Uji-F Uji-t Koefisien Determinasi R Hipotesa Penelitian

36 beberapa variabel, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Variabel-variabel tersebut diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR di BRI Unit Tongkol.

4.4.2.2. Evaluasi Model Pendugaan

Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang diduga terpenuhi secara statistik. Dalam membuat suatu keputusan ada atau tidaknya pengaruh varibel bebas X terhadap variabel terikat Y, maka digunakan uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y secara bersama-sama simultan, sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel bebas X terhadap variabel terikat Y dalam penelitian ini.

a. Uji-F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor Xi secara bersamaan atau serentak terhadap variabel terikat Y dengan hipotesis sebagai berikut : H : b 1 = b 2 = 0 Semua faktor Xi tidak mempengaruhi Y H 1 : b 1 ≠ 0 Sekurang-kurangnya ada satu Xi yang mempengaruhi Y Rumus Uji F adalah : 1 1    k JKGx n JKKxk F Keterangan : JKK : Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG : Jumlah kuadrat galat k : Jumlah faktor yang dianalisis n : Jumlah contoh Kriteria Uji : 1. F-hit F Tabel, maka tolak H berarti semua variabel bebas mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas. 2. F-hit F Tabel, maka terima H berarti semua variabel bebas tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel bebas. 37

b. Uji-t

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji-t dengan hipotesis sebagai berikut : H : b i = 0 Variabel X tidak mempengaruhi variabel Y H 1 : b i ≠ 0 Variabel X mempengaruhi variabel Y Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakanlah uji t. Rumus perhitungan uji t Walpole, 1993 adalah : SE b b t i hitung   Keterangan : b = Slope faktor Xi b = Slope konstanta SE = standard Error Kriteria Uji : 1. t-hit t tabel , maka tolak H artinya variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. 2. t-hit t tabel , maka terima H artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

c. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien determinasi Walpole, 1993 dapat dirumuskan sebagai berikut : y S n JKG R 2 2 1 1   

4.5. Asumsi dalam Analisis Regresi Linier

Untuk membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, dan autokorelasi Santoso, 1999. Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda karena memiliki enam variabel bebas, sehingga asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu normalitas, multikolinieritas, dan homogenitas. 38

4.5.1. Uji Normalitas

Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda, hal ini disebabkan metode ini merupakan salah satu metode analisis parametrik. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal Santoso, 1999.

4.5.2. Uji Homogenitas

Menurut Santoso 1999 uji homogenitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai variabel terikat Y bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual cumulative probability dengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen.

4.5.3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas kolinier ganda merupakan hubungan linier yang sama kuat antara peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya suatu kolinier ganda, dapat dilihat pada hasil VIF Variance Inflation Factors. Nilai VIF ini diperoleh dari persamaan berikut : Keterangan : R 2 = Koefisien determinasi dari regresi peubah bebas ke-j dengan semua peubah lainnya. 39 Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa peubah tersebut berkolinier ganda. Adanya kolinier ganda dalam model akan mengakibatkan : a. Penduga koefisien regresinya menjadi tidak nyata walaupun R 2 nya tinggi. b. Nilai-nilai dengan koefisien regresi menjadi sangat sensitif terhadap perubahan data. c. Dengan metode kuadrat terkecil, penduga koefisien regresi memiliki simpangan baku yang sangat besar.

4.6. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi realisasi KUR dapat dirumuskan hipotesa dalam penelitian adalah variabel tingkat pendapatan, lama usaha, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit diduga bernilai positif terhadap realisasi kredit. Variabel tingkat pendapatan responden dianggap bernilai positif karena jumlah pendapatan mempengaruhi terhadap pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka nasabah tersebut akan semakin mampu dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam membayar kredit yang diajukan. Lama usaha menggambarkan eksistensi perusahaan, sehingga semakin lama usaha maka perusahaan tersebut mampu bertahan dan bersaing. Modal usaha diduga berpengaruh positif karena modal usaha menggambarkan skala usaha yang dijalankan, semakin besar modal maka semakin besar pula skala usaha yang dijalankan. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir debitur dalam menjalankan usaha dan dapat memahami prosedur serta memiliki tanggung jawab dalam pengembalian kredit. Frekuensi kredit memberikan gambaran bagaimana debitur tersebut baik atau tidak dalam memenuhi kewajibannya. Gambaran ini dapat dilihat dari kredit sebelumnya yang diajukan oleh debitur. Apabila nasabah tersebut selalu tepat waktu dalam pembayaran angsuran, maka dalam pengajuan kredit selanjutnya biasanya akan lebih mudah karena nasabah tersebut selalu tepat waktu dalam pembayaran angsuran. Sebaliknya apabila nasabah selalu terlambat dalam pengembalian angsuran maka pihak bank akan meninjau kembali apakah nasabah tersebut layak atau tidak. 40 Faktor lain yang dianggap postif yaitu waktu pengembalian kredit. Waktu pengembalian kredit dianggap positif karena menggambarkan kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang diajukan. Kemampuan nasabah dilihat dari hasil analisis yang dilakukan oleh mantri dengan membandingkan jumlah penghasilan yang didapat oleh suami dan istri setiap bulan dengan pengeluaran rutin keluarga setiap bulan. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendapatan nasabah, semakin tinggi tingkat pendapatan nasabah maka kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit lebih besar karena mampu membayar angsuran yang lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang tingkat pendapatannya lebih rendah. Berdasarkan gambaran hipotesa diatas bahwa semua variabel-variabel yang diamati memiliki korelasi positif terhadap realisasi KUR.

V. GAMBARAN UMUM BRI

5.1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia BRI

Bank Rakyat Indonesia atau sekarang ini dikenal dengan nama Bank BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 oleh seorang patih yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Awalnya bank tersebut bernama “De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofdeen” Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia atau pribumi, selanjutnya berubah menjadi “Halp Spaarbank der Inlandsche Bestuur Ambtenaren” Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi. Pada kegiatan awalnya, bank tersebut menggunakan uang kas Masjid untuk kemudian digunakan sebagai pinjaman bagi masyarakat dengan angsuran ringan. Dalam perkembangannya terdapat berbagai perubahan dan pembenahan sistem, yaitu : a. Pada tahun 1987 namanya diubah menjadi “Purwokertosche Hulp Spaar en Landbouw Creditbank” oleh W.P.D. de Wollf Van Westerrode, seiring dengan reorganisasi yang meliputi pembentukan badan hukum, penyusunan prosedur, perluasan keanggotaan, perluasan bidang usaha, dan lain-lain. b. Pada tahun 1898 namanya lebih dikenal sebagai Volksbank atau Bank Rakyat yang tumbuh dengan pesat diberbagai tempat sehingga mulai melibatkan pemerintahan Hindia Belanda secara langsung dan namanya berganti lagi menjadi Vokscredietwezwn. c. Berdasarkan surat keputusan Ratu Belanda No.118 tanggal 10 Juli 1912, Staatsblad 1912 No.392, berubah menjadi “Centrale Kas Voor het Volkscredietwezen”. d. Pada tahun 1934 berubah menjadi “Agemeene Volscredietbank” AVB, berdasarkan Staatsblad No.82 menyatakan bahwa AVB bukanlah usaha yang dimiliki oleh negara meskipun didirikan dengan keputusan pemerintahan. e. Pada masa kedudukan Jepang di Indonesia, tanggal 3 Oktober 1934 AVB berganti nama menjadi “Syomim Ginko” Bank Rakyat. Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1