80 Pemberian merek penting bagi konsumen, karena konsumen akan
mengetahui asal dari perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi sesuatu maka konsumen akan dengan mudah
memberikan keluhan kepada pihak supermarket. Apabila brokoli organik yang dikonsumsi memuaskan konsumen, maka konsumen akan mencari sayuran
dengan merek yang mereka percaya, dimanapun sayuran itu berada. Selain itu, pemberian merek juga dapat memudahkan pihak supermarket untuk membedakan
produk dan menyampaikan keluhan konsumen terhadap produk tersebut. Untuk membedakan produk PT Agro Lestari dengan produk dari perusahaan pengumpul
yang lainnya terletak pada peletakan barcode. Untuk produk dari PT Agro Lestari, meletakkan barcode tepat di bawah merek, hal tersebut untuk mempermudah PT
X dalam mengukur kinerja PT Agro Lestari.
6.6 Kinerja Rantai 6.6.1 Kinerja Kemitraan
Evaluasi rantai pasokan yang terjalin di antara pelaku rantai pasokan dilakukan dengan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk
menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan tingkat kinerja kemitraan Rangkuti, 2003. Penilaian tingkat kesesuaian tersebut membandingkan antara
nilai kepentingan suatu atribut kemitraan dengan nilai kinerja suatu atribut yang selama ini dirasakan oleh anggota rantai pasokan. Hasil dari penilaian kesesuaian
atribut kemitraan dijadikan suatu indikator apakah kerjasama suatu kemitraan yang selama ini dilakukan telah memuaskan setiap anggota rantai pasokan. Hasil
penilaian kesesuaian atribut juga dapat menunjukkan secara spesifik atribut kemitraan yang memerlukan perhatian untuk dievaluasi dalam mendukung
kegiatan manajemen rantai pasokan. Penilaian kinerja kemitraan tersebut dilakukan pada pelaku rantai pasokan yang memiliki ikatan kerjasama kemitraan
yakni di tingkat petani brokoli organik, PT Agro Lestari, pihak PT X dan pihak supermarket.
81
6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra Brokoli Organik
Analisis tingkat kesesuaian atribut mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan rantai pasokan telah memuaskan petani. Hal tersebut dapat
dijadikan suatu indikator untuk menilai kinerja kemitraan di tingkat petani yakni jika petani merasa puas terhadap kemitraan yang dilakukan maka kinerja
kemitraan rantai pasokan di tingkat petani brokoli organik dinilai baik pula. Perbandingan dalam analisis kesesuaian atribut mencakup tingkat kepentingan
dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan adalah harapan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan brokoli yang diwakili dalam 11
atribut kemitraan. Tingkat kinerja merupakan persepsi petani terhadap hasil dalam pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang diwakili dalam 11 atribut
kemitraan. Berdasarkan nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, dapat
dilihat bahwa seluruh petani mitra menganggap penerapan standar budidaya sangat penting. Hal ini dikarenakan pentingnya menjaga kualitas dari produk yang
dihasilkan, selain itu pola budidaya organik juga memiliki standar budidaya yang perlu diterapkan seperti penggunaan pupuk organik pupuk kandang, pemilihan
tempat budidaya yang disekelilingnya tidak tercemar, serta menggunakan air yang belum tercemar. Penerapan standar budidaya untuk mejaga kualitas produk dirasa
penting untuk continuitas usaha dan kredibilitas perusahaan di mata konsumen. Karena pentingnya penerapan standar budidaya tersebut, maka para petani mitra
menerapkan standar budidaya dalam usahataninya. Pada nilai indikator kepentingan yang diperoleh dari petani, 75 persen dari
petani menganggap bahwa upaya peningkatan keterampilan merupakan hal yang penting. Sesuai dalam penilaian kinerjanya, petani tersebut melakukan upaya
peningkatan keterampilan dengan baik seperti mengikuti seminar mengenai budidaya pertanian dengan sistem organik.
Atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi, akses permodalan, kualitas produk, tingkat penjualan, harga jual produk serta komitmen dan
kerjasama merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani brokoli organik. Nilai dari tingkat kepentingan atribut kemitraan dalam keterbukaan informasi dan
kualitas produk telah sesuai dengan kinerja yang dilakukan oleh petani. Petani
82 menilai bahwa kinerja dalam dari keterbukaan informasi dan kualitas produk
dalam rantai sudah cukup baik. Keterbukaan informasi merupakan salah satu indikator yang penting dalam pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan. Informasi
yang didapatkan oleh petani mitra berasal dari PT Agro Lestari. Informasi yang diberikan oleh PT Agro Lestari berupa informasi mengenai kualitas dan kuantitas
brokoli organik yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dari informasi yang diberikan, maka petani dapat menerapkan standar budidaya untuk
mendapatkan kualitas yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kualitas brokoli organik yang diingikan konsumen meliputi bentuk fisik warna brokoli
yang hijau, yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat dan kesegaran brokoli organik.
Penerapan kualitas penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan kredibilitas perusahaan.
Akses permodalan merupakan atribut kemitraan yang memiliki nilai kesesuaian yang berbeda dengan kinerja yang telah dilakukan selama ini.
Meskipun rata-rata dari petani mitra menganggap bahwa akses permodalan merupakan atribut yang penting namun dalam pelaksanaannya, 50 persen dari
petani mitra merasa bahwa kinerja yang selama ini dilakukan belum baik. Hal tersebut dikarenakan terkadang terjadi keterlambatan pembayaran antara PT Agro
Lestari dengan petani mitranya, sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan petani yang digunakan untuk usaha budidaya. Bila PT Agro Lestari membayar
tepat pada waktunya, maka petani dapat membeli bibit dan menanamnya lebih awal.
Penilaian kinerja terhadap atribut tingkat penjualan dapat dirasa cukup baik, meskipun beberapa petani mengharapkan tingkat penjualan yang lebih dari
kinerja yang ada. Rata-rata dari petani brokoli organik yang menjadi mitra, merasa bahwa tingkat penjualan brokoli organik lebih tinggi dari jumlah dari tingkat
penjualan sebelum bermitra. Tabel 9 merupakan tabel penjualan brokoli organik petani pada saat petani belum bermitra dengan PT Agro Lestari dan Tabel 10
merupakan tabel penjualan brokoli organik petani setelah bermitra dengan PT Agro Lestari.
83
Tabel. 9 Penjualan Brokoli Organik Petani Sebelum Bermitra
2007 2008
Petani A 1.609 kg
2.014 kg Petani B
1.422 kg 1.835 kg
Petani C 890 kg
1.455 kg Petani D
1.710 kg 1.854 kg
Sumber : Petani mitra
Tabel. 10
Penjualan Brokoli Organik Petani Sesudah Bermitra
2009 2010
Petani A 3.115 kg
3.765 kg Petani B
2.970 kg 4.835 kg
Petani C 2.895 kg
3.655 kg Petani D
3.655 kg 4.475 kg
Berdasarkan Tabel 9, meskipun pada tahun 2007 ke 2008, petani juga mengalami peningkatan penjualan, namun peningkatan tersebut kurang dari 500
kg untuk setiap petani. Hal tersebut dikarenakan, petani tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang
mereka hasilkan. Sedangkan pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa tingkat penjualan petani meningkat lebih dari 1000 kg dari tahun 2008 ke 2009.
Harga jual produk merupakan atribut indikator dirasa penting bagi petani mitra. Namun dalam kinerja pelaksanaannya, masih terdapat satu orang petani
yang merasa belum puas terhadap harga jual brokoli organik yang telah disepakati. 75 persen dari petani merasa bahwa kinerja terhadap harga produk
sudah cukup sesuai dengan harapan mereka. Rata-rata dari petani merasa puas dengan kesepakatan harga karena harga yang mereka peroleh merupakan harga
tertinggi dari harga rata-rata brokoli organik di pasar. Sebelum mereka bermitra, mereka hanya menjual brokoli dengan harga Rp 6000
– Rp 7000 kg , namun
Petani Tahun
Petani Tahun
84 setelah bermitra para petani dapat menjual brokoli organik kepada PT Agro
Lestari sebesar Rp 11.000kg. Dari kenaikan harga jual petani sebelum dan sesudah bermitra, menimbulkan kepuasan dari petani mitra terhadap harga yang
disepakati. Kinerja untuk atribut komitmen dan kerjasama dirasa sudah berjalan
dengan baik, mengingat petani sudah mengenal PT Agro Lestari jauh sebelum bermitra. Sebelum bermitra, petani mengenal PT Agro Lestari sebagai toko yang
menjual alat-alat dan bahan untuk pertanian sehingga kerjasama sudah terjalin sebelum mereka bermitra. Sedangkan untuk atribut tingkat keuntungan, petani
merasa kinerja yang saat ini berjalan sudah memenuhi harapan, terlihat 50 persen dari petani merasa bahwa kinerja yang ada sudah sangat baik, meskipun masih
terdapat petani mitra yang merasa belum sesuai dengan harapan. Rata-rata dari petani mitra merasa harga jual brokoli organik saat bermitra lebih tinggi dari pada
harga jual sebelum, sehingga mereka merasa bahwa kinerja dari atribut tingkat keuntungan sudah baik.
