Pengertian Pendidikan Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan Kepribadian

62

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan Kepribadian

1. Pengertian Pendidikan

Bila kita memahami pengertian pendidikan dari segi bahasa, kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah” dengan asal kata kerjanya “rabba”. 1 Sedangkan menurut etimologi kata “pendidikan” berasal dari kata “didik” yang mendapat awal pe dan akhiran an yang artinya “pemeliharaan, asuhan, pimpinan atau bimbingan”. 2 Kata “pengajaran” itu sendiri dalam bahasa arabnya ta’lim dengan kata kerjanya “allama” jadi mengenai kata pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah wa ta’lim. Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan Islam adalah tarbiyah islamiyah. Dalam bentuk kata benda, kata rabba digunakan juga untuk Tuhan. Karena diidentikan bahwa Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara juga yang menciptakan. 3 Kata “ }v ” yang berarti juga mendidik dapat kita lihat dalam surat Al-Isra ayat: 24 }v + rd + ƒ 4„C ;1  = Artinya : “ …Ya, Tuhanku, sayangilah keduanya ibu bapakku sebagaimana mereka telah mendidik memelihara sejak kecil Al-Isra ayat: 24 Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: 1 DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Tahun, 2004, h. 25 2 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, Cet. Ke-7, h. 250 3 DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan, h. 25 63 Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” Sedangkan pengertian pendidikan secara istilah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang dewasa yang bertanggung jawab dalam memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik, dalam perkembangan jasmani dan rohani. Agar mereka mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.” Van Cleve Morris menyatakan “secara ringkas kita mengatakan pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial sementara untuk mengarahkan cara hidup secara mengarah kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen yang melayani masa depan yang lebih baik. Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana segenap kemampuan manusia yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang arsitik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain, atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik. 5 Dalam pengertian yang lebih luas, proses kependidikan tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia yang lebih sempit khusus dunia sekitarnya pun melakukan proses penyesuaian dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam dan dalam batas-batas tertentu dapat dikelola dan diaturnya. Dan juga belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya dan bagaimana ia harus bekerja sama dengan orang lain secara baik dan harmonis juga dapat memahami dan merasakan keakraban dirinya dengan alam lingkungan hidupnya, agar dirinya merasa betah pada tempat tinggalnya, tidak merasa tersaing hidup pada dunianya sendiri. 5 Nurubiyanti, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, h. 56 64 Maka pendidikan itu juga melakukan bimbingan, membina dan membentuk keterampilan-keterampilan supaya memiliki kepribadian mandiri pada siswa, juga membantu anak didik untuk perkembangan jasmani dan rohaninya dengan seimbang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab serta dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkanya. Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas tampaklah segi-segi persamaan dan perbedaannya. Mengenai persamaannya bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar yang dilakukannya berupa bantuan bimbingan, kepemimpinan, tuntutan dan pengawasan terhadap perkembangannya siswa murid baik berkaitan dengan fisiknya maupun keadaan psykisnya yang menimbulkan perubahan yang signifikan dan persamaan pada tingkah laku siswa itu sendiri. Adapun perbedaannya terletak pada tujuannya dan batas waktu pendidikan. Dr. Winarno Surachmad membatasi pada umur dewasa dan tujuannya mencapai kedewasaan anak didik. Sedangkan A.D.Marimba tidak membatasinya pada umur dewasa dan tujuannya bukan sekedar mencapai kedewasaan dan penyesuaian pada tiap-tiap fase perkembangan seseorang tetapi lebih jauh dari itu semua, yakni pencapaian pribadi yang utama. Penyesuaian tiap-tiap fase hanya merupakan tujuan perantara atau sementara dan bukan tujuan akhir . Dengan demikian kami lebih cenderung pada batasan pendidikan Islam, yang sesuai dengan pengertian dan tujuan pendidikan Islam. Sedangkan kepribadian yang utama yang akan dicapai dalam pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah “kepribadian serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai- nilai Islami. 6 Ditinjau pada pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang berdasarkan pada filsafat hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Dalam undang-undang No. 4 Tahun 1950 disebutkan bahwa tujuan pendidikan 6 Ahmad. D. Marimba, 65 dan pengajaran adalah “membentuk manusia susila, yang cakap dan warga negara yang demokrasi, serta bertanggung jawab tentang kesejateraan masyarakat dan tanah air”. Oleh karena itu segela usaha dalam pendidikan harus diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan akhir pendidikan dinegeri kita sebagaimana tercantum di dalam undang-undang RI No. 20 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada Bab II pasal 3 bahwa “pendidiikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menderdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.” 7 Degan demikian jelas bagi kita bahwa rumusan tersebut mengandung cita-cita yang luhur dan tinggi dalam upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas baik dengan ditinjau dari segi aspek mental spiritualnya ataupun juga aspek fisik jasmaninya. Pembentukan manusia Indonesia yang diiktiarkan melalui proses pendidikan nasional adalah benar-benar manusia yang berkesadaran tinggi dalam kehidupan mental spiritual maupun aspek jasmaniahnya baik itu berkaitan dengan kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakatnya. Maka terbentuklah manusia yang berkesinambungan dalam bidang fisik atau material dan mental spiritualnya. Manusia yang demikian adalah manusia yang sesuai dengan cita-cita islam yaitu yang disebut manusia insanul kamil sempurna.

2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak