkat pencapaian panjang dan tinggi karang jenis Stylophora pistillata
dan Pocillopora verrucosa selama tiga bulan, terlihat bahwa pertumbuhan panjang lebih besar dari pada pertumbuhan tinggi. Berdasarkan tingkat pencapaian
pertumbuhan yang didapat, dapat dikatakan bahwa pola pertumbuhan kedua jenis karang yang diteliti cenderung melebar. Pertumbuhan yang cenderung melebar ini
diduga disebabkan oleh kebutuhan karang akan cahaya matahari untuk keperluan proses fotosintesis, sehingga untuk mendapatkan jumlah asupan cahaya matahari yang
maksimal, maka karang berusaha untuk memperluas jaringan karangnya. Grafik tingkat pencapaian pertumbuhan panjang dan tinggi fragmen karang dapat dilihat
pada Gambar 22.
Gambar 22. Grafik tingkat pencapaian pertumbuhan panjang dan tinggi rata-rata fragmen karang selama tiga bulan April-Juli 2009
Faktor kedalaman perairan juga memberikan pengaruh terhadap pola pertumbuhan karang. Menurut Nybakken 1992, pada daerah yang dangkal, memiliki
pasokan cahaya yang cukup, dan terkena gelombang yang besar akan menyebabkan pertumbuhan karang mempunyai cabang yang lebih pendek dan tumpul. Kedalaman
perairan untuk kegiatan transplantasi ini termasuk dangkal dengan kedalaman maksimal adalah 4 meter, sehingga pada kedalaman ini karang yang tumbuh
13.94 9.15
11.1 8.49
2 4
6 8
10 12
14 16
Stylophora pistillata n=61 Pocillopora verrucosa n=35
m m
Pertambahan Panjang Pertambahan Tinggi
42 cenderung memiliki percabangan yang pendek dan tumpul, dan pola pertumbuhan
yang cenderung melebar. Lokasi transplantasi terdapat pada zona intertidal, yaitu suatu zona perairan
dimana masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini menyebabkan pada perairan ini pengaruh pasang surut dan adanya gelombang dan arus sangat
mempengaruhi pertumbuhan karang. Rachmawati 2001 menjelaskan bahwa pada daerah yang memiliki gelombang yang cukup kuat bagian ujung sebelah luar terumbu
akan membentuk karang masif atau bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar. Berdasarkan hal tersebut, maka pengaruh yang diberikan
oleh adanya pasang surut air laut serta adanya arus dan gelombang menyebabkan pertumbuhan karang menjadi cenderung melebar.
4.2.2. Laju pertumbuhan karang
Laju pertumbuhan karang yang diukur meliputi laju pertumbuhan panjang fragmen karang dan laju pertumbuhan tinggi fragmen karang setiap bulan
pengamatan. Laju pertumbuhan panjang dan tinggi yang didapat dirata-ratakan setiap bulannya untuk mendapatkan nilai laju pertumbuhan rata-rata setiap bulan. Laju
pertumbuhan fragmen karang Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Laju pertumbuhan fragmen karang jenis Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa
Jenis Karang Ukuran
ΔL ΔT Perubahan Waktu Rata-rata
mmbulan Selang
mmbulan April-
Mei 2009 Mei-Juni
2009 Juni-Juli
2009
Stylophora pistillata
Panjang mm 4,07
2,88 6,97
4,64 2,88 - 6,97
Tinggi mm 4,90
3,73 2,84
3,82 2,84 - 4,90
Pocillopora verrucosa
Panjang mm 2,27
2,84 4,63
3,25 2,27 - 4,63
Tinggi mm 3,77
2,90 2,31
2,99 2,31 - 3,77
Tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan panjang rata-rata fragmen jenis Stylophora pistillata berfluktuasi setiap bulan pengamatan, sedangkan
laju pertambahan tinggi rata-rata fragmen jenis tersebut menurun. Laju pertumbuhan panjang rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juni-Juli 2009 sebesar 6,79 mm dan
terendah pada bulan Mei-Juni 2009 sebesar 2,88 mm, sedangkan laju pertumbuhan tinggi rata-rata tertinggi terjadi pada bulan April-Mei 2009 dengan laju pertumbuhan
sebesar 4,90 mm dan terendah pada bulan Juni-Juli 2009 dengan laju pertumbuhan
43 tinggi sebesar 2,84 mm. Pertumbuhan panjang dan tinggi fragmen jenis Pocillopora
verrucosa berbanding terbalik, dimana laju pertumbuhan rata-rata panjangnya mengalami peningkatan setiap bulan, sedangkan laju pertumbuhan rata-rata tingginya
mengalami penurunan setiap bulannya. Laju pertumbuhan panjang fragmen Pocillopora verrucosa tertinggi terjadi pada bulan Juni-Juli 2009 sebesar 4,63 mm dan
terendah pada bulan April-Mei 2009 sebesar 2,27 mm. Laju pertumbuhan tinggi tertinggi terjadi pada bulan April-Mei 2009 sebesar 3,77 mm dan terendah sebesar
2,31 mm pada bulan Juni-Juli 2009.
Gambar 23. Grafik laju pertumbuhan rata-rata fragmen jenis Stylophora pistillata Berdasarkan Gambar 23, laju pertumbuhan tinggi karang Stylophora pistillata
relatif menurun setiap bulan pengamatan, sedangkan pertumbuhan panjang menurun pada bulan kedua, kemudian meningkat pada bulan ketiga. Hal ini diduga disebabkan
oleh kondisi lingkungan kurang mendukung untuk pertumbuhan tinggi fragmen jenis ini. Salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan dapat menganggu dan
menghambat kehidupan karang adalah sedimentasi. Sedimentasi yang tinggi pada perairan dapat menyebabkan tertutupnya polip karang akibat adanya sedimen pada
tubuh polip, sehingga hal tersebut dapat menganggu proses fotosintesis yang terjadi pada polip karang dan akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karang. Selain
itu, kenaikan laju pertumbuhan panjang pada bulan kedua pengamatan dapat disebabkan karena fragmen jenis ini telah beradaptasi dengan lingkungan sekitar
sehingga energi untuk tumbuh tidak terbagi untuk proses beradaptasi, sehingga energi tersebut digunakan secara optimal untuk pertumbuhan karang.
4.07 2.88
6.97 4.90
3.73
2.84 1
2 3
4 5
6 7
8
April-Mei 2009 Mei-Juni 2009
Juni-Juli 2009
m m
Periode Pengamatan
Panjang mm Tinggi mm
n = 69
n = 69 n = 64
n = 67
n = 61 n = 61
44 Rata-rata pertumbahan panjang dan tinggi spesies Stylophora pistillata sebesar
4,64 dan 3,82 mmbulan. Dibandingkan dengan penelitian transplantasi karang yang dilakukan oleh Syahrir 2003 di Selatan Pulau Pari terhadap spesies Pocillopora
damicornis yang memiliki tipe pertumbuhan yang sama dengan spesies Stylophora pistillata, yaitu bertipe submasif, memperoleh hasil pertambahan tinggi perbulan
sebesar 3,7 mm dan pertambahan diameter panjang sebesar 5,4 mm. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa kecepatan pertumbuhan panjang spesies Stylophora
pistillata di Pulau Karya lebih kecil dari pada pertumbuhan panjang spesies Pocillopora damicornis di Pulau Pari, sedangkan untuk pertumbuhan tinggi spesies Stylophora
pistillata di Pulau Karya lebih besar dibandingkan dengan spesies Pocillopora damicornis yang ditransplantasikan di Pulau Pari. Berdasarkan data yang diperoleh,
spesies Stylophora pistillata memiliki pertumbuhan panjang yang lebih besar dari pada pertumbuhan tinggi fragmen selama tiga bulan penelitian. Sedangkan hasil penelitian
Syahrir 2003 selama lima bulan di Pulau Pari, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan diameter panjang yang lebih cepat dari pada pertumbuhan tingginya.
Penelitian tentang spesies Pocillopora damicornis juga pernah dilakukan oleh Supit 2000 di perairan Pantai Selatan Bunaken dan Pantai Malalayang. Kegiatan
transplantasi yang dilakukan selama 6 bulan diperoleh data pertumbuhan panjang rata-rata di Pantai Selatan Bunaken sebesar 6,48 mm, sedangkan di Pantai Malalayang
sebesar 5,91. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan panjang rata-rata spesies Pocillopora damicornis yang ditransplantasikan di perairan
tersebut memiliki pertumbuhan panjang rata-rata yang lebih besar dari spesies Stylophora pistillata yang ditransplantasikan di Pulau Karya.
Fragmen jenis Pocillopora verrucosa mengalami penurunan laju pertumbuhan tinggi setiap bulannya, sedangkan laju pertumbuhan panjangnya mengalami
peningkatan setiap bulannya Gambar 24. Laju pertumbuhan panjang dan tinggi fragmen jenis Pocillopora verrucosa berbanding terbalik. Hal ini diduga disebabkan
oleh faktor kondisi lingkungan yang cukup mendukung untuk pertumbuhan panjang, tetapi kurang mendukung untuk pertumbuhan tingginya. Salah satu parameter yang
menyebabkan menurunnya pertumbuhan tinggi karang Pocillopora verrucosa adalah sedimentasi perairan. Sama halnya fragmen jenis Stylophora pistillata, penurunan laju
pertumbuhan tinggi fragmen jenis Pocillopora verrucosa diduga disebabkan oleh peningkatan sedimen yang terdapat di perairan lokasi penelitian, sehingga sedimen
yang terdapat pada perairan tersebut menutupi luasan bagian tertinggi pada fragmen dan bagian lain sehingga mengganggu pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat pada
45 Gambar 17 yang memperlihatkan bahwa laju sedimentasi menunjukkan peningkatan
setiap bulannya dari bulan April 2009 sampai bulan Juli 2009. Selain itu, berdasarkan beberapa hasil penelitian transplantasi karang yang pernah dilakukan sebelumnya,
diketahui bahwa sebagian besar karang yang ditransplantasikan memiliki tipe pertumbuhan yang cenderung melebar Tabel 2.
Gambar 24. Grafik laju pertumbuhan rata-rata fragmen jenis Pocillopora verrucosa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrir 2003 terhadap
spesies Pocillopora damicornis di Pulau Pari, yang memiliki genus yang sama serta bentuk pertumbuhan yang sama dengan spesies Pocillopora verrucosa. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Syahrir 2003 di Pulau Pari diperoleh hasil pertumbuhan diameter panjang rata-rata perbulan sebesar 5,4 mm dan pertumbuhan tinggi rata-
rata perbulan sebesar 3,7 mm. Hasil yang diperoleh pada spesies Pocillopora verrucosa di Pulau Karya untuk pertumbuhan panjang rata-rata sebesar 3,25 mm dan
pertumbuhan tinggi rata-rata sebesar 2,99 mm. Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa pertumbuhan panjang rata-rata dan tinggi rata-rata spesies Pocillopora
damicornis yang ditransplantasikan di Pulau Pari lebih besar dari pada spesies Pocillopora verrucosa yang ditransplantasikan di Pulau Karya.
Penelitian yang dilakukan Supit 2000 tetang pertumbuhan Pocillopora damicornis di Pantai Selatan Bunaken dan Pantai Malalayang, diperoleh hasil
pertumbuhan panjang selama enam bulan pengukuran sebesar 6,48 mmbulan di Pantai Selatan Bunaken, dan sebesar 5,91 mmbulan di Pantai Malalayang.
2.27 2.84
4.63 3.77
2.90
2.31 1
2 3
4 5
6
April-Mei 2009 Mei-Juni 2009
Juni-Juli 2009
m m
Periode Pengamatan
Panjang mm Tinggi mm
n = 48 n = 43
n = 43 n = 41
n = 35 n = 35
46 Berdasarkan hasil yang diperoleh, pertumbuhan karang pada kedua perairan tersebut
lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjang di Pulau Karya dan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Adanya perbedaan pertumbuhan antara kedua spesies tersebut
pada ketiga tempat berbeda diduga disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan perairan yang mendukung untuk pertumbuhan karang tersebut.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan karang. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan karang yaitu suhu,
kecerahan, kedalaman, salinitas, dan sedimentasi Rachmawati 2001. Berdasarkan faktor suhu yang selalu meningkat pada setiap bulan penelitian, didapatkan bahwa
pertumbuhan panjang rata-rata karang spesies Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa cenderung meningkat, sedangkan untuk pertumbuhan tinggi rata-rata
cenderung menurun setiap bulannya. Fluktuasi suhu pada perairan Pulau Karya tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan karang, karena fluktuasi suhu pada perairan
tersebut masih dalam kisaran suhu optimal untuk kehidupan karang. Selain itu, kenaikan suhu pada perairan tersebut juga tidak secara mendadak dan perubahan
suhu pada perairan tersebut juga tidak terlalu besar. Penurunan salinitas setiap bulan pengamatan dapat menyebabkan pertumbuhan
karang tidak optimal. Hal ini dikarenakan salinitas pada perairan Pulau Karya bukan merupakan salinitas yang optimal untuk mendukung pertumbuhan karang. Akan
tetapi, penurunan salinitas tidak mempengaruhi pertumbuhan panjang rata-rata karang, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan panjang rata-rata yang meningkat setiap
bulan pengamatan, akan tetapi pertumbuhan tinggi rata-rata menurun setiap bulannya Tabel 6.
Sedimentasi yang selalu meningkat pada setiap bulan pengamatan mempengaruhi pertumbuhan tinggi rata-rata karang. Hal ini terlihat dari penurunan
tinggi rata-rata karang seiring dengan peningkatan sedimentasi perairan tersebut. Akan tetapi, untuk pertumbuhan panjang rata-rata selalu meningkat setiap builan
pengamatan. Selain faktor sedimentasi, yang menyebabkan turunnya laju pertumbuhan tinggi pada kedua jenis karang yang diteliti, diduga disebabkan karena
perairan tempat dilakukannya penelitian adalah perairan dangkal dengan tingkat kecerahan maksimal, sehingga memungkinkan cahaya matahari yang masuk ke
perairan tersebut optimal. Adanya pasokan cahaya yang optimal ini menyebabkan pola pertumbuhan fragmen karang cenderung melebar, sebagai upaya untuk
memperluas permukaan fragmen untuk memperoleh cahaya matahari, agar proses fotosintesis dan laju kalsifikasi yang terjadi pada karang berlangsung optimal.
47
4.3. Tingkat Keberhasilan Transplantasi
Tingkat keberhasilan transplantasi karang sangat ditentukan oleh tingkat kelangsungan hidup karang yang ditransplantasikan tersebut. Tingkat keberhasilan
hidup karang dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah karang yang hidup pada akhir penelitian Nt dibandingkan dengan jumlah karang yang
ditransplantasikan No. Tingkat keberhasilan transplantasi karang yang diteliti di perairan lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat kelangsungan hidup fragmen karang yang ditransplantasikan di perairan Pulau Karya
Jenis Tingkat Kelangsungan Hidup
April – Mei 2009 Mei – Juni 2009
Juni – Juli 2009
Stylophora pistillata 100
100 100
Pocillopora verrucosa 98
98 90
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan fragmen Stylophora pistillata memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 100 pada akhir
penelitian. Hal ini berarti fragmen karang jenis ini tidak ada yang mati saat penelitian. Untuk fragmen Pocillopora verrucosa yang ditransplantasikan saat penelitian
mengalami penurunan setiap bulan pengamatan. Pada periode pengamatan April-Mei 2009 tingkat kelangsungan hidup karang ini menjadi 98, dan pada periode Mei-Juni
2009 tingkat kelangsungan hidupnya tetap. Pada akhir penelitian, tingkat kelangsungan hidup fragmen jenis ini menjadi 90 dari total awal N
. Grafik tingkat kelangsungan hidup fragmen Stylophora pistillata dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25. Tingkat kelangsungan hidup fragmen jenis Stylophora pistillata
100 100
100 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
April n=69 Mei n=69 Juni n=69 Juli n=69
Periode Pengamatan
48 Berdasarkan Gambar 25, terlihat bahwa persentase tingkat kelangsungan hidup
fragmen jenis Stylophora pistillata terlihat konstan dari awal penelitian hingga akhir penelitian pada bulan April hingga Juli 2009. Tingkat kelangsungan hidup fragmen
Stylophora pistillata sebesar 100. Diduga, kondisi perairan Pulau Karya yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini mendukung untuk kehidupan fragmen jenis ini,
sehingga fragmen jenis ini dapat bertahan hidup pada perairan tersebut. Selain kondisi perairan yang mendukung, fragmen jenis Stylophora pistillata memiliki ketahanan
hidup yang tinggi terhadap kondisi perairan yang buruk. Seperti yang dilaporkan oleh Walker Ormond 1982 in Supriharyono 2007, spesies Stylophora pistillata dapat
bertahan hidup pada perairan yang kaya akan unsur hara, yang menyebabkan pertumbuhan makroalga berkembang pesat sehingga mengganggu pertumbuhan
karang. Selain itu, menurut Loya 1976 in Supriharyono 2007, spesies Stylophora pistillata juga dapat bertahan hidup pada perairan yang tercemar limbah organik.
Fragmen jenis Pocillopora verrucosa yang ditransplantasikan pada lokasi yang sama mengalami penurunan persentase tingkat kelangsungan hidup yang cukup besar.
Pada bulan pertama pengamatan, terjadi kematian fragmen jenis ini sebanyak satu fragmen yang disebabkan fragmen karang tertutup alga sehingga tingkat keberhasilan
hidup fragmen ini menurun menjadi 98. Kematian yang disebabkan oleh adanya invansi alga terhadap fragmen karang disebabkan karena adanya kandungan nitrat
dan amonia yang cukup tinggi di perairan tersebut Gambar 26 . Kandungan nitrat pada bulan April 2009 sebesar 0,032 mll dan amonia sebesar 0,199 mgl, yang
menyebabkan pertumbuhan alga pada daerah tersebut juga meningkat.
Gambar 26. Kematian fragmen karang akibat invansi alga Dok.PKSPL-IPB Menurut Umar et al. 1997, bahwa sedimentasi yang tinggi juga dapat
menyebabkan peningkatan kelimpahan makroalga. Secara langsung hal ini dapat
menyebabkan adanya rekrutmen menjadi penghambat para kompetitornya K
Pada periode Mei kelangsungan hidup fragmen
kandungan nutrien yang terdapat kecil, yaitu kandungan nitrat
kandungan amonia sebesar pada bulan April 2009, nilai
pengamatan bulan Juni-Juli 2009, hidup fragmen menjadi sebesar
oleh invansi alga sebanyak satu pemutihan karang. Pada bulan
tinggi dari bulan-bulan sebelumnya, dan ortofosfat sebesar 0,030
pada fragmen juga meningkat. Pocillopora verrucosa yang
dilihat pada Gambar 26.
Gambar 27. Tingkat kelangsungan hidup fra Pemutihan karang dis
organisme simbiotik pada hewan beberapa faktor seperti perubahan
gangguan dari Acanthaster adanya rekrutmen dari makroalga, atau secara tidak langsung
menjadi penghambat para kompetitornya Karang atau organisme herbivora ikan. de Mei-Juni 2009 tidak terjadi penurunan persentase
hidup fragmen Pocillopora verrucosa. Hal ini dapat disebabk nutrien yang terdapat pada perairan tersebut pada bulan Mei 2009
kandungan nitrat sebesar 0,013 mgl, ortofosfat sebesar 0,018 mgl, amonia sebesar 0,120 mgl. Dibandingkan dengan kandungan
2009, nilai nutrien pada bulan ini lebih rendah. Pada Juli 2009, terjadi penurunan persentase tingkat kelangsungan
menjadi sebesar 90. Kematian karang pada periode ini disebabkan sebanyak satu fragmen, dan sebanyak tiga fragmen disebabk
karang. Pada bulan Juni 2009, kandungan nutrien pada perairan bulan sebelumnya, yaitu untuk kandungan nitrat sebesar 0,073
sebesar 0,030 mgl sehingga dapat menyebabkan pertumbuh juga meningkat. Grafik tingkat kelangsungan hidup fragm
yang yang ditransplantasikan di perairan Pulau Karya
. Tingkat kelangsungan hidup fragmen jenis Pocillopora verrucosa karang disebabkan karena hilangnya zooxanthellae
simbiotik pada hewan karang. Pemutihan karang dapat disebabkan seperti perubahan salinitas, kekeruhan, surut terendah, atau
anthaster plancii Goreau 1964; Glynn 1993; Williams Bunkley 49
tidak langsung dapat arang atau organisme herbivora ikan.
persentase tingkat dapat disebabkan oleh
bulan Mei 2009 cukup sebesar 0,018 mgl, dan
kandungan nutrien rendah. Pada periode
tingkat kelangsungan periode ini disebabkan
fragmen disebabkan oleh pada perairan ini lebih
sebesar 0,073 mgl, pertumbuhan alga
hidup fragmen jenis Pulau Karya dapat
errucosa zooxanthellae sebagai
dapat disebabkan oleh terendah, atau adanya
Williams Bunkley-
50 Williams 1990 in Winter et al. 1998. Kematian yang disebabkan oleh pemutihan
karang dapat disebabkan karena kenaikan suhu pada bulan Juni-Juli 2009 yang lumayan besar, yaitu sebesar 0,5
O
C. Selain adanya kenaikan suhu, kematian ini juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan dari biota lain yang terdapat pada lokasi
penelitian ini, seperti adanya bulu babi. Selain kematian yang disebabkan oleh pemutihan karang, kematian fragmen karang ini disebabkan karena tertutupnya
fragmen karang oleh alga sehingga dalam persaingan memperoleh nutrien, fragmen karang tersebut kalah. Adanya nutrien yang mencukupi untuk kehidupan alga
menyebabkan alga yang terdapat di perairan tersebut dapat tumbuh, sehingga pertumbuhan fragmen karang menjadi terganggu. Adanya nutrien yang terkandung
dalam perairan tersebut dapat menyebabkan alga dan tumbuhan air lainnya dapat tumbuh pada perairan tersebut, sehingga menimbulkan persaingan antara alga dan
karang untuk memperebutkan unsur hara, sehingga hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan karang.
Selain itu, adanya alga yang terdapat pada tubuh fragmen karang menyebabkan polip karang tertutup, sehingga dapat menyebabkan kematian
karang yang disebabkan polip tersebut tidak mampu lagi melakukan aktivitas fotosintesis akibat tertutup oleh alga.
Menurut Harriot Fisk 1998 in Pratama 2005, suatu kegiatan transplantasi karang dapat dikatakan berhasil apabila tingkat kelangsungan hidupnya sebesar 50-
100 . Hasil ini dapat terjadi apabila karang ditansplantasikan pada habitat yang kurang lebih sama dengan tempat dimana karang tersebut diambil, khususnya dalam
pergerakan, kedalaman, dan kekeruhan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa transplantasi yang dilakukan untuk kegiatan penelitian ini
berhasil dengan tingkat kelangsungan hidup pada akhir penelitian untuk fragmen jenis Stylophora pistillata sebesar 100 dan tingkat kelangsungan hidup untuk fragmen
jenis Pocillopora verrucosa sebesar 90.
51
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pertumbuhan panjang fragmen karang jenis Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa lebih besar dari pada pertumbuhan tinggi fragmen karang tersebut. Tingkat
pencapaian panjang selama tiga bulan penelitian untuk fragmen jenis Stylophora pistillata sebesar 13,94 mm, dan fragmen jenis Pocillopora verrucosa sebesar 9,15 mm.
Sedangkan tingkat pencapaian tinggi selama tiga bulan penelitian untuk fragmen jenis Stylophora pistillata sebesar 11,10 mm, dan fragmen jenis Pocillopora verrucosa
sebesar 8,49 mm. Laju pertumbuhan panjang terbesar pada bulan Juni-Juli 2009 untuk kedua fragmen karang, yaitu sebesar 6,97 mmbulan untuk spesies Stylophora
pistillata dan sebesar 4,63 mmbulan untuk spesies Pocillopora verrucosa. Persentase tingkat kelangsungan hidup fragmen karang Stylophora pistillata
lebih besar dari pada persentase tingkat kelangsungan hidup fragmen karang Pocillopora verrucosa. Tingkat kelangsungan hidup fragmen jenis Stylophora pistillata
pada akhir penelitian sebesar 100, sedangkan untuk fragmen jenis Pocillopora verrucosa sebesar 90. Kegiatan transplantasi kedua jenis karang ini dapat dikatakan
berhasil, karena persentase tingkat kelangsungan hidup kedua jenis karang tersebut lebih besar dari 50 pada akhir penelitian. Kondisi lingkungan perairan Pulau Karya,
Kepulauan Seribu cukup mendukung untuk pertumbuhan kedua jenis karang yang ditransplantasikan.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya gunakan fragmen karang yang belum pernah ditransplantasikan pada penelitian sebelumnya. Jumlah fragmen yang
digunakan sebaiknya dalam jumlah banyak agar hasil yang didapatkan lebih mewakili lagi dari keadaan sebenarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pengamatan parameter
lingkungan yang lebih banyak dan lebih detil untuk setiap parameternya. Waktu penelitian juga sebaiknya dilakukan dengan jangka waktu yang panjang agar hasil
yang didapatkan lebih baik.