11 30
O
C. Karena sifat hidup ini ekosistem terumbu karang umumnya tumbuh di daerah tropis, walaupun ada diantaranya yang dapat hidup di daerah sub-tropis seperti di
perairan Bemuda, perairan sebelah selatan Jepang, dan perairan sebelah selatan Afrika Selatan Supriharyono 2007.
Nybakken 1992 menyatakan bahwa hampir semua terumbu karang di dunia hanya ditemukan pada perairan yang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 20
o
C. Karang hermatipik dapat bertahan selama beberapa waktu pada suhu agak dibawah
20
o
C, tetapi menurut Wells 1957 in Nybakken 1992 tidak ada terumbu karang yang mampu berkembang pada suhu tahunan dibawah 18
o
C. Terumbu karang dapat mentoleransi suhu sampai kira-kira 36-40
o
C, studi yang dilakukan oleh Coles Jokiel 1978 dan Neudecker 1981 in Supriharyono 2007 mengenai pengaruh limbah
suhu, menjelaskan bahwa perubahan suhu secara mendadak sekitar 4-6
o
C di bawah atau diatas ambang batas dapat mengurangi pertumbuhan karang, bahkan dapat
mematikannya Supriharyono 2007.
2.4.2. Salinitas
Menurut Nybakken 1992, Karang hermatipik tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas normal, yaitu 32-35 PSU. Adanya aliran
sungai yang bermuara ke perairan pantai menyebabkan penurunan salinitas pada perairan pantai, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kehidupan karang sehingga
pertumbuhannya menjadi tidak normal. Nilai salinitas dapat menurun hingga 20 PSU ataupun dapat naik melebihi 50 PSU secara temporal Rachmawati 2001. Namun
demikian, ada juga terumbu karang yang dapat hidup pada perairan yang memiliki kadar salinitas yang tinggi, yaitu sebesar 42 PSU seperti di Teluk Persia, wilayah Timur
Tengah Nybakken 1992.
2.4.3. Intensitas cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya merangsang terjadinya proses
fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu, kemampuan
karang untuk membentuk terumbu CaCO
3
akan berkurang pula Dahuri 2003. Cahaya memiliki korelasi penting dengan kedalaman, karena seberapa
kedalaman yang memungkinkan untuk pertumbuhan karang, tergantung dari seberapa jauh cahaya matahari mampu menembus kolom air Rachmawati 2001.
12 Terumbu karang umumnya tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Pada perairan
yang jernih, kedalaman tersebut dapat bertambah hingga lebih dari 40 m, namun jarang ditemukan tumbuh dengan baik pada kedalaman lebih dari 50 m Rachmawati
2001. Hal ini menerangkan mengapa struktur ini terbatas hingga pinggiran benua- benua atau pulau-pulau Nybakken 1992.
2.4.4. Arus
Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses pembersihan dari
endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi
Dahuri 2003. Arus berperan dalam pemindahan nutrien, larva, dan sedimen. Sampah juga dapat berpindah dengan bantuan arus yang membawanya ke tempat lain.
Karenanya kecepatan arus dan turbulensi memiliki pengaruh terhadap morfologi dan komposisi taksonomi ekosistem terumbu karang Rachmawati 2001.
Rachmawati 2001 menyatakan bahwa gelombang yang cukup kuat akan menghalangi pengendapan sedimen pada koloni karang. Struktur terumbu karang
yang masif, cukup kuat menahan gelombang yang besar. Pada daerah yang terkena gelombang yang cukup kuat, bagian ujung sebelah luar terumbu akan membentuk
karang masif atau bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar. Sebaliknya pada perairan yang lebih tenang, akan terbentuk koloni yang
berbentuk memanjang dan bercabang dengan cabang yang lebih ramping.
2.4.5. Kekeruhan dan sedimentasi