54
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan pengajaran dan pendidikan tentang pentingnya penanaman akidah dan akhlak.
Diantaranya adalah di dalam surat Luqman ayat 13-15.
5: 6
A+5 B,, CDE
FG 6 HJK,F 2
LM 0NA 2 OE
Q ; RFS C
. TU
Q;7DR XYZJK
[X\,K =?]
5\L 6 6 8A_`a
,2 ,
C 9cZ d
Hef gG 6
h c G 6
HFZAj,Y 6 k f
l 6
1KN n
o2 ,
6 p cn
;17j+5 =?
6 q
rA0 c
6 qs1 tFS
u f
av5\ o
B, C w YZ,l
O Y
+ rF,xF .
+ r N, 6
4y zY61F f
. { o|
6 OS4
N f
8} y6
p cn h
LXFX p cn
F70 1 f KNp
~ y• Y + C
X9 FZ+F
=?
13. Dan Ingatlah ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.
14. Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
55
5 Isi dari ayat-ayat tersebut menggariskan prinsip materi pendidikan
yang terdiri dari masalah iman akidah, akhlak, ibadah tentang hubungan sosial dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan akidah akhlak
merupakan suatu hal yang menjadi pokok dan urgen bagi terbentuknya pribadi yang memiliki keyakinan kuat dan lurus serta budi pekerti dan
tingkah laku yan mulia. Agama Islam sungguh menekankan pengajaran akidah dan akhlak
sebagai pedoman pokok landasan dasar bagi setiap individu muslim supaya ia mengusahakan kemuliaan dan kesucian, mengenal dan melaksanakan hak
dan kewajibannya. Berpegang teguh pada sendi-sendi rukun iman dan rukun Islam disertai dengan implementasi pada keutamaan akhlak yang terpuji.
Memasukan diri ke dalam lingkungan kerohanian yang murni suci jauh dari segala noda dan cela.
Mengenai pengajaran dan pendidikan akidah akhlak diawali oleh rasulullah SAW yang juga sebagai guru dan pendidik utamanya. Beliau
mendidik kaumnya umatnya dalam rangka membentuk manusia muslim yang memiliki karakter keimanan yang kokoh disertai dengan akhlak dan
kepribadian yang luhur dan terpuji. Rasulullah SAW sebagai penyebar agama yang suci ini benar-benar
telah mencapai puncak keluhuran budi pekerti sebagai mana yang telah difirmankan Allah SWT:
€
=
€X\,K S•FZ 8
€ cF €€€o‚y
6
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau itu wahai Rasulullah memiliki budi pekerti yang teramat luhur”.
QS. Al-Qalam: 4 Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan
dan pembinaan kepribadian seseorang. Pendidikan agama dalam hal ini
56
tentang akidah dan akhlak harus tetap berlangsung kontinyu baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan agama yang berlangsung
dengan baik dalam semua lembaga pendidikan formal sekolah, maupun in- formal keluarga dan masyarakat. Merupakan unsur penting dalam
pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang. Kepribadian yang terjalin di dalam nilai-nilai agama, akan membuahkan akhlak yang baik.
Dalam Bab II pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional menjelaskan fungsi dan tujuan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1
Jadi dengan kata lain pendidikan dan pengajaran akidah akhlak yang dilaksanakan di sekolah sejalan dan membina siswa menjadi warga
negara yang baik dengan memiliki pola perilaku dan kepribadian yang luhur. Dan sekaligus menjadi umat Islam yang patuh dan ta’at dalam menjalankan
perintah agamanya serta meninggalkan semua larangannya. Dalam kehidupan sehari-hari begitu lugu dan polos ternyata masih
suka berkata-kata kasar, membantah kepada guru maupun kepada orang tua. Suka mencuri, kurang bahkan tidak sopan, tidak menghormati orang tua dan
guru, berani berbohong dan suka mencontoh, mengejek orang lain kurang jujur dan sebagainya, maka hal yang demikian ini akan menyebabkan
terciptanya kepribadian yang tidak baik yang akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan dan tingkah laku negatif tercela. Dari kejadian nyata
yang ada tersebut baik itu dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun lingkungan sekolah maka kita patut untuk merenungkan bagaimana jalan
1
UU RI No. 20 Tahun 2003,Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafindo, 2003, h. 5-6
57
keluar dan solusinya guna memback-up dan melindungi anak-anak muslim generasi Islam dari sifat dan sikap.