Kinerja pada atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran telah sesuai dengan harapan para petani. Dalam proses transaksi dan pemasaran, petani tidak
mengeluarkan biaya untuk itu. Bila pesanan brokoli dalam jumlah banyak, PT Agro Lestari mengambil langsung di lahan milik petani, selain itu petani tidak
mengeluarkan biaya sortasi maupun pengemasan. Untuk kinerja pada atribut penanggungan risiko secara adil, 75 persen dari petani sudah merasa cukup baik
namun masih terdapat petani mitra yang menganggap kurang baik dan sangat tidak sesuai dengan harapannya. Petani mitra tersebut merasa risiko yang petani
tanggung cukup berat karena harus memenuhi kriteria brokoli organik yang ditentukan, sedangkan sistem pertanian organik sangat rentan terhadap risiko
sehingga hasil dari panen tidak dapat diprediksikan baik atau tidaknya.
6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT Agro Lestari
Penilaian kinerja kemitraan dilakukan di tingkat PT Agro Lestari untuk mengetahui bagaimana selama ini pihak PT Agro Lestari mempresepsikan
kemitraan yang terjalin diantara pelaku rantai pasokan brokoli organik. PT Agro
85 Lestari melakukan kerjasama dengan pihak petani brokoli organik dan pihak PT
X. Atribut kemitraan kualitas produk brokoli organik memiliki kinerja yang
baik dan bahkan pemilik perusahaan menilai bahwa kualitas dari brokoli organik yang ada sudah sangat baik. Meskipun masih terdapat kurangnya transparasi
informasi mengenai produk tolakan dari PT X. PT X hanya memberikan produk tolakan tanpa memberikan penjelasan secara spesifik mengenai kriteria apa yang
belum sesuai dari brokoli organik yang ditolak tersebut. Sehingga PT Agro Lestari hanya dapat mengira-ngira kekurangan dari produk yang mereka kirim. Terlihat
kinerja dari atribut keterbukaan informasi belum sesuai dengan harapan dari pihak PT Agro Lestari.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan dan standar budidaya terus dilakukan oleh PT Agro Lestari. PT Agro Lestari menilai bahwa kinerja yang ada
mengenai upaya peningkatan keterampilan dan standar budidaya sudah cukup baik dilakukan oleh petani mitra, bahkan pemilik menilai bahwa penerapan
standar budidaya merupakan atribut yang penting dalam kemitraan dan kinerja yang ada dinilai oleh pemilik sudah sangat baik. PT Agro Lestari selalu
mengadakan diskusi dengan para petani mitra untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proses budidaya. Upaya peningkatan keterampilan yang
dilakukan oleh PT Agro Lestari yaitu berupa keterampilan tenaga kerja dalam mengemas brokoli organik yang telah di sortasi dengan menggunakan plastik
wrapping dan tisu untuk menutupi bagian bawah dari batang pohon.
Pemilik dan manajer dari PT Agro Lestari menilai efesiensi biaya transaksi
dan pemasaran merupakan atribut yang penting, namun kinerja efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dirasakan belum memuaskan karena jauhnya jarak
pemasaran yang harus ditempuh dari PT X ke PT Agro Lestari maupun PT X ke supermaket, sehingga terkadang brokoli organik mengalami kerusakan pada saat
perjalanan. Hal ini menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diterima oleh PT Agro Lestari. Salah satu penyebab kerusakan produk dalam perjalanan juga
karena alat transportasi yang kurang memadai. Truk yang digunakan oleh PT X tidak semuanya memiliki alat pendingin sehingga bila terjadi kemacetan ataupun
86 kendala lain dalam perjalanan, besar kemungkinan produk yang dibawa dalam
truk tersebut mengalami penurunan kualitas. Atribut tingkat keuntungan merupakan salah satu atribut yang cukup
penting dalam menjalankan suatu usaha, begitupun dengan penilaian PT Agro Lestari terhadap atribut tersebut. Atribut Harga jual produk organik pun dinilai
telah sesuai dengan harapan pihak PT Agro Lestari. Bila dilihat dari perhitungan
marjin PT Agro Lestari, dapat dilihat keuntungan yang diperoleh perusahaan,
namun keuntungan yang ada saat ini belum terlalu memuaskan manajer keuangan. Manajer perusahaan menilai bahwa perusahaan masih dapat meningkatkan
keuntungan dengan meminimalisir biaya transaksi dan pemasaran. Dalam perjalanan menuju PT X, sering terjadi kerusakan produk brokoli organik
dikarenakan fasilitas distribusi yang dimiliki oleh PT X kurang memadai. Hal tersebut berkaitan dengan risiko yang ditanggung oleh PT Agro Lestari.
Kerusakan atau penurunan kualitas brokoli organik yang terjadi, menjadi tanggungan PT Agro Lestari. Sehingga untuk atribut penanggungan risiko secara
adil, PT Agro Lestari menilai tidak sesuai dengan harapannya.
6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT X
Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik dilakukan kepada pihak PT X. Pandangan dari pihak PT X mengenai
kinerja kemitraan yang terjalin dengan para petani dan PT Agro Lestari. Komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat keuntungan,
kualitas produk, penerapan standar budidaya, tingkat penjualan serta harga jual produk merupakan beberapa atribut yang dinilai memiliki kinerja yang telah
sesuai dengan harapan. Komitmen dan kerjasama yang dilakukan PT X dengan Agro Lestari dilakukan atas dasar kepercayaan. PT X telah mengenal PT Agro
Lestari sebagai distributor dari produk-produk pertanian dengan kualitas baik, selain itu PT X dengan PT Agro Lestari juga selalu melakukan pengawasan
terhadap lahan petani mitra dan melihat standar budidaya yang dilakukan oleh petani mitra sehingga PT X dapat menilai bahwa standar budidaya yang dilakukan
telah sesuai dengan harapan yang dinilai cukup baik. Untuk kerjasama yang
87 dilakukan dengan pihak supermarket, dilakukan dengan pembuatan surat kontrak
usaha untuk menjamin keberlangsungan usaha. Atribut keterbukaan informasi antara PT X dengan supermarket dapat
berjalan dengan sangat baik. Informasi mengenai produk yang didapat PT X dari pihak supermarket, langsung disampaikan kepada pihak PT Agro Lestari,
informasi tersebut berupa jumlah pesanan yang diminta oleh supermarket dan informasi berupa keluhan-keluhan dari konsumen terhadap produk brokoli
organik. Meskipun dalam kinerjanya transparasi informasi mengenai kualitas produk masih kurang namun produk yang telah dihasilkan telah cukup sesuai
dengan harapan pihak PT X. Atribut kemitraan efesiensi biaya transaksi dan pemasaran penerapan
standar budidaya dinilai belum sesuai dengan harapan karena pada dasarnya biaya dari rantai tataniaga dapat lebih di tekan untuk menurunkan harga di konsumen
akhir. Untuk atribut harga jual produk, PT X menilai cukup dan sudah sesuai dengan harapan. Saat ini PT X menetapkan harga sebesar Rp 38.000kg, harga ini
telah mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak PT X dan keuntungan yang diinginkan. PT X menilai keuntungan yang ada saat ini telah sesuai dengan
harapan perusahaan. Dari keuntungan yang diperoleh, PT X dapat menggunakan sebagian dari keuntungan tersebut untuk akses permodalan seperti biaya membeli
produk brokoli organik dari petani dan biaya-biaya lain untuk pemasaran. Atribut kemitraan penanggungan risiko dinilai PT X telah sesuai dengan
harapan. Dalam hal ini, PT X tidak menerima risiko berupa penolakan produk. Brokoli organik yang ditolak oleh supermarket menjadi risiko PT Agro Lestari,
meskipun penolakan tersebut berupa penurunan kualitas brokoli organik karena lamanya perjalanan ataupun kerusakan brokoli organik karena kendala dalam
perjalanan.
