Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management

9 untuk memberantas hama dan penyakit dapat diganti dengan pestisida organik yang mudah dalam pembuatannya, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak meracuni konsumen karena cepat terurai, dan tanamannya mudah diperoleh Pracaya, 2009. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai brokoli, diantaranya yaitu Suryani, Emilda. 2010 yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli pada PT XYZ dan Asril, Zikra. 2009 yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Suryani, Emilda. 2010 menganalisis pemilihan pemasok brokoli, sedangkan Asril, Zikra. 2009 menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan Brokoli. Kedua penelitian sebelumnya, membahas mengenai rantai pasok brokoli organik sehingga informasi dari skripsi sebelumnya akan sangat berguna bagi penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan manajemen rantai pasokan brokoli organik pada studi kasus PT Agro Lestari Cibogo, Bogor. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada komoditas yang menjadi objek penelitian, dimana penelitian ini hanya meneliti brokoli organik, sedangkan kedua penelitian sebelumnya meneliti komoditi brokoli dengan sistem penanaman konvensional. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga terkait pada metode penelitian yang digunakan.

2.2 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management

Kotler 2003 9 mengatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah proses budidaya, mentransformasikan bahan mentah tersebut penanganan panen dan pascapanen dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Heizer dan Render 2001, manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, 9 http:gakmesti.wordpress.comtagrantai-pasokan [7 April 2011] 10 perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Mencakup semua interaksi diantara pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Anatan L 2000 mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Melalui rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja network yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien. Salah satu hal terpenting dalam manejemen rantai pasokan adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran material, arus kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan. Menurut Jebarus 2001 Manajemen Rantai Pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep tataniaga untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufacture, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir berada dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Pembahasan mengenai perbedaan konsep Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga dilihat berdasarkan definisi, tujuan serta interaksi kedua konsep tersebut. Berdasarkan definisi dari beberapa pakar, Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. Sedangkan tataniaga merupakan segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang- barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tujuan Manajemen Rantai Pasokan berdasarkan pendapat para pakar adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Jadi keterbukaan antar rantai sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan Manajemen Rantai Pasokan. Syarat efisiensi Manajemen Rantai 11 Pasokan yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat pada waktunya dan sesuai dengan kualitas serta kuantitas yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasokan. Sedangkan tujuan dari tataniaga menurut beberapa pakar yaitu untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. Syarat efisiensinya tataniaga yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. Interaksi yang terjadi dalam Manajemen Rantai Pasokan memiliki arus bolak-balik antara anggota rantai pasokan, mulai dari petani hingga konsumen akhir. Sedangkan interaksi yang terjadi pada konsep tataniaga memiliki arus searah antar anggota rantai pasokan. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga No. Item Manajemen Rantai Pasokan Tataniaga 1. Definisi MRP merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. 12 Tataniaga adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. 3 2. Tujuan Untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. 4 Untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. 5 3. Interaksi Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores memiliki arus bolak-balik. 12 Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores memiliki arus searah. 124 Keterangan : 1 Kotler 2003 2 Kalakota 2002 3 Kamaluddin 2009 http:kamaluddin86.blogspot.com200906biaya-dan-margin- pemasaran.html 4 http:jurnal-sdm.blogspot.com200907supply-chain-management-scm-definisi.html 5 http:www.scribd.comdoc52915266ekonomipertanian 12 Beberapa penelitian yang menganalisis mengenai Manajemen Rantai Pasokan, diantaranya Suryani, Emilda. 2010 menganalisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ, Adinugroho, Brahmantyo. 2010 menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Asril, Zikra. 2009 menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura Cipanas- Cianjur, Jawa Barat. Objek ketiga penelitian tersebut merupakan komoditas hortikultura, dimana ketiga peneliti tersebut menggunakan komoditi yang potensial. Ketiga peneliti tersebut sepakat bahwa kualitas produk, kuantitas produk, serta distribusi produk merupakan hal yang penting untuk kerberlangsungan suatu usaha. Oleh karena itu Suryani, Emilda. 