Frekuensi Kredit Lama Usaha

64 kredit kepada calon debitur. Hasil ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap realisasi KUR sehingga, asumsi tingkat pendapatan terhadap realisasi KUR terbukti memiliki nilai positif. Rata-rata tingkat pendapatan debitur KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp 5.161.728,40. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendapatan debitur KUR berada di atas UMR Jakarta. Pendapatan paling besar dari responden KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp 15 juta dan yang terkecil sebesar Rp 1,5 juta. Bagi pihak bank tingkat pendapatan para calon debitur sangat mempengaruhi pemberian kredit bagi calon debitur. Pihak bank akan percaya memberikan kredit kepada calon debitur apabila calon nasabah tersebut memiliki pendapatan yang tinggi. Sebelum memberikan kredit pihak bank menganalisis seberapa besar tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran calon debitur per bulan yang kemudian dihitung nilai RC ratio dan seberapa besar sisa pendapatan yang ada setelah dikurangi biaya hidup. Hal ini berpengaruh terhadap seberapa besar kemampuan calon nasabah dalam membayar angsuran per bulan. Hasil perhitungan ini juga berpengaruh terhadap seberapa besar jumlah cicilan per bulan yang harus dibayar oleh calon debitur sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan.

7.3. Frekuensi Kredit

Frekuensi kredit sangat menentukan apakah nasabah tersebut pernah mengajukan kredit atau tidak. Dalam hal ini, pihak bank memberikan KUR kepada nasabah yang tidak memiliki kredit lain baik di BRI ataupun bank lain karena akan mempengaruhi dalam pembayaran cicilan yang dibayar nasabah. Apabila nasabah memiliki kredit lain maka tingkat pengembalian KUR dikhawatirkan akan terhambat dan nasabah akan lebih memprioritaskan pinjaman yang lainnya karena KUR tidak menggunakan agunan sehingga nasabah akan berpikir bahwa walaupun dia tidak membayar tidak akan ada yang disita oleh pihak bank. Nilai koefisien regresi frekuensi kredit terhadap realisasi KUR sebesar 20,66 dimana apabila frekuensi kredit naik satu kali maka nilai realisasi KUR akan naik sebesar Rp 20,66. Frekuensi kredit dapat memperlihatkan bagus tidaknya seorang nasabah dalam membayar angsuran dan mengembalikan kredit 65 yang diterimanya. Apabila pada kredit sebelumnya nasabah tersebut bagus dalam pembayaran cicilan yang selalu tepat waktu maka dapat disimpulkan nasabah tersebut memiliki tabiat yang baik sehingga diharapkan pada saat pihak bank memberikan kredit baru maka nasabah tersebut juga mampu membayar cicilan tepat waktu.

7.4. Lama Usaha

Lama usaha menggambarkan bagaimana pengusaha tersebut mampu menjalankan dan mempertahankan usaha tersebut dan meningkatkan modal usaha. Berdasarkan hasil perhitungan pendugaan didapat nilai koefisien regresi lama usaha terhadap realisasi KUR sebesar -579 artinya apabila lama usaha naik satu tahun maka nilai total realisasi KUR akan menurun sebesar Rp 579,00. Semakin lama usaha maka semakin berkurang tingkat kepercayaan bank dalam memberikan KUR. Hasil ini berbeda dengan hipotesis penelitian dimana semakin lama usaha maka tingkat kepercayaan bank dalam memberikan kredit semakin tinggi. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa lama usaha tidak berpengaruh terhadap pemberian realisasi KUR kepada calon debitur karena semakin lama usaha belum tentu baik dalam pembayaran cicilan dan pengembalian kredit. Pemberian KUR ditujukan bagi para pengusaha baru yang ingin berkembang namun tidak memiliki cukup modal sehingga lama usaha menjadi faktor yang mempengaruhi realisasi KUR. Hal ini sesuai dengan tujuan KUR dimana memberikan bantuan modal bagi para pengusaha UMKM yang belum memiliki modal yang cukup untuk berkembang.

7.5. Modal Usaha