Uji t Uji Regresi Berganda faktor eksternal

hasil pada bulan mei – desember 2013 suku bunga bank indonesia mengalami kenaikan dengan sebesar 1,50 dengan diiringi penigkatan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp. 53.499 miliar. Hasil peneliti pun sejalan dengan ekarina katmas 87 dengan hasil penelitian koefisien 0,034408 dengan tingkat probabilitas 0,0035 yang lebih kecil dari tingkat α 5 sehingga menrima H a dan menolak H 0. 1. Hipotesis kelima H a5 SBIS mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β SBIS bernilai 0,621 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0,621. Karena nilai t hitung t table yaitu 5.300 1.670 atau nilai sig. α yaitu 0,000 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima H a5 . Dengan demikian SBIS berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil Penelitian ini sejalan dengan Irfan syauqi dan Winda Nur Aprianti 88 dengan hasil penelitian bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS berpengaruh secara nyata hal ini membuktikan bahwa kenaikan SBIS memberi andil terhadap peningkatan alokasi dana untuk pembiyaan sektor pertanian. 87 Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h.85 88 Irfan Syauqi Beik dan Winda Nur Aprianti “Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan bank syariah untuk sektor pertanian di Indonesia” jurnal Agro Ekonomi. Volume 31 No. 1, Mei 2013, h. 29 Dari hasil tersebut maka secara tidak langsung teori yang mengatakan bahwa semakin besar bank menyimpan liquiditasnya di instrument SBIS maka akan mengurangi pembiayaan bagi hasil terhadap kebutuhan masyarakat, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menemukan hasil bahwa, SBIS berpengaruh secara nyata dan positif dengan artian jika simpanan bank dalam bentuk SBIS meningkat maka dapat diikuti dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil. Hal ini terjadi dikarenakan SBIS merupakan salah satu alat untuk penyerapan kelebihan likuiditas yang dialami oleh perbankan syariah. Bank Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan maka diperlukan alat khusus untuk pelaksanaan tersebut. Alat yang sesuai dengan prinsip syariah itu adalah SWBI SBIS, Penitipan dana pada SWBI di Bank Indonesia diberikan bonus. Meskipun bonus SWBISBIS yang diberikan cukup tinggi, namun permintaan masyarakat akan pembiayaan juga tetap diberikan oleh bank ke sector riil khususnya pembiayaan bagi hasil. Menurut badan pusat statistic 2012 pulihnya perekonomian nasional yang di tandai dengan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 6,1 dibandingkan tahun 2007 dan hingga tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,23 dibandingkan tahun 2011. Yang mengiindikasikan adanya aktivitas perekonomian. Oleh karena itu SBIS tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat 89 . Pengaruh SBIS terhadap pembiayaan bagi hasil dapat dilihat dari data statistik perbankan syariah SPS. Pada tahun 2010 bulan Mei jumlah SBIS yang dialokasikan ke BI sebesar Rp. 1.656 miliar dengan pembiayaan bagi hasil Rp. 19.181 miliar. Sedangkan Pada tahun 2010 bulan Agustus jumlah SBIS menigkat dengan nomial sebesar Rp. 1.882 miliar dengan diikuti besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank sebesar Rp.21.530 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 bulan Januari SBIS kenaikan sebesar Rp. 3.968 miliar dengan pembiayaan bagi hasil Rp. 23.160 miliar, sedangkan pada Desember 2011 SBIS sebesar Rp. 9.244 miliar dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan sebesar Rp. 29.189 miliar, peningkatan SBIS yang diikuti dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil dapat dilihat juga dari tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2014 bulan November penigkatan SBIS sebesar Rp. 6.530 miliar dengan diikuti kenaikan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 64.313 miliar, sedangkan untuk tahun 2015 bulan juni penempatan SBIS sebesar menigkat Rp. 8.858 miliar dengan diikuti kembali kanaikan pembiayaan yang dialokasikan sebesar Rp. 68.939 miliar. Dari pemaparan data yang sudah di jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa meningkatnya 89 Lifstin wardiantika dan Rohmawati kusumaningsih. Pengaruh DPK, NPF, dan SBIS terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008 – 2012, jurnal ilmu manajemen volume 2 no.4 oktober 2014, h. 1551 simpanan Bank syariah pada instrument SBIS belum tentu pembiayaan bagi hasil bank syariah mengalami penurunan begitu juga sebaiknya.

b. Uji F

Tabel 4.17 Uji F faktor eksternal BI rate, SBIS ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 6.693 2 3.347 39.483 .000 a Residual 5.340 63 .085 Total 12.033 65 a. Predictors: Constant, SBIS, BI RATE b. Dependent Variable: log_Y Berdasarkan Tabel 4.17 diatas, Uji F faktor eksternal diperoleh pengaruh secara simultan dengan dua variable BI rate dan SBIS terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 39.486 dan F table sebesar 3.14 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung 39.486 3.14 lebih besar dari F tabel maka secara simultan variable BI rate, dan SBIS berpengaruh secara nyata terhadap variabel pembiayaan bagi hasil.

c. Adjusted R square

Table 4.18 Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal BI rate, SBIS Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .746 a .556 .542 .29113436 a. Predictors: Constant, SBIS, BI RATE Berdasarkan Table 4.18 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R 2 sebesar 0,556, hal ini berarti 55,6 variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variable eksternal BI rate dan SBIS. Sedangkan 0,444 dengan nilai 0,444 merupakan sisanya dijelaskan oleh sebab lain.

5. Uji F faktor eksternal, internal secara keseluruhan

a. Uji F

Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor eksternal dan internal memiliki hubungan simultan atau tidak, karena sebelumya peneliti hanya melakukan uji F secara terpisah yaitu uji F untuk faktor eksternal dan uji F untuk Internal. Maka uji F ini akan dilakukan secara serentak. Tabel 4.19 Uji F statistik faktor eksternal, internal ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 11.979 5 2.396 2.667E3 .000 a Residual .054 60 .001 Total 12.033 65 a. Predictors: Constant, SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, Uji F diperoleh pengaruh secara simultan dengan lima variabel SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK terhadap variabel dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 2.667 dan F tabel sebesar 2.36 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung 2.667 2.36 lebih besar dari F tabel maka secara simultan variabel independen SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK berpengaruh terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. b. Adjusted R square eksternal dan internal secara keseluruhan Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai data aktualnya Goodness of fit. Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variable – variable independen di dalam garis regresi. Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal dan internal Berdasarkan Tabel 4.20 adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R 2 sebesar 0,996, hal ini berarti 99,6 variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variable independen DPK, FDR, NPF, BI rate, b. Dependent Variable: log _Y Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .998 a .996 .995 .02997059 a. Predictors: Constant, SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK dan SBIS. Sedangkan 0,4 dengan nilai 0,004 merupakan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

c. Variabel independen yang paling dominan mempengaruhi variable

dependen. Di antara variabel independen yang terdiri dari faktor eksternal, BI rate, SBIS dan internal DPK, FDR, dan NPF dan yang paling dominan mempengaruhi kemampuan bank umum syariah BUS adalah faktor internal yaitu dana pihak ketiga. Dapat dilihat dari nilai tertinggi pada kolam koefisien. Koefisien dari Dana Pihak Ketiga mempunyai nilai sebesar 7.721. Hal ini menunjukkan bahwa dana masyarakat memang berperan penting terhadap kemampuan bank menyalurkan kreditnya dalam rangka membantu kebutuhan atau usaha masyarakat.