2010 Adinugroho, Brahmantyo. 2009, dan Asril, Zikra. 2009 menggunakan analisis rantai pasok dalam penelitiannya. Suryani, Emilda 2010 menganalisis mengenai pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ dan metode Proses Hirarki Analitik PHA untuk memilih pemasok, kriteria, dan sub kriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Sedangkan Adinugroho, Brahmantyo. 2010 menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat menggunakan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking FSCN dan analisis kesesuaian atribut. Asril, Zikra. 2009 yang melakukan analisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura Cipanas- Cianjur, Jawa Barat juga menggunakan alat analisis yang berbeda dari Suryani, Emilda. 2010 dan Adinugroho, Brahmantyo. 2010. Dalam penelitian Asril, Zikra. 2009 menggunakan analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain Operations Reference SCOR dan Proses Hirarki Analitik PHA. Menurut Asril, Zikra. 2009, aliran rantai pasokan dalam penelitian ini dimulai dari petani ke bandar, lalu ke Usaha Dagang UD dan Sub Terminal Agribisnis STA, selanjutnya dikirim ke retail atau pedagang pengumpul. Berdasarkan perhitungan alat analisis yang digunakan oleh Asril, Zikra. 2009, maka petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat 13 keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapat oleh bandar 20,49 persen dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Retail memperoleh rasio nilai tambah yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa retail mendapat keuntungan paling tinggi dalam rantai pasokan brokoli. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Asril, Zikra. 2009, dalam penelitian Suryani, Emilda. 2010 dimulai dari pemasok, kebun perusahaan, distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Namun untuk penelitian Suryani, Emilda. 2010, memfokuskan pada pemilihan pemasok. Menurut Suryani, Emilda. 2010 terdapat enam kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih pemasok yaitu harga, kualitas, ketetapan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran, reputasi pemasok, dan pelayanan. Untuk sub kriterianya yaitu kesesuaian harga, memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu, lead time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal, dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas, kecepatan respon pesanan dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapatkan tiga pemasok brokoli yaitu pemasok HSL, pemasok AGP, dan pemasok DD. Sedangkan analisis PHA menunjukkan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok AGP dengan bobot 0,552. Aliran rantai pasok dalam penelitian Adinugroho, Brahmantyo. 2010, memiliki persamaan dengan penelitian Suryani, Emilda. 2010 dan Asril, Zikra. 2009, dimulai dari petani sayuran, PT Frida Agro dan supermarket. Namun dalam penelitian ini, masih terdapat masalah yang mengindikasi bahwa kinerja rantai pasokan masih belum efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai dari hasil kesesuaian 12 atribut kinerja yang digunakan. Sedangkan untuk desain indikator kinerja dalam penelitian Asril, Zikra. 2009, dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis, 14 tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, dan pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan risiko. Atribut kinerja terdiri dari realibility, responsiveness, flexibilityquality, biaya, dan asset. Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, flexibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle, dan iventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu, kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead time pemenuhan pesanan. Pada penelitian Adinugroho, Brahmantyo. 2010 menilai kinerja berdasarkan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Hasil dari analisis tersebut, menunjukkan bahwa hanya dua atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Sedangkan untuk penelitian dari Suryani, Emilda. 2010, tidak mengukur kinerja rantai pasokan. Dari ketiga skripsi tersebut, peneliti mendapatkan informasi dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari skripsi Adinugroho, Brahmantyo. 2010, penulis mendapatkan informasi mengenai penerapan FSCN di sebuah perusahaan distributor sayuran, namun pada skripsi Adinugroho, Brahmantyo. 2010 tidak menggunakan pengukuran efisiensi kinerja dengan menggunakan analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Berdasarkan skripsi Asril, Zikra. 2009, peneliti memperoleh informasi mengenai pola distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dikaitkan dengan 12 atribut kemitraan sehingga peneliti mendapatkan referensi mengenai penggunaan atribut untuk menilai kinerja rantai pasok. Namun, dalam penelitian Asril, Zikra. 2009, lebih membahas tentang pola distribusi dan performa distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dijalankan. Sedangkan dalam penelitian ini, membahas performa dalam efisiensi kinerja dan kinerja kemitraan. Berdasakan skripsi Suryani, Emilda. 2010, 15 mendapatkan informasi mengenai pemilihan pemasok, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam memahami kriteria-kriteria pemasok yang baik dalam Manajemen Rantai Pasokan, namun dalam penelitian Suryani, Emilda. 2010 tidak menghitung kinerja. 16 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau