1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat
dilihat pada 2010 dari 108,21 juta penduduk Indonesia yang bekerja, terdapat 38 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, kontribusi
sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat berdasarkan besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto PDB. Pada tahun 2008 hasil
sektor pertanian atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp 716.065,3 Milyar meningkat menjadi Rp 858.252,0 Milyar, pada tahun 2009 mengalami
pertumbuhan sebesar 19,9 persen BPS, 2009. Salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura. Hortikultura
menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari
sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Pada tahun 2008-2009, luas panen sayuran meningkat dari 1201,4 menjadi 1304,3 begitu juga dengan
produksinya yang meningkat dari 10,8 menjadi 11,9 sehingga dapat diketahui peningkatan produktivitasnya dari 0,0090 menjadi 0,0092. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia.
Tabel 1.
Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009
Komoditas Luas Panen
Ribu Ha Produksi
Juta Ton Produktivitas
Juta TonRibu Ha 2008
2009 2008
2009 2008
2009 Buah-buahan
843,2 880,6
20,1 20,5
0,0239 0,0233
Sayuran 1201,4
1304,3 10,8
11,9 0,0090
0,0092 Tanaman hias
1,3 1,5
228,9 295,4
177,9 190,8
Biofarmaka 23,5
21,2 0,4
0,5 0,0189
0,0214 Sumber
: Departemen Pertanian,2011 www.deptan.co.id Diolah Keterangan
: satuan produksi dalam juta tangkai, satuan produktivitas dalam juta tangkairibu Ha
Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, pola konsumsi dan kesadaran masyarakat akan kesehatan maka
2 masyarakat mulai mengkonsumsi bahan makanan yang bersifat alami. Hal ini
menyebabkan pertanian organik mulai diterapkan dengan didukung adanya gerakan back to nature. Saat ini, petani menerapkan budidaya sayuran organik
sebagai respon terhadap semakin perlunya kesehatan konsumen dan produsen, serta sebagai upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan.
1
Salah satu produk pertanian yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Brokoli Brassica oleracea adalah sayuran oriental
famili kubis-kubisan yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi. Pada tahun 2009-2010, luas panen kubis di kota Bogor meningkat dari 25 ha
menjadi 31 ha begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 4.194 kw menjadi 5.058 kw, namun produktivitasnya menurun dari 167,76 menjadi 163,94.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Kabupaten Bogor.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2010
Tahun Luas Panen
Ha Produksi
Kw Produktivitas
KwHa
2005 35
5.865 167,57
2006 17
2.846 167,41
2007 53
13.620 256,98
2008 39
8.948 229,46
2009 25
4.194 167,76
2010 31
5.058 163,94
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2011
Brokoli merupakan sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan. Menurut United States Agency International Development USAID chapter Indonesia,
peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20 persentahun. Oleh karena itu hal tersebut menjadi peluang pasar yang strategis,
sehingga perlu diperhatikan peningkatan kualitas, tingkat produk yang ditolak, peningkatan masa segar, kuantitas dan fleksibilitas pasokan, standar keamanan pangan,
sertifikasi, serta sistem pembayaran.
Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi permintaan yang meningkat untuk produk sayuran yang salah satunya yaitu brokoli Dinas
1
Dikutip dari Riza dan Tahjadi. ntb.litbang.deptan.go.idind2007TPHpotensipemanfaatan.doc [20 April 2011]
3 Pertanian, 2010
2
. Oleh karena itu, pengembangan terhadap usaha budidaya brokoli perlu dikembangkan. Namun pengembangan usaha brokoli masih
terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum
efisiennya kinerja rantai pasokan. Sehingga, Manajemen Rantai Pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan
dengan baik. Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: 1 produk
mudah rusak, 2 budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, 3 kualitas bervariasi dan 4 bersifat kamba. Empat faktor ini perlu
dipertimbangkan dalam menganalisis Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik, dan sebagai konsekuensi sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan.
Manajemen Rantai Pasokan merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dari persediaan, aliran kas dan aliran
informasi.
1.2 Rumusan Masalah