Uji t Uji Regresi berganda faktor internal

Karena nilai t hitung t table yaitu 6.803 1.670 atau nilai sig. α yaitu 0,000 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima H a2 . Dengan demikian FDR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prastanto 82 dimana hasil penelitian menunjukan bahwa FDR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan. Hal serupa terjadi pada penelitian Ekarina Katsmas 83 dengan hasil penelitian bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan. Secara tidak langsung dari literatur terdahulu dan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio FDR maka akan menyebabkan meningkatnya nilai pembiayaan. Hal ini sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah dimana pada bulan Maret sampai bulan September 2012 nilai FDR terus meningkat sebesar 102,10 kenaikan tersebut di ikuti oleh peningkatan pembiayaan bagi hasil dari bulan Maret sampai bulan September 2012 sebesar Rp 35.840 miliar. 3. Hipotesis ketiga H a3 NPF mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β NPF bernilai 0,751 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0.751. Karena nilai t hitung t table yaitu 1.387 1670 at au nilai sig. α yaitu 0,170 82 Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 86 83 Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h. 97 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menolak H a3 . Dengan demikian NPF tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh nur gilang gianni 84 dimana hasil uji t pada NPF menunjukan bahwa nilai signifikansi NPF sebesar 0,712 0,05, maka secara tidak langsung Ho diterima dan menolak hipotesis alternatif Ha, yang berarti bahwa secara parsial variabel NPF tidak mempunyai pengaruh secara nyata dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan variasi variable independen tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh prastanto 85 yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Secara garis besar teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi NPF maka akan memberikan penurunan terhadap pembiayaan bank syariah tidak sesuai dengan hasil peneliti ini yang memperoleh hasil bahwa NPF tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini terjadi dapat disebabkan karena tidak konsistennya antara kenaikan atau penurunan NPF terhadap jumlah pembiayaan di setiap bulan. Sebagai contoh pada bank umum syariah NPF pada tahun 2014 bulan januari sebesar 4,31 dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp. 61.298 miliar sedangkan pada tahun 2014 bulan November nilai NPF naik 84 Nur gilang gianni “ faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia” accounting analysis journal volume 2 no 1 februari 2013, h. 99 85 Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 87 menjadi 4,86 dengan diikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 64.313 miliar, selanjutnya pada tahun 2015 bulan februari nilai NPF naik sebesar 5,01 dengan ikuti penurunan jumlah pembiayaan sebesar Rp. 63.833 miliar sedangkan pada bulan juni 2015 nilai NPF turun menjadi 4,73 dengan ikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 68.939 miliar. Selain ketidak konsistenan nilai NPF terhadap pembiayaan diatas, terdapat beberapa kemungkinan yaitu dimana rata – rata besarnya nilai NPF pada bank umum syariah tergolong kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, yaitu dalam kurun waktu 5 tahun 7 bulan nilai NPF masih dibawah standar BI Bank Indonesia sebesar 5 hanya saja pada bulan februari nilai NPF melewati batas ketentuan BI yaitu 5,01 hal ini tidak menyebabkan nilai pembiayaan menurun. Nilai NPF bank umum syariah masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan nilai NPF Bank umum konvensional yang mana bank umum konvensional lebih sensitive dengan instrumen derivative sedangkan bank umum syariah akan lebih sensitif apabila sector riil mengalami goncangan hal ini dikarenakan bank umum syariah lebih konsisten dan cenderung membiayai dunia usaha dalam sector rill, di Indonesia masih dalam batas yang dapat dikatakan aman dari berbagai goncangan perekonomian dengan demikian bank umum syariah BUS memiliki nilai NPF yang tidak terlalu besar maka hal tersebut menunjukan bahwa sector riil yang dibiayai oleh pembiayaan bagi hasil mudharabah dan musyarakah dalam batas yang dapat dikatakan aman sehingga NPF tidak memiliki pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable internal DPK, FDR, dan NPF, secara simultan bersama-sama terhadap variable dependen yaitu pembiayaan bagi hasil, uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisi of varian = ANOVA, pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai F table dengan F hitung selain itu pengambilan keputusan berdasarkan tingkat probabilitas signifikansi. Jika probabilitas signifikansi 0,05 maka menolak H1 dan jika 0,05 menerima H1. Tabel 4.14 Uji F faktor internal DPK, FDR, NPF ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 11.970 3 3.990 3.952E3 .000 a Residual .063 62 .001 Total 12.033 65 a. Predictors: Constant, NPF, DPK, FDR b. Dependent Variable: log _Y Berdasarkan Tabel 4.14 diatas, Uji F faktor internal diperoleh pengaruh secara simultan dengan tiga variable DPK, FDR, dan NPF terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 3.952 dan F table sebesar 2.75 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung 3.952 2.75 lebih besar dari F table maka secara simultan variable independen faktor internal DPK, FDR, dan NPF berpengaruh secara nyata terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil.

c. Adjusted R square

Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai data aktualnya Goodness of fit. Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variabel – variabel independen di dalam garis regresi. Tabel 4.15 Uji Koefisien Detreminasi faktor internal DPK, FDR, NPF Berdasarkan Tabel 4.15 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R 2 sebesar 0,995, hal ini berarti 99,5 variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen faktor internal DPK, FDR, NPF. Sedangkan 0,5 dengan nilai 0,005 merupakan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

4. Uji Regresi Berganda faktor eksternal

a. Uji t

Menurut Athanasoglou faktor eksternal merupakan variable-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .997 a .995 .995 .03177594 a. Predictors: Constant, NPF, DPK, FDR faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan 86 Tabel 4.16 Hasil Uji t faktor eksternal BI rate dan SBIS Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 8.235 1.561 5.275 .000 BI RATE 1.102 .377 .270 2.922 .005 SBIS .621 .097 .591 6.387 .000 a. Dependent Variable: log _ Y Dari Tabel 4.16 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + b4X4 + b5X5 + e Y = 8.235+ 1.102 BI rate_X4 + 0.621 SBIS_X5 + e Y = 9.337,6 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis keempat H a4 BI rate mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β BI rate bernilai positif sebesar 1.102 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 1.102. Karena nilai t hitung t table yaitu 2.922 1.670 atau sig. α yaitu 0,005 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima H a4. Dengan 86 Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98. demikian BI rate berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil. Penelitian ini bertolak belakang terhadap teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi suku bunga bank Indonesia BI rate maka dapat mempengaruhi penurunan pembiayaan yang disalurkan, penyebabnya adalah teori tersebut hanya dilihat dari sisi nasabah yang menyimpan dananya di bank syariah kemudian beralih ke bank konvensional yang memiliki tingkat return yang besar yang menyebabkan DPK menurun. Sedangkan bila dilihat dari sisi pembiayaan, ketika terjadi kenaikan BI rate maka perbankan konvensional tentu akan menaikan tingkat suku bunganya, hal ini akan mengakibatkan masnyarakat enggan untuk mengajukan kredit pada perbankan konvensional dikarenakan beban bunga yang terlalu tinggi, sehingga masyarakat beralih memilih perbankan syariah dengan produk yang bervariasi termasuk didalamnya terdapat produk bagi hasil yang tidak menetapkan berapa jumlah bagi hasil akan tetapi berdasarkan kondisi ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih profit oriented sehingga mereka akan memilih produk yang menguntungkan dan meniggalkan produk yang tidak menguntungkan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa naiknya BI rate belum tentu menyebabkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank ke masyarakat menurun ini terbukti dari data BI rate dan pembiayaan bagi