6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket
Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik juga dilakukan kepada pihak supermarket. Pandangan dari pihak
supermarket mengenai kinerja kemitraan akan memberikan perspektif yang lebih menyeluruh mengenai kinerja pelaksanaan kerjasama atau kesepakatan kemitraan
88 dalam rantai pasokan. Perwakilan dari pihak supermarket yang menjadi responden
untuk menilai kinerja kemitraan yaitu perwakilan dari supermarket Lotte Mart Pemilihan Lotte Mart sebagai responden yang berasal dari pihak supermarket
karena dari beberapa supermarket yang menjadi anggota rantai pasokan, Lotte Mart termasuk supermarket yang memesan secara continue dan jumlah pesanan
khususnya untuk produk brokoli organik lebih banyak dari supermarket yang lain. Rata-rata pihak supermarket menilai bahwa kinerja dari artibut-atribut
yang ada, telah sesuai dengan harapan dari pihak supermarket. Seperti atribut komitmen dalam kerjasama, keterbukaan informasi, tingkat penjualan, akses
permodalan, efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, kualitas produk, penerapan standar budidaya, harga jual produk, serta penanggungan risiko secara adil.
Kinerja atribut komitmen dalam kerjasama sudah berjalan dengan baik, karena sebelum supermarket memulai bermitra dengan pihak PT X, supermarket
memiliki kualifikasi dalam memilih mitra. PT X dipilih karena dinilai telah memiliki kredibilitas yang baik dalam memproduksi produk-produk agribisnis,
selain itu PT X juga memberikan sampel produk terlebih dahulu kepada pihak supermarket agar supermarket mengetahui kualitas produk yang diproduksi.
Selain kepercayaan, kerjasama yang dilakukan oleh pihak supermarket dan PT X telah menggunakan surat kontrak untuk menjamin keberlangsungan usaha dan
kualitas produk. Kinerja dari akses permodalan berjalan baik seiring dari kinerja tingkat penjualan dan tingkat harga jual produk yang telah sesuai dengan harapan.
Namun menurut pihak supermarket, keuntungan yang didapat saat ini belum sesuai dengan harapan. Pihak supermarket masih berharap bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh saat ini. Kinerja dari atribut efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dinilai cukup
memenuhi harapan, meskipun dalam kenyataannya efisiensi dari biaya transaksi dan pemasaran masih dapat ditekan untuk menurunkan harga jual di tingkat
konsumen. Penanggungan risiko dinilai supermarket telah sesuai dengan harapan yang cukup baik. Namun bagi beberapa pelaku rantai, penanggungan risiko belum
dirasa cukup adil. Supermarket akan tetap mengembalikan dan tidak membayar produk yang mengalami penurunan kualitas akibat perjalanan.
89 Pihak supermarket menilai bahwa kinerja tingkat penjualan sudah sesuai
dengan tingkat penjualan yang diharapkan. Hal tersebut didasari dari jumlah konsumsi brokoli organik oleh konsumen akhir meningkat seiring dengan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli. Hal ini, tidak lepas dari peran supermarket dalam memberikan informasi pasar kepada pihak PT X
yang selanjutnya disampaikan kepada PT Agro Lestari dan didiskusikan oleh para petani mitra. Oleh karena itu, atribut keterbukaan informasi juga dinilai sangat
penting dan kinerja mengenai atribut tersebut telah sesuai dengan harapannya. Dengan keterbukaan informasi, petani dapat menentukan standar budidaya untuk
memenuhi pesanan produk brokoli organik yang diingikan dan dibutuhkan konsumen. Pihak supermarket pun menilai kinerja atribut standar budidaya sudah
sesuai dengan harapan. Supermarket menilai standar budidaya berdasarkan informasi yang diberikan oleh PT X mengenai standar budidaya yang telah
dilakukan petani dan dilihat dari hasil produk brokoli organik hasil panen yang telah sesuai dengan pesanan. Oleh karena itu, supermarket juga menilai bahwa
kinerja dari kualitas produk sudah sangat sesuai dengan harapan dari pihak supermarket.
