Pembiayaan Bank Syariah Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia

yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah termasuk perbuatan riba. Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara lain meliputi perhitungan bagi hasil yang selanjutnya akan ditanggung bersama oleh kedua pihak tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut juga menjelaskan bahwa jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun nasabah. Perhitungan bagi hasil yang ditetapkan dalam perjanjian dilakukan tanpa adanya unsur paksaan di dalamnya. Terkait dengan perhitungan bagi hasil, jika bank mendapatkan keuntungan lebih, maka laba akan dibagi bersama dengan nasabahnya. Namun jika pihak bank mengalami kerugian, maka pihak nasabah juga turut menanggung resiko kerugiannya. Berdasarkan hasil keputusan MUI Majelis Ulama Indonesia, bagi hasil tersebut bukan merupakan aktivitas riba dan tidak haram 20 20 Achasih Nur Chikmah “analisis perbandingan sistem pemberian kredit bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil, dan menengah ” jurnal akuntansi unesa · vol 2, no 2 2014, h. 4 Perbedaan pembiayan bank syariah dengan kredit bank konvensional secara rinci dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya : 1. Keuntungan yang diperoleh bank Pada bank konvensional, Keuntungan diperoleh dari besarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan pada debitur yang mengajukan kredit. Dengan adanya beban bunga tersebut, maka jumlah pembayaran kredit yang diajukan oleh debitur nominalnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah pinjaman. Sedangkan pada bank syariah, keuntungan diperoleh melalui bagi hasil antara pihak bank dengan debitur yang mengajukan pembiayaan. Bagi hasil yang dimaksud telah disepakati oleh kedua pihak, yakni pihak bank dan pihak debitur. Perjanjian yang dilakukan di awal transaksi merupakan kesepakatan untuk menentukan prosentase penentuan bagi hasil antara pihak bank dengan pihak debitur, baik kerugian maupun keuntungan akan ditanggung bersama 2. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan Pada bank konvensional, prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit antara lain; bank konvensional melayani semua jenis kredit, baik untuk kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi, dan tidak membedakan transaksi halal maupun haram. Sedangkan prinsip yang diterapkan pada bank syariah antara lain, prinsip wadiah, prinsip mudharabah, prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi hasil. 3. Pengikatan kontrak dan perjanjian pihak bank dengan pihak nasabah. Pada bank konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau perjanjian yang disepakati di awal dengan nasabah ataupun debitur. Namun, bank konvensional hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam oleh debitur dengan jumlah prosentase pasti, yang wajib dibayarkan kembali oleh debitur dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jika debitur menunggak atau melebihi jatuh tempo, maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari yang ditentukan sebelumnya. Sementara itu, pada bank syariah terjadi perjanjian dan kesepakatan di awal antara pihak bank dengan debitur. Perjanjian tersebut antara lain berupa kontrak dan perjanjian serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak bank debiturnya. Pada awal perjanjian, telah disepakati bahwa untung atau kerugian yang terjadi di bank syariah akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun debitur, serta tidak ada unsur bunga dalam pembiayaan tersebut. 4. Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank Bank konvensional tidak membatasi jenis pemberian kredit yang disalurkan kepada masyarakat selama debitur dapat memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank konvensional. Baik jenis kredit konsumtif, investasi, jaminan maupun modal usaha, dan tidak memperdulikan hukum jenis kredit yang diajukan, selama debitur dapat melunasi pinjaman dengan tepat waktu beserta bunga yang telah ditetapkan pihak bank. Sementara itu, bank syariah hanya akan memberikan pembiayaan kepada debitur jika telah jelas hukum dan tujuan penggunaannya. Jika pembiayaan yang diajukan debitur digunakan untuk kegiatan yang haram, maka pihak bank tidak akan memberikan pembiayaan kepada debiturnya. Dari segi kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal. Usaha-usaha seperti minuman beralkohol, bar atau usaha lain yang dipandang lebih banyak madharat-nya daripada manfaatnya tentu tidak dapat dibiayai oleh perbankan syariah 21

B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai – nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak – banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industry, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang – barang dan jasa – jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor 22 Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu 23 : a. Profitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan 21 Ibid ,h. 15 22 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, Cirebon : STAIN Press., h. 68 23 Totok budisantoso, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta : salemba Empat, 2006, h 144 menyalurkan pembiayaan kepada usaha – usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan dan sekaligus juga unsur keuntungan dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitang dengan demikian keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk bagi hasil yang diterima. b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

b. Fungsi pembiayaan

Irham dan Lavianti menyatakan fungsi kredit perbankan dalam aktivitas perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut: 1. Fungsi kredit berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran yang efektif. Industri perbankan merupakan lembaga intermediasi, dimana bank mengefektifkan dana yang selama ini tersimpan secara menganggur dengan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan yang mampu mengelolanya, yaitu mengelola uang tersebut untuk membeli barang dan jasa sesuai kebutuhan. 2. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha. Dunia usaha adalah pihak yang paling dominan dalam menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan bantuan kredit yang disalurkan perbankan, diharapkan akan mampu mengatasi kekurangan dana yang selama ini tidak tercukupi untuk membeli kebutuhan yang sudah direncanakan. 3. Fungsi kredit untuk menciptakan pemerataan pendapatan. Para pebisnis yang berencana memperluas usahanya, akan membuat pengangguran sedikit berkurang karena akan ada tenaga kerja baru yang diharapkan mengelola bisnis tersebut. Sehingga dengan tertampungnya tenaga kerja baru diharapkan pendapatan pemerataan akan tercipta. 4. Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis internasional. Setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional yang juga melakukan tindakan ekspor dan impor, maka kebutuhan akan kredit dalam bentuk mata uang asing akan meningkat. Dimana pada saat proyek yang dikerjakan membutuhkan mata uang asing, maka perbankan perlu mempunyai simpanan dan menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang asing. Dari hal tersebutlah kegairahan pebisnis untuk masuk ke pasar tradisional akan lebih mudah. 5. Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa. Dana yang diperoleh pebisnis dari perbankan akan membuat mereka dapat membeli bahan baku dan melakukan prosesnya hingga menjadi barang jadi. Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan nilai barang tersebut, begitupun dari segi jasa. 6. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi. Pada saat suatu negara mengalami masalah perekonomian, diharapkan kredit ini dapat mengembalikan stabilitas perekonomian tersebut dengan cara mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan pokok rakyat dan mendukung dunia usaha khususnya bidang ekspor dan impor 24 . Sedangkan menurut H. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility daya guna dari modaluang. 2. Pembiayaan dapat meningkatkan utility daya guna suatu barang. 3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 24 Fah i, Irha da Hadi, Yo i La ia ti. Pe ga tar Ma aje e Perkredita ”, Alfabeta, Bandung, 2010, h. 50