Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mengkomunikasikan produk dan jasa yang
diberikan kepada konsumen. Setelah merumuskan strategi pemasaran, perusahaan perlu menetapkan bauran pemasaran dan promosi perusahaan.
Bauran promosi dalam pemasaran terdapat lima kegiatan utama promosi yang meliputi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan
publisitas, penjualan secara pribadi dan pemasaran langsung. Dalam menyusun strategi promosi, perusahaan harus menentukan faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi promosi perusahaan. Faktor tersebut diantaranya anggaran promosi, karateristik produk, konsumen maupun
pasar, faktor persaingan dan daur hidup produk. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan promosi yang dilakukan oleh
CV. Gintera. Hal pertama yang akan dilakukan adalah mencari tahu apa tujuan CV. Gintera melakukan kegiatan promosi dan jenis-jenis promosi
yang diterapkan oleh perusahaan, selanjutnya dievaluasi dan dirumuskan ke dalam suatu bentuk strategi promosi yang diterapkan pada CV. Gintera.
Setelah mengevaluasi dan merumuskan strategi promosi, langkah selanjutnya membuat struktur hirarki. Langkah terakhir memberikan
rekomendasi pada perusahaan, yaitu strategi promosi apakah yang memiliki keuntungan paling besar bagi perusahaan. Untuk lebih jelasnya kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa CV. Gintera yang berlokasi di Komplek Ciomas
Permai Blok A8 No.7 merupakan salah satu pendatang baru dalam industri IT Consultant yang siap bersaing dengan perusahaan sejenis
dan kesediaan dari perusahaan sebagai tempat penelitian untuk memberikan data yang diperlukan dalam mendukung penelitian.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2009.
3.2.2 Pengumpulan data
Jenis data berdasarkan sumbernya yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung secara mendalam, penyebaran kuesioner Lampiran 1 kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian, yaitu
pihak manajemen perusahaan pemimpin perusahaan dan karyaan perusahaan programmer, serta melalui pengamatan secara langsung
atau observasi. Data primer meliputi gambaran umum perusahaan, kegiatan pemasaran CV. Gintera dan faktor-faktor yang yang
dipertimbangkan dalam penentuan strategi promosi. Data sekunder merupakan data pelengkap data primer yang diperoleh dan pustaka
dan literatur yang relevan dengan penelitian baik dari perusahaan, internet
, buku-buku majalah dan bahan penunjang lainnya.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Produk
Strategi promosi saat ini
Identifikasi faktor- faktor, aktor dan
tujuan penyusunan strategi promosi
AHP
Alternatif strategi promosi yang direkomendasikan
Penentuan strategi promosi perusahaan
Visi dan Misi CV. Gintera
Tingginya Persaingan dalam Industri Sejenis
Strategi Pemasaran
Bauran Pemasaran dan Promosi Perusahaan
Umpan balik
Wawancara bertujuan untuk memberikan masukan dalam menyusun hirarki. Sedangkan metode pengisian kuesioner ditujukan
bagi perumusan strategi dilakukan dengan menggunakan metode AHP.
Pakar yang dipilih untuk menjawab kuesioner AHP merupakan pihak manajemen yaitu pemimpin perusahaan dan karyawan bagian produksi
yang disebut programmer sebagai pihak internal dan untuk pihak eksternal adalah klien perusahaan yang telah menjadi konsumen dari
perusahaan CV. Gintera. Pakar untuk menjawab kuesioner AHP sebanyak tiga orang. Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan responden aktor
atau pelaku yang mengetahui secara detail strategi promosi yang dijalankan perusahaan.
3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data
Seluruh informasi dan data yang dikumpulkan dari pihak manajemen seperti kegiatan promosi IT Consultant, identifikasi
faktor-faktor penyusun strategi promosi, aktor dan tujuan penentuan altematif strategi promosi kemudian akan dianalisis dengan metode
AHP. Metode AHP adalah suatu metode yang memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan
nilai-nilai pribadi secara logik. AHP memiliki beberapa keuntungan, seperti mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai
faktor sistem dan memungkinkan pemilihan alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan yang ada, menangani saling ketergantungan
unsur-unsur dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran liniar. mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memisahkan
unsur-unsur suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat, serta
melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menerapkan berbagai prioritas Saaty, 1993.