Serta tingkah laku yang kurang bahkan tidak terpuji itu yang pada gilirannya nanti beberapa tahun kemudian akan menjelma menjadi generasi
yang tidak memiliki kepribadian dan akhlak yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan agar seseorang memiliki akhlak yang baik, maka
sifat mendasar yang tercermin dari perilaku atau kepribadiannya perlu mendapat pembentukan yang baik agar kepribadiannya dapat tumbuh, sesuai
dengan ajaran Islam. Oleh karena itu kepribadian merupakan potensi dasar bagi seorang muslim. Apabila kepribadian dan akhlaknya baik, maka akan
baik juga segala tingkah laku dan perbuatannya. Secara formal, institusi yang layak dijadikan sebagai tempat mendidik
adalah sekolah yang mempunyai tugas membimbing dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan keterampilan
keterampilan hidup lainnya, yang belum dimiliki dan dikuasai oleh anak didik siswa, tentunya guru dan civitas sekolah madrasah Ibtidaiyah memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak didik sebagai realisasi atas amanat yang diberikan orang tua dan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Disinilah perlunya pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya terutama pada mata
pelajaran akidah akhlak bagi perkembangannya kepribadian anak didik yang harus mendapat perhatian baik dari pimpinan sekolah, para guru, juga pihak-
pihak lain yang terkait, sebab kepribadian anak didik siswa akan menjadi baik atau rusak ditentukan oleh proses pendidikan yang diterimanya
pendidikan di sekolah. Bertitik tolak dari permasalahan di atas penulis ingin meninjau
kembali sejauh mana pentingnya pendidikan akidah akhlak bagi pembentukan siswa dengan mengetahui pelaksanaan pendidikan bidang studi akidah
akhlak disekolah yang kami jadikan objek penelitian untuk mengetahui sejauh mana kaitannya dalam pembentukan kepribadian siswa. Atas dasar
pertimbangan pemikiran kepribadian siswa. Atas dasar pertimbangan
58
pemikiran pokok masalah di atas penulis memilih judul: ”Hubungan antara Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa MI.
Darul Aitam, Pondok Pinang, Kabayoran Lama Jakarta Selatan”. Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa di MI Darul Aitam Pondok Pinang,
Kebayoran Lama Jakarta Selatan belum ada penelitian oleh pihak manapun tentang pendidikan akidah akhlak dalam membentuk kepribadian
siswa. 2.
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian siswa adalah suatu keharusan dan tanggung jawab pihak guru dan sekolah dalam menjadikan
para siswanya memiliki kepribadian dan tingkah laku sesuai dengan ajaran islam.
3. Masalah krisis moral menjadi permasalahan yang komplek dan
menimbulkan keresahan dalam masyarakat dan juga para orang tua khususnya, hal demikian ini terjadi juga pada siswa MI. Darul Aitam
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 4.
Betapa pentingnya pertan guru kepada siswa-siswinya di dalam pendidikan akhlak, kerena baik dan buruknya pendidikan akhlak
tergantung bagaimana guru memberikan pengajaran akhlak kepada siswanya.
5. Salah satu keberhasilan program pendidikan di MI Darul Aitam adalah
dapat diukur dengan parameter dari lulusan yang memiliki kualitas ilmu, iman dan berakhlak karimah dengan indikator perilaku mereka di dalam
kehidupan sehari-hari secara nyata.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah