Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak

65 dan pengajaran adalah “membentuk manusia susila, yang cakap dan warga negara yang demokrasi, serta bertanggung jawab tentang kesejateraan masyarakat dan tanah air”. Oleh karena itu segela usaha dalam pendidikan harus diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan akhir pendidikan dinegeri kita sebagaimana tercantum di dalam undang-undang RI No. 20 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada Bab II pasal 3 bahwa “pendidiikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menderdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.” 7 Degan demikian jelas bagi kita bahwa rumusan tersebut mengandung cita-cita yang luhur dan tinggi dalam upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas baik dengan ditinjau dari segi aspek mental spiritualnya ataupun juga aspek fisik jasmaninya. Pembentukan manusia Indonesia yang diiktiarkan melalui proses pendidikan nasional adalah benar-benar manusia yang berkesadaran tinggi dalam kehidupan mental spiritual maupun aspek jasmaniahnya baik itu berkaitan dengan kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakatnya. Maka terbentuklah manusia yang berkesinambungan dalam bidang fisik atau material dan mental spiritualnya. Manusia yang demikian adalah manusia yang sesuai dengan cita-cita islam yaitu yang disebut manusia insanul kamil sempurna.

2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak

Ajaran Islam sebagaimana menurut Maulana.M Ali, dibagi kepada dua bagian, yaitu yang lazim disebut rukun Iman, dan bagian praktek yang 7 Undang-undang SISDIKNAS RI. No. 20 Tahun 2003 66 mencakup segala pekerjaan oleh individu muslim. Bagian pertama disebut Aqa’id atau aqidah artinya kepercayaan yang kokoh,sedangkan bagian yang kedua disebut Ahkam. Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehinga bertemu dan bersambung secara kokoh. 8 Ada juga akidah yang berkaitan dengan kata aqad masuk dalam kategori untuk pengertian akad nikah, akad jual beli dan akad kredit dan lain sebagainya. Melalui penelaahan bidang akidah ini bahwa keyakinan dalam islam bersifat murni baik isinya maupun prosesnya. Sebagai sebuah keyakinan kepada Tuhan yang wajib disembah hanyalah kepada Allah semata. Keyakinan tersebut haruslah murni tiada embel-embel sebagai tandingannya.Karena akan berakibat pada nilai-nilai kemusyrikan bahkan dapat menjadi kafir, dan dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah yang demikian itulah yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya kepada Allah, kemudian melahirkan jiwa yang bebas,merdeka dan tidak tunduk kepada manusia dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan. Dalam pandangan Dr. Yusuf Qardhawi bahwa akidah adalah keimanan sebagai sebuah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku, kepribadian, dan perbuatan sehari- hari. 9 Dengan demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan gerakan amal saleh. Pendidikan berupaya dan berusaha menanamkan dan membina akhlak akidah keimanan kepada para peserta didik. Instansi yang bertanggung jawab terhadap penanaman keyakinan agama ialah keluarga 8 Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Tahun 1999, h. 84 9 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,…., h. 84 67 terutama juga lembaga pendidikan. Sebelumnya kita perlu mencermati bagaimana sebuah gagasan pemikiran atau kepercayaan sebagai sebuah pandangan keyakinan yang bersifat semesta alam.Menurut Murtadha Muthahhari dalam bukunya pandangan dunia tauhid akidah. Ada lima syarat yang harus ditanamkan kepada peserta didik diantaranya adalah: 1 Dapat diedukasikan dan dibuktikan didukung oleh nalar dan logika, sehingga melicinkan jalan bagi diterimannya pandangan tauhid tersebut secara rasional serta dapat dijadikan petunjuk dan menghapuskan kebingungan dan kebodohan. 2 Memberi makna pada kehidupan, menghapuskan dari pikiran, gagasan yang mengatakan bahwa hidup itu sia-sia, bahwa seluruh perjalanan menuju ketidak berartian. 3 Membangkitkan ideal-ideal, antusiasme dan aspirasi, sehingga membuatnya memiliki daya tarik semangat dan kekuatan. 4 Dapat memperkuat dan menyucikan maksud-maksud dan tujuan sosial manusia, sehingga membuat orang mudah berkorban, dan idealisme berkenaan dengan tujuan pada jalur itu, tentu tidak memiliki jaminan bahwa tujuan-tujuannya akan dilaksanakan. 5 Membangkitkan komitmen dan tanggung jawab pada dirinya dan manyarakat. 10 Pendidikan akidah, tauhid benar-benar tertanam dalam hati dan jiwa peserta didik siswa jika memenuhi kelima syarat tersebut, sehingga dapat membentuk sebagai sebuah keimanan dan keyakinan yang bersifat tauhid aktual dan tidak sebagai pandangan keyakinan yang tekstual saja. Maka pertambahan ilmu tauhid membuat para siswa semakin mensucikan hati dan jiwanya sebagaimana yang diajarkan dalam agama. Dalam upaya pendidikan tauhid akidah, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu unsur-unsur apa saja yang berperan penting dalam proses trasmisi ilmu dari para pendidik kepada para murid, baru kemudian 10 Mohammad Fauzi Adhim, Mendidik Anak Menuju Takdir, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Tahun 1996, h. 84 68 meninjau kembali nilai-nilai strategisnya. Hal yang demikian menjadi penting guna menjadikannya sebagai basis penamaan pandangan tauhid akidah. Mengenai tema-tema pokok tentang tauhid akidah yang di sajikan diajarkan kepada siswa yaitu: 1. Kalimat Tauhid a. Arti kalimat tauhid b. Contoh sederhana c. Pembiasaan 2. Asma’ul Husna a. Kalimat Asma’ul Husna dan artinya 3. Kalimat-kalimat Thayyibah a. Subhanallah b. Masya Allah 4. Malaikat Allah a. Nama-nama Sepuluh Malaikat b.Tugas-tugas Malaikat c. Bukti Sederhana adanya Malaikat Allah 5. Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna 6. Makhluk Ghaib a. Jin, Setan dan asal kejadiannya b.Jin dan Setan 7. Taubat a. Pengertian taubat b. Kesalahan dan dosa c. Cara-cara bertaubat 8. Iman kepada Nabi dan Rasul a. Percaya kepada nabi dan rasul b. Mencontoh sifat-sifat nabi dan rasul 69 9. Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna a. Al Wahhab b. Ar-Razzaq c. Al-Fattaah d. Asy-Syakuur e. Al-Mughnii 10. Ketuguhan Iman dari kisah Masyitah dan Ashabul Kahfi a. Kisah Masyitah b. Kisah Teladan Ashabul Kahfi Dari tema-tema pokok tersebut merupakan jenis materi yang di sesuaikan dengan standar isi kurikulum yang di programkan untuk ke tercapainya hasil belajar para siswa di tingkat madrasah ibtidaiyah. Di sesuaikan terhadap perkembangan mental spiritual serta daya pikir dan nalar mereka sesuai dengan usianya. Namun demikian pendidikan dan pengajaran bidang tauhid akidah ini, perlu ada penyempurnaan baik dari segi tema-tema pokok, metode, personil giru, sistem dan sarana prasarana pendukung yang lain. Adapun pengertian akhlak menurut etimologi berasal dari bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kata khuluk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. 11 dalam Dairatul Ma’arif dikatakan : ﻥ Artinya : Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik” Dari pengertian dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak 11 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penafsiran Al- Qur’an, 1973, Cet, Ke-1, h. 156 70 adalah “budi pekerti, watak kesusilaan kesadaran etika dan moral yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. 12 Dalam pengertian sehari-hari oleh masyarakat akhlak diartikan “budi pekerti” atau sopan santun. Para ahli pendidikan banyak memberi batasan mengenai pengertian akhlak. Ibnu Maskawih mengatakan bahwa yang disebut akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan lebih dahulu. 13 Imam Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah suatu sikap atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. 14 Jika sikap itu yang darinya perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal maupun syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut adalah sebagai akhlak yang buruk. 15 Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah ajaran tentang baik buruk terhadap suatu perbuatan atau perkataan seseorang yang dilahirkan tanpa paksaan. Akhlak baik adalah perilaku seseorang yang dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akal maupun tuntutan agama, sedangkan akhlak yang buruk adalah perilaku manusia yang menghasilkan perbuatan-perbuatan jelek dan tidak terpuji. 12 Soegarda Purbakawtjo, Ensiklopedia Pendidikan, Jakara: Gunung Agung 1976, h. 9 13 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: Bina Ilmu 1979, h. 8 14 H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pustaka Setia, Cet Ke-2, h. 2 15 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafa Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, h. 124 71 Imam Ali r.a. berkata: Kebagusan akhlak itu ada pada tiga perkara : menjauhkan segala yang haram, mencari yang halal dan berbuat keluasan kepada keluarga”. Tetapi sebenarnya ucapan itu hanya mengemukakan buah hasil dari kebagusan akhlak. Tidak dari kebagusan akhlak itu sendiri, dan menyingkapkan yang tertutup dari hakekat itu adalah lebih utama. Perkataan Al-Khalqu kejadian dan Al-Khulqu akhlak adalah dua perkataan yang dipakai bersama-sama. Maka akhlak budi pekerti adalah menerangkan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dan darinya itu timbul segala macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian. Akhlak yang baik, timbul dari sebab adanya perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syari’at. Dan jika muncul dari adanya perbuaan-perbuatan yang jelek lagi tercela niscaya keadaan yang menyebabkan timbulnya keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk. Jadi akhlak itu adalah keadaan jiwa dan bentuknya yang batiniah, maka pada batiniah ada empat hal yang harus diperhatikan agar menjadi baik dan sempurna perilaku seseorang yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan amarah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan diantara kekuatan tiga tersebut. Dalam hal perubahan akhlak tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan pendidikan akhlak terkait dengan menghilangkan akhlak yang tercela. Hal ini dapat dipahami, karena tidak ada manusia tercela. Hal ini dapat dipahami, karena tidak ada manusia yang merasa tentram dan senang mempunyai akhlak yang tercela selama masih memiliki akal yang sehat menginginkan akhlaknya tercela, sehingga keterkaitan antara perubahan akhlak dengan pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan. Ini dari perubahan akhlak adalah perubahan dari akhlak yang buruk kepada akhlak yang baik, yakni kembali kepada yang sebenarnya ajaran Islam ini akan berhasil karena dua sebab, yaitu karena pertama, atas karunia Allah yang telah memberikan fitrah manusia secara sempurna, 72 akhlak dan amarah. Bahkan nafsu syahwat dijadikan lurus serta patuh terhadap agama, yang kedua: akhlak tersebut diusahakan dengan jalan mujahadah dan riyadhoh, maksudnya membawa diri kearah perbuatan- perbuatan yang sesuai dengan akhlak yang baik. Mengenai tema-tema tetntang akhlak kepribadian yang disajikan kepada siswa berdasarkan kurikulum Departemen Agama adalah sebagai berikut: 1. Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari a. sifat lemah lembut b. ramah, saling menghormati dan pandai bergaul 2. Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari a. sombong, acuh tak acuh b. malas 3. Adab berbicara a. adab berbicara yang baik b. menghargai orang lain ketika berbicara c. menghormati orang lain yang berbicara 4. Adab kehidupan sehari-hari 5. Adab ke kamar mandi 6. Keteladanan Nabi Ibrahim AS a. ketuguhan iman nabi Ibrahim AS b. manfaat ketuguhan nabi Ibrahim AS 7. Akhlak Terpuji a. kreatif, rendah, santun, ikhlas dan dermawan 8. Akhlak Tercela a. bodoh, pemarah,kikir dan boros 9. Adab bergaul kepada orang lain lebih tua, sebaya dan lebih muda a. adab bergaul kepada yang lebih tua b. adab dengan teman sebaya c. adab bergaul kepada orang yang lebih muda 10. Adab kepada dhu’afa 73 a. adab bergaul dengan orang yang cacat jasmani dan rohani b. adab bergaul dengan fakir miskin c. adab bergaul dengan anak yatim 11. Adab dalam perjalanan 12. Keteladanan Nabi Musa AS dan Yusuf AS 13. Syukur Nikmat 14. Adab bekerja 15. Adab kepada orang tua 16. Adab ketika terkena musibah a. pengertian adab ketika terkena musibah b. sikap terhadap musibah

3. Dasar Pendidikan Akidah Akhlak