Oleh karena itu, metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi unsur di satu level yang akan berpengaruh terhadap bobot unsur
pada level di bawahnya dan pada akhirnya metode AHP dapat
digunakan untuk menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian tujuan seluruhnya. Metode AHP ini memasukkan aspek kualitatif dan
kuantitatif pikiran manusia. Aspek kualitatif mendefinisikan persoalan dan hirarkinya, serta aspek kuantitatif yang mengekspresikan
penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang sehat
dalam situasi kompleks diperlukan penetapan prioritas dan melakukan trade off
. Dalam menerapkan metode AHP, yang diutamakan adalah mutu responden, bukan terletak pada kuantitasnya.
Data yang diperoleh dari kuesioner responden akan diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000 dan
Microsoft Excel . Hasil pengolahan ini kemudian dianalisis dan
disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel. Dalam metode AHP ini, terdapat kerangka kerja yang terdiri dari
delapan langkah utama Saaty, 1993. Penjelasan rinci dari setiap langkah adalah :
1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhitungkan dalam langkah ini
adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan unsur-unsur yang
menyusun struktur hirarki. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Hirarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya
terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-
faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan
pelaku dan akhirnya ke altematif strategi, pilihan atau skenario. 3. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding
berpasangan dimulai dari puncak hirarki, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar unsur yang
terkait di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan, pada unsur tingkat kedua terhadap fokus yang ada di
puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu unsur yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang di sebelah kanan
suatu elemen di puncak matriks. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil
melakukan perbandingan berpasangan antar unsur pada langkah ketiga. Setelah matriks perbandingan berpasangan antar unsur
dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada baris ke-j. Untuk mengisi
matriks banding berpasangan. digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 1. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif
pentingnya suatu unsur dibanding unsur lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk
bagian di atas garis diagonal dari kiri-ke kanan bawah. Tabel 2. Nilai skala banding berpasangan
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua unsur sama pentingnya
Dua unsur menyumbang sama besar pada sifat itu
3 Unsur yang satu sedikit lebih
penting daripada unsur yang lainnya Pergalaman dan pertimbangar
dengan kuat menyokong satu unsur atas unsur yang lainnya.
5 Unsur yang satu sangat penting
daripada unsur yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan
dengan kuat menyokong satu 7
Satu unsur jelas lebih penting daripada unsur yang lainnya
Satu unsur dengan kuat disokong dan dominannya telah
terlihat dalam praktek
Sumber : Saaty, 1993.
Lanjutan Tabel 2. Intensits
Pentingnya Definisi
Penjelasan
9 Satu unsur mutlak Iebih penting
daripada unsur yang lainnya Bukti yang menyokong unsur
yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua
pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperhatikan di
antara dua pertimbangan Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
Sumber : Saaty, 1993.
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 - 9 digunakan, bila Fi lebih mendominasi
atau mempengaruhi sifat fokus hirarki X dibandingkan dengan Fj. Sedangkan bila Fi mendominasi atau kurang mempengaruhi
sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai
kebalikannya. 6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua unsur pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki,
berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks pembandingan dalam individu PHA dibedakan menjadi 1 Matriks Pendapat
Individu MPI dan 2 Matriks Pendapat Gabungan MPG. Matriks Pendapat Individu adalah matriks hasil pembandingan
yang dilakukan individu. Matriks Pendapat Individu memiliki unsur yang disimbolkan dengan aij, yaitu unsur matriks pada baris
ke-i dan kolom ke-j. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Matriks pendapat individu X
A
1
A
2
A
3
… A
n
A
1
a
11
a
21
a
31
… a
1n
A
2
a
12
a
22
a
32
… a
2n
A
3
a
13
a
23
a
33
… a
3n
… … … … … …
An a
n1
a
n2
a
n3
… a
4n
Sumber : Saaty, 1993.
Matriks Pendapat Gabungan adalah susunan matriks baru yang unsur g
ij
berasal dari rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan
10 dan setiap unsur pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks
Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks pendapat gabungan
X G
1
G
2
G
3
… G
n
G
1
g
11
g
21
g
31
… g
1n
G
2
g
12
g
22
g
32
… g
2n
G
3
g
13
g
23
g
33
… g
3n
… … … … … …
Gn g
n1
g
n2
g
n3
… g
4n
Sumber : Saaty, 1993.
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rataan geometrik adalah
m m
k k
ij ij
a g
∏
=
=
1
……………………………………………………………1
ij
g
= unsur MPG baris ke-i kolom ke-j
ij
a
= unsur baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k m
= jumlah MPI yang memenuhi persyaratan
∏
= m
k 1
= perkalian dari unsur k = 1 sampai k = n
m
= akar pangkat m
7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk
membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria- kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang
bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya.
Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu 1 pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua jenis
pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan
Rasio Inkonsistensi. Rinciannya sebagai berikut :
Pengolahan Horizontal, terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan
Vektor Prioritas Vektor Eigen, uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki Rasio Inkonsistensi tinggi.
a. Penentuan Vektor Prioritas Vektor Eigen
Vektor Prioritas dapat dicari dengan metode berikut: 1 Jumlahkan setiap unsur dalam masing-masing kolom Matriks
Pembandingan Berpasangan MPB yang telah terisi dan dapatkan vektor baris Cj, dengan Cj = [cj] dan Cj =
∑ a
ij
……………...2 dimana cj – unsur faktor baris Cj pada kolom j ; a
ij
= unsur MPB yang diolah pada baris ke-i dan kolom ke-j. Ilustrasi Pengolahan
MPB pada langkah pertama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ilustrasi pengolahan mpb pada langkah pertama
G A
1
A
2
… A
n
A
1
a
11
a
21
… a
1n
A
2
a
12
a
22
… a
2n
… … … … … An
a
n1
a
n2
… a
4n
C
1
c
1
c
2
… c
n
Sumber : Saaty, 1993.
MPB yang ada dinormalisasi dengan cara membagi setiap unsur matriks pada setiap kolom dengan unsur vektor baris Cj pada
kolom tersebut yang telah didapat dari pengolahan pada langkah
sebelumnya. Diperoleh matriks normalisasi. D
ij
dengan cj
aij dij
= dimana dij = unsur MPB setelah dinormalisasi pada baris, ke-i
kolom ke-j. Ilustrasi pengolahan MPB yang telah dinormalisasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ilustrasi pengolahan mpb yang telah dinormalisasi G A
1
A
2
… A
n
A
1
d
11
d
21
… d
1n
A
2
d
12
d
22
… d
2n
… … … … … An
da
n1
d
n2
… d
4n
Sumber : Saaty, 1993.
2 Unsur-unsur matriks normalisasi yang berada dalam satu baris dijumlahkan dan didapat vektor kolom Ei dengan ei scbagai
unsurnya, dengan ei = unsur vektor kolom Ei pada baris ke-i. 3 Membagi masing-masing unsur pada vektor kolom Ei dengan
jumiah baris MPB atau jumlah kolomnya, untuk mendapatkan vektor Eigen bagi setiap komponen yang diperbandingkan dalam
MPB, dengan n
ei fi
= dengan Fi = fi, diman Fi = vektor proritas
dalam bentuk vektor kolom dengan fi sebagai unsur vektor pada baris ke-1 ; ei = unsur baris ke-i dari vektor kolom ei : n = jumlah
baris atau kolom MPB. Tabel
7. Ilustrasi pengolahan matriks normalisasi pada langkah
berikutnya G A
1
A
2
… An Ei Fi A
1
d
11
d
21
… d
1n
e
1
f
1
A
2
d
12
d
22
… d
2n
e
2
f
2
… … … … … … … An
da
n1
d
n2
… d
nn
e
n
f
n
Sumber : Saaty, 1993.
Pengolahan MPB hingga langkah ini memberikan hasil bahwa prioritas bagi An adalah fn. Untuk lebih jelas, dapat dilihat ilustrasinya pada
Tabel 7. Uji Konsistensi.
Rasio Inkonsistens dari suatu MPB dapat dicari terlebih dahulu dengan mencari nilai Eigen Eigen value, serta menentukan indeks rasio
konsistensinya. Nilai Eigen ditentukan dengau cara berikut a. Lihat kembali MPB dengan aij sebagai unsur-unsurnya dan vektor
kolom Fi vektor prioritas dengan fi sebagai unsur-unsur pada setiap barisnya. Lakukan perkalian antara unsur vektor kolom Fi
pada baris tertentu dengan unsur-unsur MPB pada kolom tertentu, yang nomor kolomnya sama dengan nomor baris fi i pada aij harus
sama dengan i pada fi, didapatkan gij sebagai unsur dari suatu matriks baru Gij, dengan gij = fj.aij, dimana gij = unsur baris ke-i
dan kolom ke-j dari matriks baru; aij = unsur baris ke-i dan kolom ke-j dari MPB awal; fi - unsur vektor pada baris ke-i. Ilustrasi
penentuan Eigen Value pada dua langkah pertama dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Ilustrasi penentuan eigen value pada dua langkah pertama G
A
1
A
2
… A
n
H
1
A
1
g
11
g
12
… g
1n
h
1
A
2
g
12
G
22
… g
2n
H
2
… … … … … … A
n
g
n1
g
n2
… g
mn
h
n
Sumber : Saaty, 1993.