Kinerja dari beberapa atribut kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik masih harus dievaluasi agar mampu memberikan manfaat dan kepuasan
bagi seluruh anggota rantai pasokan. Upaya untuk meningkatkan kinerja kemitraan dalam rantai pasokan brokoli organik tidak dapat dilakukan oleh satu
pihak saja, melainkan membutuhkan adanya suatu koordinasi diantara seluruh pelaku rantai. Beberapa atribut kemitraan seperti kolaborasi serta penanggungan
risiko secara adil membetuhkan kerjasama dari seluruh anggota rantai untuk berkomunikasi secara intensif serta bersedia melakukan upaya perbaikan bagi
pencapaian tujuan bersama yakni terciptanya kepuasan konsumen serta manfaat bagi pelaku rantai pasokan brokoli organik yang terkait.
6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan
Efisiensi rantai pasokan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh pelaku rantai pasokan untuk menilai kinerja dari kegiatan Manajemen Rantai
Pasokan. Efisiensi dalam saluran pemasaran rantai pasokan brokoli organik
90 berfungsi untuk melihat apakah manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan
telah tersebar secara merata dirasakan oleh seluruh anggota rantai. Selain itu, penilaian efisiensi juga dapat digunakan untuk melihat apakah sumberdaya rantai
telah dialokasikan dengan baik ataukah masih memerlukan perbaikan dalam kerangka pelaksanaan fungsi masing-masing anggota rantai pasok.
Rantai pasokan yang dibahas dalam penelitian ini hanya memiliki satu saluran pemasaran yakni melibatkan petani, PT Agro Lestari, PT X dan
supermarket. Hal tersebut menjadi ciri yang membedakan antara manajemen rantai pasokan dengan konsep tataniaga yang melakukan pemasaran secara
terbuka dan belum memiliki kesepakatan kontraktual.
6.6.2.2 Marjin Tataniaga
Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja efisiensi suatu saluran rantai pemasaran adalah dengan menilai total marjin yang tercipta dalam
upaya menyampaikan produk dari produsen hingga konsumen akhir. Jumlah marjin tataniaga terbentuk dari besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap
pelaku rantai serta profit yang diinginkan oleh setiap pelaku rantai tersebut. Tujuan dari manajemen rantai pasokan diantaranya adalah menyalurkan produk
hingga konsumen akhir dengan harga yang kompetitif. Hal tersebut berarti bahwa suatu rantai pasokan dapat dikatakan efisien jika segenap anggota rantai dapat
melakukan biaya dan marjin tataniaga secara rasional sehingga harga produk di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Penilaian marjin tataniaga dalam rantai
pasokan brokoli organik meliputi biaya yang dikeluarkan oleh petani, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Harga yang menjadi acuan di tingkat konsumen akhir
adalah harga yang ditetapkan oleh supermarket. Harga jual brokoli organik di tingkat petani sebesar Rp 11000kg. Harga
yang ditetapkan sudah termasuk dengan biaya antar ke PT Agro Lestari. Namun, pada kondisi tertentu seperti pesanan brokoli organik dalam jumlah yang tidak
dapat diangkut dengan motor, maka hasil panen diambil oleh PT Agro Lestari dengan menggunakan mobil.
Perhitungan marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari, dihitung dari pengurangan antara harga jual dengan harga beli. Hasil dari pengurangan tersebut
91 dibagi dengan harga jual lalu dipersentasekan. Harga beli untuk brokoli organik
PT Agro Lestari kepada petani mitra sebesar Rp 11.000 dan harga jual brokoli organik PT Agro Lestari kepada pihak PT X sebesar Rp 15.000. Perhitungan
marjin tataniaga untuk PT Agro Lestari dapat dilihat pada lampiran 1. Marjin tataniaga sebesar 26,67 persen dirasa sesuai karena PT Agro
Lestari mengeluarkan biaya pemasaran untuk produk brokoli organik yang di panen oleh petani mitranya. Biaya yang di keluarkan oleh PT Agro Lestari sebesar
17 dari harga jual brokoli, yaitu terdiri dari biaya pembelian brokoli di petani, biaya pengangkutan brokoli organik dari lahan petani bila pesanan brokoli tidak
dapat dibawa dengan motor, biaya tenaga kerja untuk sortasi dan pengemasan, serta biaya pembelian plastik wrapping.
Marjin tataniaga untuk PT X sebesar 60,52 persen, didapat dari pengurangan harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari dengan harga jual dari
PT X kepada supermarket. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi dengan harga jual brokoli yang ditetapkan PT X untuk supermarket, lalu dipersentasekan.