b. Menjumlahkan unsur-unsur dalam matriks eigen pada baris yang sama, kemudian diperoleh vektor kolom Hi dengan hi sebagai
unsur-unsur pada baris ke-I, dengan hi = ∑ gij, dimana hi = unsur
baris ke-i dari vektor kolom Hi.
c. Membagi unsur baris ke-i dari vektor kolom Hi dengan unsur ke-i dari vektor prioritas vektor Eigen Fi, dan diperoleh vektor kolom
li, dengan fi
hi i
i
= , dimana i
i
= unsur baris ke-i vektor kolom Ii. d. Menjumlahkan semua unsur vector kolom Ii dan mencari rata-
ratanya kemudian didapat nilai Eigen Eigen Value, dengan λmax
=
∑
n ii
, dimana, λmax = Eigen Value ; n = jumlah unsur matriks
kolom Ii. Dengan nilai Eigen yang telah didapatkan, maka Indeks
Konsistensi CI didapat dengan formulasi : 1
max −
− =
n n
CI λ
……………………………………………………3 Dimana CI = Indeks Konsistensi,
λma.x - nilai Eigen, n = jumlah baris atau kolom dari MPB. Rasio Konsistensi CR diperoieh
dengan membagi CI dengan suatu Index Random Ri tertentu. Indeks ini menyatakan rata-rata konsistensi dari suatu matriks
pembandingan acak berukuran n n = ordo matriks yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National
Laboratory dan dilanjutkan oleh Wharton School. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa semakin besar ordo matriks pembandingan maka semakin tinggi pula tingkat inkonsistensinya
yang ditunjukkan oleh nilai RI yang semakin besar. Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 9. CR ditentukan dengan
CR CI
CR =
……………………………………………………………4 Batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks
sebenarnya tidak ada yang baku, hanya saja menurut beberapa eksperimen dan pengalaman, tingkat inkonsistensi CR 10 ke
bawah adalah tingkat yang masih dapat diterima, maka harus ada revisi pendapat akibat tingkat inkonsistensi yang terlalu besar
dapat menjurus pada suatu kesalahan.
Tabel 9. Daftar nilai indeks random Ordo Matriks n
Indeks Random RI 1 0
2 0 3 0,58
4 0,90 5 1,12
6 1,24 7 1,32
8 1,41 9 1,45
10 1,19 11 1,51
12 1,48 13 1,56
14 1,57 15 1,59
Sumber : Oak Ridge Laboratory dalam Fewidarto, 1996.
Pengolahan Vertikal
bertujuan untuk mendapatkan suatu prioritas pengaruh setiap unsur pada level tertentu dalam suatu hirarki terhadap
fokus atau tujuan utamanya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritasnya setiap unsur pada level terakhir
dalam suatu hirarki terhadap sasarannya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalarn pengolahan horizontal sebelumnya disebut Prioritas
Lokal, karena berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota unsur-unsur level di atasnya. Apabila Xij merupakan
nilai prioritas pengaruh unsur ke-j pada level ke-i dari suatu hirarki keputusan terhadap fokusnya, maka diforrnulasikan berikut :
1 1
.
. {
− −
∑
=
i t
i t
ij ij
Z Y
X
……………………………………5 untuk i = 1,2,..., p; j = 1,2,..., r;t =1,2,..., s; dengan Yij = nilai prioritas
pengaruh unsur ke-j pada level ke-i berkenaan dengan unsur ke-t pada level di atasnya i-1 yang menjadi sifat pembanding sama dengan prioritas
lokal unsur ke-j pada level ke-i; Zt = nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada level ke i-1 terhadap sasaran utama fokus, didapat dari hasil
pcngolahan vertikal; p = jumlah level keputusan dalam hirarki; r = jumlah unsur pada level ke-I; s = jumlah unsur pada level ke i-1. Bila nilai Z,
belum didapatkan maka lakukan dahulu pengolahan vertikal dengan cara sama seperti cara mendapatkan Xij di atas.
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas-
prioritas kinerja yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan
inkonsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka Rasio
Inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10. Rasio Inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara
horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000.
Jika Rasio Inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari 10, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain
dengan memperbaiki pertanyaan, melakukan pengisian ulang kuesioner dan lebih mengarahkan responden dalam mengisi kuesioner.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1