Harga beli brokoli organik di PT Agro Lestari adalah Rp 15.000kg sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 38.000kg. Perhitungan
marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1. Marjin tataniaga sebesar 60,52 persen tersebut dirasa tinggi bila dilihat
dari marjin yang diperoleh petani dan Agro Lestari, sehingga pembagian marjin untuk pelaku rantai dinilai tidak efektif. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh PT
X sebesar 18,5 persen dari harga jual brokoli organik, yaitu berupa biaya pembelian brokoli organik, biaya pembuatan sticker merek, biaya pengangkutan
brokoli organik ke supermarket, biaya akomodasi tenaga kerja, biaya penyimpanan serta biaya sertifikasi. Namun marjin tersebut tidak seimbang
dengan perolehan marjin petani, PT Agro Lestari serta supermarket. Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator bagi keberhasilan rantai pasokan brokoli
organik adalah efisiensi biaya di sepanjang rantai pasokan, sehingga harga produk di tingkat konsumen menjadi kompetitif. Maka untuk menunjang keberhasilan
dari rantai pasokan, sebaiknya PT X mengefisiensikan biaya transaksi dan pemasaran.
92 Margin tataniaga untuk supermarket Lotte Mart sebesar 35,20 persen,
didapat dari pengurangan harga beli brokoli organik di PT X dengan harga jual dari supermarket untuk konsumen. Hasil pengurangan tersebut kemudian dibagi
dengan harga jual brokoli yang ditetapkan supermarket, lalu dipersentasekan. Harga beli brokoli organik di supermarket Lotte Mart adalah Rp 38.000kg
sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh pihak PT X sebesar Rp 58.650kg. Biaya yang dikeluarkan supermarket sebesar 16 dari harga jual brokoli organik.
Perhitungan marjin tataniaga untuk PT X dapat dilihat pada lampiran 1. Margin yang diterima supermarket lebih kecil dibandingkan dengan
marjin dari PT X. Supermarket mengeluarkan biaya-biaya untuk pemasaran brokoli organik seperti ruang penyimpanan, akomodasi karyawan, biaya
penyimpanan dan lain-lain. Perbandingan biaya tataniaga anggota rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 11 dan Perbandingan
Margin Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 11. Perbandingan Biaya Tataniaga Anggota Rantai Pasokan Brokoli
Organik
Pelaku Rantai Biaya Tataniaga
harga jual
Petani 16
PT Agro Lestari 17
PT X 18,5
Supermarket 16
Tabel 12. Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai Pasokan Brokoli
Organik
Pelaku Rantai Margin Tataniaga
Petani 18,75
PT Agro Lestari 26,67
PT X 60,52
Supermarket 35,20
6.6.1.2 Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan bagian yang diterima oleh petani brokoli organik dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang dibayarkan
oleh konsumen akhir dalam penelitian ini adalah harga jual supermarket yang
93 ditetapkan oleh pihak supermarket.
Farmer’s share merupakan balas jasa yang diterima petani dari hasil kegiatan usahatani atau budidaya brokoli organik. Nilai
f armer’s share akan berbanding terbalik dengan marjin tataniaga yang terbentuk,
artinya semakin besar nilai marjin tataniaga maka akan menyebabkan nilai f
armer’s share semakin mengecil. Nilai f
armer’s share yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik sudah wajar bila dibandingkan dengan marjin yang diterima PT Agro Lestari
selaku anggota rantai pasok. Berikut merupakan perhitungan f armer’s share yang
diperoleh petani mitra.
Hasil analisis efisiensi tataniaga menunjukkan bahwa marjin tataniaga yang terbentuk dalam rantai pasokan brokoli organik dari studi kasus PT Agro
Lestari memiliki nilai yang relatif besar. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan pun belum merata, dimana PT X menjadi pihak yang
memiliki keuntungan yang besar dibandingkan pelaku rantai pasokan lainnya. Rantai pasokan dikatakan belum efisien karena beberapa komponen dari biaya
tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Biaya tataniaga yang masih dapat diminimalisir antara lain adalah biaya sortasi produk yang
selama ini dilakukan dua kali oleh PT Agro Lestari dan PT X. Hal tersebut akan berdampak pada biaya tataniaga keseluruhan dalam rantai pasokan yang pada
akhirnya membuat harga jual di tingkat konsumen akhir lebih tinggi. Kegiatan sortasi secara terpadu oleh satu pihak saja diharapkan dapat membuat biaya
tataniaga lebih efisien.
6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan